Tangisan Ramadhan Pelipur Lara

Beranda

...

Poetry
Tangisan Ramadhan Pelipur Lara

masnukho

26-04-2020 07:35

Tangisan Ramadhan Pelipur Lara

"Keping-keping Kisah Rama Dhan Corona"

《《《《《《¤¤¤¤¤》》》》》》

Quote:

Lupa Dosa

Dosa berlumuran tak tampak di badan
Dusta berbusa tak teringat di pikiran
Laku jahat menjadi kebiasaan
Terikat simpul-simpul kuat gelangan setan

Terseret arus ke hilir kolam dosa
Terseok hendak pulang entah kemana
Lupa bahwa diri tak bisa apa-apa
Hanya raga mati topang kerangka

Adzhan di surau lantang menyapa
Tak mendengar berlalu saja
Seakan kuasa atas dunia
Akhirat parkir dengan tenangnya

Bodoh memang bukan terkira
Siapa diri wahai si hina
Dunia hanya sebentar saja
Tak kira mampu tebus semua

Quote:

Marhaban Ya Ramadhan

Semilir angin surga turun ke dunia
Menyapa umat muslim taqwa dalam imannya
Menyusuri jalan sampaikan kebahagiaan
Tentang datangnya bulan penuh ampunan

Marhaban Ya Ramadhan
Selamat datang bulan kebahagiaan
Hari pelebur dosa kemaksiatan
Berganti dengan kesucian

Kusambut luas tangan terbuka
Hati berdebar bahagia
Lebih besar dari rasa cinta
Sayangpun mengikat kenangannya

Ujian taqwa dari Yang Kuasa
Nafsu, lapar dan dahaga
Menjadi insan tak mampu di luar sana
Lebih berat sepanjang masa

Izinkan aku ikut berbahagia
Sebulan ke depan bertemu raya
Idul fitri hari merdeka
Suci bak bayi lahir dari gua garba

Quote:

Mayapada Merana

Tak berwujud tak nampak mata
Mampu goncangkan tiang dunia
Kalang kabut si penguasa
Rakyat merana tangis mendera

Berputar langit melawan arah
Mencipta kesah berdarah-darah
Si dia sedang meraja
Hinggap di badan-badan manusia

Corona, cantik nama namun durjana
Beralis tebal lenggok menggoda
Mengajak nyawa tari berdansa
Setelah lalai liang terbuka

Kejam dan tak berhati
Mengkoyak raga hingga mati
Pisahkan istri dari suami
Anak yatim tangis sendiri

Quote:

Tangisan Duka

Rintihan terdengar dari sudut kota
Lirih menyayat mencipta iba
Dari insan sedih hilang harapan
Hidup tak hidup kesakitan

Mencoba bangkit terjatuh juga
Tersungkur wajah tercipta luka
Rahang mencengkram hendak marah
Pada siapa tak tentu arah

Tak lagi ada dukun mampu merapal
Hilang mantra bukan tak hapal
Dia tercekik otak menguap
Caci dan hina mendera kalap

Hancur, entah apa yang akan dilakukan
Oleh mereka yang pernah mengaku Tuhan
Mengangkat wajah kini tak mampu
Duduk bersila tahan malu