Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

o.bestAvatar border
TS
o.best
Cintaku UntukMu, Hatiku Untuk Dia


Quote:


Cintaku PadaMu
Hatiku Untuk Dia

Spoiler for gambar:

-------===------


"Udah datang mas" tanya sayu

"Udah dong"

Aroma bumbu masakan tercium begitu menusuk hidung saat Sayu membuka pintu, jika dibayangkan aroma ini seperti tumisan cabai, bawang merah, bawang putih yang menyatu aahhh perutku keroncongan terdengar sangat keras.

"Diihh... apa itu udah bunyi aja"

"Hahaha, kalau udah nyium bau masakan adek itu bikin mas ga tahan"

"Yaudah mas langsung ke dapur aja ya"

Aku langkahkan kaki dengan gagahnya masuk kedalam rumah berbalutkan kemeja biru garis-garis dan celana jeans hitam. Namun, tiba-tiba mataku melotot tajam berdiri kaku melihat beberapa masakan di meja dengan aroma yang sangat menggiurkan, aahhh mataku terpejam sejenak merasakan kenikmatan indera penciuman ini. Tak kuat menahan godaan, aku pun beranjak mengambil mangkuk dan sendok.

"Mas, kamu ambil cuti mau pergi kemana?" tanya Sayu padaku sambil menyiapkan beberapa piring dan makanan dari dapur

"Mas mau pulang ke kampung ibu dulu" jawabku sambil menyendok sup hangat di hadapanku sedari tadi menggoda liur ini

"Ko ga bilang aku? Lama ga mas?"

"Sslluurrpp Haaa!!! Cuma 4 hari ko" ucapku sambil menyeruput kuah sup yang kaya akan rempah-rempah rasa gurih yang meninggalkan jejak di setiap lekuk papila lidahku tak bisa lagi tertahankan rasa itu ahhh nikmatnya.

"Yeee, si mas udah makan aja. Berangkatnya kapan? Sama siapa aja?" tanya sayu meletakan sepiring nasi di samping mangkuk supku

"Hahahah, Besok, berdua aja sama ibu, abah ga ikut katanya ada kerjaan" jawabku mengambil sesendok nasi dan mencelupkannya ke sup hangat.

Sayupun duduk di depan ku sambil menyendok nasi dan beberapa lauk yang terjejer rapih di atas meja makan.

"Mas, tumben ga ngambil sambalnya" sayu menyodorkan semangkuk kecil sambal terasi.

"Hemmmm, ini baru sambal terasi wanginya aja sudah menggoda, apalagi di icip, bergoyang sudah syahwat mas" mataku berkedip menggoda Sayu sambil tangan kananku meraih mangkuk sambal tersebut dan mendekatkannya ke hidung kemudian menghirupnya.

"Hus ngomongnya"

"Hahaha" tawaku menggoda


sumber gambar

Satu persatu menu yang terpajang di meja ku lahap perlahan, mataku tergoda ketika sayu membawa sepiring udang lobster asam manis dari kompor. Ehmm, ucapku tergiur menelan ludah ketika aromanya merasuk masuk ke kedua lubang hidungku.

"Emang ada acara apa mas ko tiba-tiba aja mau mudik?"

"Ga tau tuh ibu, ngajakin aja biar ada yang nyupirin kali disana" ucapku langsung meraih ujung belakang lobster tersebut dan kemudian memutar kulitnya, aahhh segumpal daging putih keluar dari cangkang keras berwarna merah, dengan liur yang memenuhi mulut tak bisa lagi menahan gelora lapar yang terus memuncak. Ku cocol daging berwarna putih tersebut dengan kuah saos asam manisnya kemudian ku dekatkan ke mulut sambil menganga mengkhayalkan surga kenikmatan kuliner dengan mata terpejam yang mencoba merasuk masuk ke mulut ini dengan saus yang menetes.

"Eiiittss"

Tiba-tiba tanganku terhenti, mataku melek melihat tangan sayu memegang pergelangan tanganku.

"Aaahhh,, adek mah, mas kan lagi menikmati masakan adek malah di tahan, Kenapa sih?"

"Ini kulitnya masih ada nanti kemakan loh" sahutnya sambil membersihkan kulit udang lobster ditanganku yang masih menempel di daging putih kenyal yang membuat air liur ini turun deras dari hulunya sedari tadi.

Acara makan malampun sangat mengenyangkan, habis sudah semua menu yang tersedia padahal kita cuma berdua, tapi rasa dari setiap masakan itu membuat lidah ini ingin terus mengunyah.

"Kenyang mas?" tanya Sayu sambil menumpuk piring kotor dan sendok di atas meja

"Kenyang dong, enak banget masakan kamu dek, jaman sekarang ga ada gadis yang bisa masak kaya kamu, semuanya pasti pengennya yang instan atau pesan ojek online atau juga beli di warung makan" jawabku dengan punggung bersandar kebelakang bangku membiarkan perut yang terlihat besar menonjol dari balik baju akibat kekenyangan.

"Yaudah kalau kenyang, nih!" ucap Sayu mendorong tumpukan piring kotor ke hadapanku

"Kenapa dek?"

"Karena mas sudah kenyang, sekarang mas yang nyuci ya" godanya sambil menumpuk sendok dan garpu diatas piring

Tau gitu bohong aja bilang belum kenyang biar ga nyuci piring, grutuku dalam hati. Tapi memang benar, jaman sekarang mana ada sih gadis seperti dia, kalau ngajak makan malam pasti ke resto atau cafe, tapi ini malah ngajak makan dirumahnya. Ga akan nyesel kalau dijadikan istri juga, bisa irit dan makan-makanan sehat dirumah setiap hari tanpa harus junkfood ya kan?.

------===------

emoticon-excited

"Dek, mas udah sampai belitung nih" ucap ku berteriak sambil mengarahkan kamera ke sudut pandang kota ini

"Segitu senangnya si mas"

Setibanya di kampung halaman ibu, akupun video callan dengan Sayu. Memberi kabar bahwa aku selamat sampai tujuan, wah senangnya pasti itu yang dirasakan aku. Mungkin terakhir aku kesini itu SMP udah lama banget sekitar 17 tahun lebih berlalu, meski sudah lama namun ingetan ku masih berbekas, beberapa rumah dan lahan sudah banyak yang berubah. Dan juga aku masih ingat di belakang rumah nenek itu masih ada sumur tapi sekarang sumurnya ditutup karena untuk mengambil airnya sudah menggunakan mesin pompa ga seperti dulu yang harus diderek menggunakan tali dan ember.

Dulu tuh aku senang banget narikin air dari sumur, tapi ga boleh sendirian harus ditemenin pas nariknya, kalau kata ibu takut kenapa-kenapa bisa njeblus ke sumur.

Ya setelah itupun aku menyibukan diri berpergian sendiri mencoba menjelajah lebih jauh lagi kota ini, hingga suatu waktu ibu menelepon, memintaku untuk mengantarkannya ke rumah temannya yang berjarak sekitar 30 menitan dari rumah nenek menggunakan mobil.

Ya nasib diajak sebagai supirpun, aku nurut aja toh hitung jalan-jalan juga kan mumpung di kota yang indah ini.

Sesampainya dirumah teman ibu, aku mengingat bahwa ini rumah tante Eny, dugaanku benar tante Eny keluar rumah, sudah lama sekali ga ke rumahnya, ada sedikit perubahan dari warna dan pagar tapi aku masih ingat taman didepan rumahnya masih sama ada kursi gantungnya. Aku dan ibupun dipersilahkan masuk ke dalam.

"Duduk dulu mba" ucap Tante Eny mempersilahkan duduk

"Udah lama ga kesini ya, rumah kamu masih sama aja dalemnya" sahut ibuku menyilangkan kaki kanannya bertumpu dengan kaki kiri

Ya namanya emak-emak kalau udah ketemu apa aja di ocehin, dan nasib gua jadi supir benar-benar supir, dikacangin abis gaes emoticon-Frown. Lupa kali anaknya ikut ada disampingnya.

"Waduh sampai lupa, mau minum apa ini mba? Bes?" tanya tante Eny sambil berdiri memecah keplongoanku yang sedari tadi mendengarkan mereka berbicara.

"Air putih aja, si Obes ga minum-minuman berwarna" jawab ibuku ikut berdiri menghampiri tante Eny ke dapur.

Aku yang ditinggal sendirian diruang tamu mulai bosan dengan keadaan seperti ini, ku coba melirik ke beberapa foto keluarga yang terpampang di dinding ruang tamu tersebut. Ku coba berdiri dan mendekati melihat foto tersebut ada tante Eny, Om Bayu, dan satu wanita yang sangat cantik di tengahnya menggunakan pakaian wisuda lengkap, tapi sayangnya aku dan ibu ga bisa ketemu sama Om Bayu karena telah wafat beberapa tahun lalu. Jika diingat-ingat olehku tante Eny itu punya anak 1 waktu dulu pernah main denganku tapi itu kurus krempeng,hitam,dekil, mana mungkin besarnya seperti ini pikirku (padahal 11-12 sama aku waktu kecil juga kek gitu) .

"Itu Ismi, masih ingatkan kamu bes?" ucap tante Eny mengagetkanku yang melamun memandangi foto sambil menaruh segelas air putih di meja

"Ismi?"

"Iya, bentar lagi juga pulang ko dia, dengar kamu kesini langsung ambil cuti setengah hari"

Akupun bertanya-tanya dalam hati, benarkah ini Ismi? Yang dulu itu? Mana mungkin bisa secantik ini? Ah, rasa penasaranku masih terus memuncak. Rasanya ingin cepat-cepat bertemu Ismi untuk menjawab semua pertanyaan itu.

Tak lama kami berbincang terdengar suara pagar terbuka.

"Nah tuh dia pulang" ucap Tante Eny melirikan matanya keluar

Akupun yang penasaran membalikan badan dan melihat dari jendela, terlihat seorang wanita yang memakai gamis berwarna biru putih, jilbabnya kekinian kaya anak-anak muda jakarta, dengan menggendong tas berwarna hitam ia melangkah dengan wajah yang terlihat tersenyum sumringah, jalannyapun seperti orang yang sedang berbahagia. Waw, aku benar-benar terpana kaku memandangnya hingga masuk ke dalam rumah.

"Ssstt mba, liat tuh Obes" bisik Tante Eny mencolek ibu.

"Bes, bes" panggil ibu di sela-sela ku terpana

"Eeh iya" aku salah tingkah setelah melihat ibu dan tante Eny tersenyum meledek

"Assalammualaikum..." ucap Ismi melangkahkan kakinya masuk melewati pintu depan dengan wajah yang penuh senyum

"Walaikumsalam...."

Aku yang sudah terpalang malu hanya bisa menunduk dan mengiyakan pembicaraan kedua orang tua, namun sesekali aku melirik ke arah Ismi yang duduk disamping ibuku. Waduh, kenapa aku bisa seperti ini pikirku? Namun secara mengagetkan tiba-tiba ibu bilang bahwa aku dan Ismi sangat cocok, apalagi ibu tahunya bahwa aku belum memiliki pacar (padahal aku sedang PDKT dengan Sayu). Salah dariku juga yang tidak memberitahu hubunganku dengan Sayu selama ini.

"Tuh, kalian berdua cocokkan?" ucap ibu sambil tersenyum ke arah kita dan Tante Eny

"Bes, Ismi ini selalu nanyain kamu loh, sering banget ke rumah nenek kamu sampai foto kamu yang disana dibawa pulang" Ucap Tante Eny memberitahuku

"Iiiihh....mamah apa sih" sahut Ismi malu menutup wajahnya menggunakan tangan

Aku yang kepalang malu tapi merasa heran bagaimana seseorang wanita yang bahkan tidak pernah berkomunikasi ataupun bertemu lagi sejak dulu bisa menyimpan perasaan kepadaku? Rasanya ingin bertanya ke Ismi sejak kapan ia menyimpan rasa itu kepadaku.

Kalau seperti ini pasti akan ada perjodohan antara orang tua jika dibiarkan, tapi walaupun dibiarkan sepertinya aku juga jatuh hati kepadanya. (kalau jelek dijodohin ogah gua dalam hati emoticon-Ngakak (S))

Ga ga, bagaimana dengan Sayu disana jika perjodohan ini benar-benar terjadi dan direstuin? Bagaimana aku menjelaskan semua ini kepada Sayu nanti? Hatiku terus bertanya raut wajahku mulai kebingungan.

"Bes, bes" panggil ibu yang melihatku melamun

"Eh iya bu"

"Beli makan sana sama Ismi, hitung-hitung berduaan"

"Aaah iiyaa, maaa..u caaa.ri dii..mana?" tanyaku gugup menengok ke Ibu, Tante Eny dan Ismi dengan wajah yang masih kebingungan

"Si Obes ini jangan gugup gitu dong, sampai keringat dingin gitu liat deh mba" ledek Tante Eny

"Hahaha, maklum jeng, dari dulu ga pernah punya pacar, makanya kalau dinikahin cocok banget sama Ismi kan? Haha, yaudah jeng Beli Sup Gangan aja sama Lakse buat makan siang" ucap ibuku meledek membuatku semakin malu ga ketulungan.

"Oh yaudah, Dek beli di warung Pak Haji aja sana sama si abang" sahut Tante Eny memberitahu Ismi

"Ayo bang" ajak Ismi kepadaku

"Jalan apa naik mobil?"

"Naik motor aja bang lumayan jaraknya ko, ini kuncinya"

Akupun berboncengan dengan Ismi, kedua tangannya memegang baju disisi pinggangku, beberapa kali ku curi pandang wajahnya lewat spion dia tersenyum manis bahagia.

"Ini kemana dek?" tanyaku setelah keluar dari gang menuju persimpangan jalan raya

"Belok kiri bang" Tangan kirinya menunjukan arah untuk berbelok

"Dek, abang mau tanya boleh?"

"Tanya apa bang?"

"Adek benar suka sama abang?"

"Iya bang" jawabnya dengan bibirnya tersenyum bahagia saat ku tengok sekilas kebelakang

"Sejak kapan dek?"

"Sejak....bang, bang ketoko itu dulu, aku mau beli es jeruk, abang mau ga?" tunjuk Ismi kesebuah toko kecil di pinggir jalan ketika memutus pertanyaanku

"Mau, mamah sama ibu juga sekalian" ucapku menyisikan motor

Setelah itu kamipun membeli Sup gangan dan Lakse kalau kata Ismi ini merupakan makanan khas dikotanya, namun aku ga penasaran soal itu, ini bukan untuk membicarakan kenikmatan kuliner seperti kisah diatas. Tetapi membicarakan pertanyaanku yang terputus gara-gara tukang Es. Ya, setelah membeli Es akupun secara naluri tiba-tiba lupa dengan perbincangan sebelumnya, karena terbawa suasana Ismi yang selalu memberitahuku tentang nama-nama makanan di poster/spanduk pinggir jalan yang membuat hati dan pikiran ini tergoda akan kenikmatan rasa kuliner yang diberitahu oleh Ismi selama diperjalanan. Ku pikir dalam hati kalau tak membeli untuk makan siang mamah dan ibu, kuculik dia masuk ke warung-warung itu untuk menceritakan betapa gurihnya rasa dari kuliner tersebut disini.

Kamipun makan siang bersama, rasanya penuh tawa dan canda disetiap detik yang terlewati semuanya tersenyum bahagia, apalagi Ismi yang selalu melirik ke arahku beberapa kali, akupun juga tergoda dengan senyum diwajahnya yang selalu terlihat ceria tanpa masalah.

Namun, aku tidak tahu apa yang dibicarakan Ibu dan Tante Eny selama Aku dan Ismi pergi membeli makan. Seperti ada yang direncanakan tetapi aku tidak tahu, terlihat dari senyum wajah Ibu yang bahagia sekali, tak mungkin ibu bisa terlihat bahagia seperti itu, biasanya ada sesuatu yang terselubung melihat gelagat dari mimik wajahnya. Aku sebagai anaknya sudah paham betul bagaimana perubahan wajah Ibuku.

Kecurigaanku terbukti ketika selesai makan siang kita berbincang di ruang tamu lagi, mereka berdua melakukan perjodohan diam-diam dibelakangku dan sudah menentukan tanggal pernikahan kami hanya berselang beberapa minggu dari hari ini. Oh My God, pikirku bagaimana dengan Sayu selama ini yang aku PDKT? Menolak keputusan Ibupun aku tak mampu, karena hatiku juga tergoda akan hadirnya Ismi?

Ahhh, pikiranku berkecamuk, haruskah ku beritahu Sayu akan semua perjodohan ini? Tapi aku takut membuat dia kecewa, menangis, ataupun sakit hati.

------===------

Berselang beberapa hari setelah kembalinya kejakarta, ku masih memikirkan bagaimana cara membicarakannya ke Sayu? Hubungan kita memang dekat tapi belum ada pengungkapan rasa secara langsung dariku juga, kita sebatas teman yang dekat seperti pacaran tapi tidak pacaran, meski begitu ku pikir Sayu juga menaruh rasa kepadaku juga kan? Cuma memang semua itu tak diungkapkan.

Dari pada pusing memikirkan hal itupun lebih baik makan siang dulu, karena aku yang mencoba menjauh perlahan agar tidak makan siang bareng dengan Sayu. Aku pun pergi sedikit menjauh kesebuah warung bubur kecil dekat kantor. Oh, iya sebelumnya Aku dan Ismi bertukar nomor, kita chat kadang video call dirumah itupun jika tidak sibuk. Jika tidak seperti itu aku malah akan mengecewakan banyak orang dong, terutama Ismi yang sudah menyimpan rasa kepadaku sejak dulu menurut cerita dari Tante Eny.

Kembali lagi ke warung bubur, ku sangat mengenal abang yang jualan ini, dia pasti tahu apa yang ingin ku beli, ya tanpa memesan dan langsung dudukpun si Abang penjual tak lama membawakanku semangkok bubur dan beberapa sate.

Buburnya ini khas banget, tanpa bumbu kuning dan kecap. Jadi di bubur ini menurutku hampir sama dengan bubur lainnya perbedaannya tuh tanpa bumbu kuning dan kecap, dan juga di bubur ini ada namanya taburan Cakwe, tergantung Cakwenya mau langsung dipotongin sama si Abang yang jual atau ga. Mencium Aroma buburnya itu gurih banget, jadi di seporsi bubur tersebut terdapat irisan daun bawang, ayam suwir, dan Cakwe. Meski hanya sedikit saja campurannya tapi rasanya Huuu jangan salah, bikin nagih deh. Apalagi di tambah dengan beberapa tusuk sate, ada sate usus, sate telur muda, dan sate hati ampela.

Karena aku suka pedas, jadi untuk menikmati sajian seporsi bubur menurutku yang doyan pedas mendingan pakai bubuk lada dibandingkan sambal. Kenapa? Karena aroma lada itu lebih menggairahkan dan lebih cocok dengan bubur dibandingkan sambal. Karena sudah terlanjur lapar, ku coba potong beberapa cakwe dicampur ke buburnya, ku coba ambil sepotong cakwe diatas mangkok lalu di oleskan ke bubur yang hangat dan memasukannya kedalam mulut nyam...nyamm.nyamm Aahh enaknya. Karena udah krunyuk-krunyuk ini perut dari pada semakin keras didengar orang malah malu sendiri aku, cepatlah ku campur beberapa taburan lada dan mengaduknya, saat ku cium aroma buburnya sangat menyengat dengan aroma lada yang kucampur tadi namun membuat air liur ini terus keluar.

Ku ambil sesendok dan mendekatinya ke mulut Aaaaaaaa mulutku terbuka.

"Hayoooo" teriak suara dari belakangku mengagetkan

Ku tengok kebelakang ternyata pak Manajer, sesendok bubur yang hampir masuk kedalam mulutkupun akhirnya terhenti sementara emoticon-Frown.

Kesepian? Tidak, kali ini makan siangku ditemani Pak Manager, kita tak hanya makan siang, tapi ku juga ceritakan bagaimana kisah cintaku kepadanya, pertama dia kaget kalau ternyata Aku dan Sayu berhubungan secara diam-diam tanpa ada orang kantor yang tahu meski itu hanya sekedar PDKT. Tapi melihat kondisi dimana Aku juga tak mau mengatakan yang sebenarnya ke Sayu takut menyakitkan dirinya, jadi Pak Manager menyarankanku untuk pindah Divisi, kebetulan di Gedung D (beda dengan tempat kantorku saat ini) sedang membutuhkan karyawan tambahan. Mungkin memisahkan dengan hal itu tanpa memberitahu perjodohanku bisa melupakan bagaimana pendekatan kalian selama ini itulah yang diungkapkan Pal Manager, meski Pak Manager tak ingin melepaskanku, tapi mau bagaimana lagi ini tentang perasaan malah akan sangat menyakitkan dan akan ada sekat nantinya meski berada di ruangan yang sama seakan ada hawa kebencian yang terus menghantui dan membuat tidak nyaman.

Keputusan Pak Manager pun akhirnya ku ambil, tanpa memberitahu perjodohanku ke Sayu, kita pun berjarak dan jarang bertemu dan pada akhirnya melupakan tentang rasa itu.

Meskipun sudah melupakan tentang rasa itu terhadap sayu, tetapi masih tertinggal jejak senja yang terus menghantui dikala langit jingga bersinar, senyummu anehnya selalu teringat.

Dan kini ku sudah menikah dengan Ismi.

TAMAT

Diubah oleh o.best 24-04-2020 09:39
ButetKerenAvatar border
abellacitraAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
902
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.