Dua minggu lagi sidang skripsi akan di hadapi, tapi beberapa referensi belum siap 100%, maka Hamid memutuskan membeli beberapa buku, tanpa menunggu lama, Hamid langsung menunggangi sepeda motornya menuju toko buku. Setelah sampai, Hamid dengan jeli dalam memilih sumber referensinya tersbut. Setelah lebih dari dua jam, akhirnya dia mendapatkan buku yang dia cari juga membeli sebuah novel. Ketika Hamid selesai membayar, tak sengaja Hamid berjumpa dengan Arif yang baru masuk ke dalam toko buku.

“Eh bro? Lo ngapain disini?”tanya Hamid sambil mengeledek

“Cari tukang pijit !!, udah jelas nyari buku,, maish nanya juga,, eh bro, temanin gue dong”

“Ogah banget gue nemenin elo,” Jawab Hamid dengan tawa yang terpingkal-pingkal.

“Please,,”

“Tapi gue nugguin lo di depan parkiran ya, deket area baca, gue capek nih habis mutar-mutar nyari buku,,”

“Oke, gue cabut dulu..”

Segera Hamid langsung mencari tempat duduk untuk beristirahat sambil membaca novel yang baru saja dia beli. Tiba-tiba kepala Hamid terasa sangat sakit, sontak dia langsung mencari obat penenangnya, dan tanpa sengaja Hamid melihat Mey dengan Bray, mereka saling berpegangan tanagan, dan sakit kepala yang dirasakannya begitu menyiksa, dan.. bruggg…. Hamid terjatuh dan tak sadarkan diri.

Samar-samar tapi cukup jelas, Ayah dan Ibu Hamid sedang membicarakan sesuatu, dan terdengar suara isak tangis Ibu Hamid mendengar penjelasan dokter, tapi sayang Hamid tak bisa mendengarkan secara jelas apa yang sedang mereka bicarakan. Ya, sekarang Hamid sudah tak memiliki harapan untuk hidup di dunia, karna kangker otak yang dia derita telah sampai stadium akhir dan menurut keterangan dokter, umur nya kurang lebih tinggal satu minggu.

Sebenarnya Kedua orang tua nya sengaja merahasiakannya penyakit itu dari Hamid selama ini, sebelumnya ketika Hamid merasakan nyeri dikepala yang sangat menyakitkan, ibunya hanya memberitahukan hanya terkena sakit kepala atau meriang dan menyuruhnya untuk meminum obat.

“Kamu sudah sadar nak?” Tanya Ibunya.

“Aku dimana? sudah berapa lama aku disini?”

“Kamu di rumah sakit, tadi kamu pingsan di toko buku tadi, dan Arif Yang menyelamatkan dan mengantarkan  kamu kesini.” Jelas Ayah.

“Aku mau nyelesaikan Skripsi, tinggal dua minggu lagi sidang nya” Kata Hamid dengan lirih

“Saya tidak bisa mengizinkan mu.”

“Aku bisa berjalan kok,!” Jawab Hamid yang berusaha meyakinkan Dokter. Terpaksa Ayah Hamid meminta dokter untuk mengizinkannya pulang, karena siapa tau itu adalah permintaan terakhir kalinya. Dokterpun mengizinkan Hamid untuk pulang dan menyelesaikan tugasnya, tapi dengan catatan bahwasanya Hamid tidak boleh terlalu capek dan mendapat tekanan mental.

Akhirnya dia berhasil menyelesaikan segala tugasnya sebelum empat hari sidang Skripsi, dan dia merasa siap untuk menjalaninya, dan meraih gelar S 1. Setelah merasa tak ada yang kurang, Hamid mencoba berkonsultasi dengan dosen pembimbingnya.

“Nak,, kamu mau kemana?” tanya ibu

“Aku mau coba konsul tentang bahan tesis ku bu, degan dosen pembimbing ku.”

“Yakin kamu baik-baik aja” tanya Ayah

“Insyaallah yah,, aku pergi dulu, assalamualaikum.”

“Waalaikum salam”

Ketika sampai di tempat parkiran, alangkah terkejutnya hati Hamid melihat pemandangan yang sangat tidak ingin dia lihat, Hamid melihat Mey bermesra-mesraan denga Bray di taman. Sontak membuat kepalanya sakit dan dengan cepat, Hamid meraih obat penenang di saku jaketnya. Ketika hendak masuk, Mey pun melihat Hamid yang meliriknya dengan tajam. Hamid tidak memperdulikan mereka, dengan pasti dia melangkah, dan menyimpan beribu pertanyaan yang memenuhi kepalanya kepada Mey.

Hamid menghampiri dosen pembimbingnya, dengan senyuman yang ramah dan memperlihatkan hasil jerih payahnya. Alhasil, skripsinya di ACC dan Hamid mendapatkan pujian dari dosen pembimbingnya, dia semakin mantap untuk menjalani sidang  yang tinggal empat hari lagi.