Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

noviepurwantiAvatar border
TS
noviepurwanti
Jurang Itu Bernama Restu



Assalamualaikum Gansis semuanya. Setiap orang pastilah punya cerita yang ingin dikubur dalam-dalam. Apalagi cerita yang menyebabkan sesak di dada, mual, muntah dan pening kala mengingatnya. Apalagi kalau cerita itu ada hubungannya dengan cinta.

Kerasa banget nyeseknya.

Kali ini ane akan mencoba berbagi kisah cinta yang nggak akan pernah ane lupakan, tepatnya nggak bisa dilupakan. Kenangan itu terkadang muncul begitu saja dan membuat senyum penuh luka.

Waktu itu usia ane menginjak angka 23 tahun. Emak dan Bapak sudah ribut saja kepingin melihat ane duduk di pelaminan bersama pemuda yang ditakdirkan menjadi jodoh.

Sebenarnya ane sih, masih santai, Gan. Secara ane masih menempuh pendidikan sarjana. Waktu itu ane bekerja sebagai guru TK di Surabaya dan lulusan diploma. Pemerintah menganjurkan para pengajar PAUD harus mempunyai ijazah Sarjana, makanya ane dan beberapa guru kuliah lagi.

Pagi kerja, siang kuliah, malam kasi bimbingan privat membuat ane sama sekali gak kepikiran untuk menikah. Hidup ane bahagia, Gan. Setiap liburan panjang ane akan travelling bersama teman, menikmati keindahan alam Indonesia. Peduli amat sama cowok ataupun kehidupan rumah tangga.

Desakan luar biasa dari orang tua ternyata bisa meruntuhkan ego. Akhirnya ane berusaha membuka hati dengan berkenalan dengan seorang pemuda asal kota Salatiga. Ane memanggilnya Habibi. Kami dikenalkan oleh sepupu ane yang merupakan tetangga Habibi.

Sepupu ane ini merekomendasikan pemuda yang baik. Habibi punya pekerjaan tetap sebagai guru teladan sebuah sekolah SD swasta bergengsi dan yang paling penting dia juga lulusan pesantren di Jombang. Selain itu dia nggak ngerokok, Gansis. Bibirnya merona kemerahan.

Dalam sekejab mata, ane telah menitipkan hati pada lelaki bermata sendu itu. Kami berhubungan via SMS dan telepon.

Beberapa minggu kemudian, Habibi datang ke rumah untuk berkenalan dengan orang tua ane. Mereka langsung cocok kepada Habibi. Melihat sosoknya yang santun dan dewasa, membuat Emak dan Bapak juga jatuh cinta kepadanya.

Tiba giliran ane yang main ke rumah sepupu di Salatiga dan sekalian mampir ke rumah Habibi untuk silaturahim dengan keluarganya. Orang tua Habibi tipikal orang desa yang juga sopan kepada tamu. Ane bahkan sempat makan malam bersama keluarganya.

Harapan ane melambung tinggi. Bayangan anak-anak yang manis dan lucu memenuhi angan hingga saatnya ane harus balik ke Surabaya.

dokpri

"Habibi, bagaimana? Kapan kita menikah?" Ane bertanya sesaat setelah sampai rumah.

Habibi lama tak menjawab, dia selalu mengalihkan pembicaraan hingga akhirnya sebuah pernyataan membuat dunia ane gempa.

"Dik, Bapak sangat menyukaimu. Kata Bapak, Adik gadis yang cantik. Tapi Emak keberatan karena rumah Adik jauh di Surabaya."

Jantung ane seakan melompat dari otot penyangganya. "Hah? Alasan apa itu, Habibi? Bukankan kalau kita menikah nanti, aku akan mengikuti kemana pun kamu pergi?"

Habibi mengembuskan napas, "Beri aku waktu untuk meyakinkan Emak, Dik. Ya? Tolong ..."

"Satu tahun, Habibi. Satu tahun kesempatanmu. Gunakan kesempatan itu baik-baik." Suara ane bergetar saat mengatakan itu.

Habibi di Salatiga bekerja keras meyakinkan emaknya, ane di Surabaya berdoa pada setiap sujud. "Ya Allah, jika Habibi jodoh hamba maka mudahkanlah. Jika Habibi bukan jodoh hamba maka hapuslah dari hati ini."

Kami masih berhubungan lewat ponsel. Sedikit harapan masih tertanam, hingga akhirnya satu tahun pun terlalui.

"I love you, Dik. Maaf aku gak berhasil meyakinkan Emak. Apakah Adik mau menikah denganku tanpa restu Emak?" Habibi menangis kala mengatakan kalimat itu.

"Aku gak siap hidup menderita dalam ikatan pernikahan, Habibi. Bagiku, menikah itu sekali seumur hidup dan haruslah direstui Allah dan kedua orang tua. Buat apa kita merajut bahagia di atas luka perempuan yang melahirkanmu? Apa Habibi siap kehilangan perempuan pemilik surgamu?"

Kami sama-sama menangis. Malam itu, dua hati terpaksa terluka karena tak ada restu. Ane meninggalkannya dengan perasaan remuk. Ane memilih mundur daripada menabur luka pada wanita mulia yang disebut ibu. Menjadi guru TK dan bergaul bersama mama muda mengajarkan ane banyak hal, kalau kehidupan pernikahan tanpa restu akan sangat berat dijalani. Tidak, ane tidak akan memilih jalan terjal itu.

dokpri

Ane menutup kisah rindu dendam tentang Habibi. Namanya akan selalu harum. Dialah lelaki yang sangat memuliakan orang tuanya, dialah pemuda yang teramat menyayangi ane hingga rela meninggalkan ibunya demi ane, gadis yang baru setahun dikenal.

Penderitaan akan membuat orang menjadi tangguh. Perlahan luka itu sembuh seiring waktu. Beberapa bulan kemudian, ane menikah dengan pemuda pemalu yang tak pernah sekalipun berpacaran. Anelah cinta pertamanya. Doa ane dikabulkan, saat bersamanya, sosok Habibi lenyap tak berbekas.

Sehari setelah ane ijab-kabul, sepupu ane mengabarkan bahwa Habibi sedang di rawat di rumah sakit karena terjatuh dari motornya. Dia kecelakaan pada jam 10.00 WIB, tepat saat ane sah menjadi seorang istri.

Habibi akhirnya menikah dengan perawan tua pilihan ibunya saat ane hampir melahirkan anak pertama. Setahun kemudian, Habibi menjadi duda karena istrinya meninggal dunia.

Hidup ternyata serumit itu, Gansis. Setelah beberapa waktu, ane menyadari bahwa apapun yang terjadi, baik itu suka maupun duka, semua itu adalah yang terbaik.

NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
mamaproduktifAvatar border
mamaproduktif dan 19 lainnya memberi reputasi
20
430
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.