Pak..., Bu...ayolah kita sekolah, masuk saja ya, saya sudah tidak tahan di rumah". Begitu pesan grup WhatsApp dari kelas IX B. Kasihan juga mereka harus belajar berjauhan demi keselamatan bersama. Padahal ada 2 BAB materi yang belum tersampaikan. Sebenarnya kalau mau membaca maka tidak akan mengalami kesulitan. Sangat kauh dari pembiasaan literasi.

Kondisi Indonesia yang mengalami pandemi inilah yang memisahkan saya dengan para siswa. Awal mendengar ada wabah virus Corona-19 di negara tetangga, Indonesia masih santai dan kondisi aman . Akan tetapi ketenangan ibu Pertiwi terusik dengan masuknya Covid-19 ke Indonesia yang diawali oleh wanita yang berasal dari Depok. Sehingga pada akhirnya pasien positif semakin bertambah. Pada akhirnya mas menteri mengeluarkan surat edaran untuk para siswa mulai dati PAUD sampai perguruan tinggi untuk belajar di rumah. Bekerja di rumah dan belajar di rumah berlaku dari tanggal 17 Maret sampai 5 April 2020.

Minggu pertama siswa dapat melalui kegiatan belajar di rumah dengan baik. Siswa yang rajin segera menyelesaikan tugasnya dan mengirimkan kembali melalui grup WhatsApp di kelas masing-masing. Akan tetapi ada juga yang malas, bahkan tidak muncul komentar apa pun di grup kelas. Setiap kelas yang saya ajar selalu ada yang demikian. Sulit dihubungi, karena ada yang menggunakan handphone kakaknya atau orangtua mereka. Ada juga yang sama sekali tidak aktif smartphone nya. Begitu susahnya memantau siswa-siswa secara online. Diperlukan kerja sama uang baik dengan pihak orang tua siswa.

Minggu kedua para siswa masih dapat bertahan, tugas bisa dikerjakan dengan molor. Ada yang langsung dikerjakan, ada yang beberapa hari baru mengumpulkan. Menginjak minggu ketiga mereka mulai gaduh di grup. Mereka merengek mengajak masuk sekolah, kangen sama bapak-ibu guru, kangen sama temannya, dan yang paling mereka kangeni sebenarnya uang jajan. . Di kelas 7 F malah ada yang bilang kangen nggosip. Wah, bahaya itu kecil-keci belajar menggosip. "Enak sekolah pak, bu, ayolah masuk", komentar mereka disertai emoticon menangis.

Kegelisahan siswa-siswa berlanjut lagi ketika harus melakukan ujian sekolah online. Sesuai surat edaran mas menteri bahwa belajar di rumah diperpanjang sampai tanggal 20 April. Ini sangat melelahkan karena kadang-kadang ada yang terlambat login sehingga kesulitan untuk masuk pada aplikasi. Sampai ujian berakhir selama satu minggu masih ada saja yang harus mengulang.

Dampak dari wabah COVID -19 sangat besar bagi dunia pendidikan. Ujian nasioal ditiadakan. Kegiatan olimpiade juga ditiadakan. Ada yang berkeluh kesah merasa kecanduan handphone karena mengecek grup untuk mendownload tugas dan mengirim kembali. Ada yang tidak dibelikan pulsa karena keterbatasan ekonomi. Ada oula yang merasakan pusing karena terlalu sering melihat layar monitor handphon.

Siswa kelas IX sudah selasai ujian sementara kelas VII dan VIII masih kegiatan belajar daring. Sesekali di grup WhatsApp mereka merengek minta masuk sekolah. Akan tetapi kita harus mematuhi aturan pemerintah. Semoga wabah segera berakhir dan kegiatan pembelajaran kembali seperti semula.