Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sitinur200Avatar border
TS
sitinur200
Maafkan Ku Menikah dengan Lelaki Lain, Karena Hubungan Tanpa Kepastian Menyakitkan!
Maafkan Ku Menikah dengan Lelaki Lain, Karena Hubungan Tanpa Kepastian Menyakitkan!


Tujuh tahun lalu, cinta mempertemukan kita dalam sebuah hubungan tanpa kepastian. Walau hati saling bersapa, nyatanya keseriusanmu tak terbukti.



Wanita butuh kepastian, bukan penantian!

Maafkan Ku Menikah dengan Lelaki Lain, Karena Hubungan Tanpa Kepastian Menyakitkan!
sumber gambar



Tenoneng ... tenoneng ... tenoneng ... tong teng


Suara dering telepon HP jadulku terdengar, bergegas kukaitkan handuk bekas mengelap wajah yang basah.


Sebelum kuangkat, sambungan telepon terputus.


Ting


[Aa liat Adek tadi abis dari kamar mandi, cantik.]

Nomor tak dikenal mengirim pesan yang membuatku terheran-heran.


Kejutekanku meradang, kulempar HP ke atas kasur (kalo ke lantai sayang, nanti rusak). Kulanjutkan mengganti baju, karena ada acara nongkrong bareng teman-teman sepulang sekolah waktu itu.

Hendak pergi menemui teman-teman, tiba-tiba si Aa yang rumahnya berjarak lima langkah dari rumahku tersenyum saat aku lewat di depannya.


Aku heran, dong. Gak biasanya dia seperti itu, kita juga udah sering ketemu, cuma gak dekat aja.



Ting

[Mau kemana udah rapi?] Lagi nomor tak dikenal itu mengirim pesan.

[Kok, tahu aku mau pergi?] Terpaksa kubalas, penasaran siapa di balik nomor itu sebenarnya.

[Kan, Adek tadi lewat depan Aa.]

[Oh! Jadi ini nomor Aa? Dapet dari siapa? Kok, bisa tau nomor aku, sih?]

[Dari kakak kamu. Mintanya, sih, udah dari dulu, tapi baru berani hubungi sekarang.]


Jujur, sih. Aku senang bisa berbalas pesan sama dia, tapi ada rasa ragu juga soalnya dia lebih dewasa dari aku. Takutnya aku malah terlalu mendalami rasa itu, sedangkan dia menanggapinya biasa.


Tidak menerlukan waktu lama, kita bisa saling dekat dan sering bertemu untuk sekedar mengobrol. Tapi bukan obrolan yang serius.


Semakin sering bertemu, kabar kedekatan kita pun sampai ke kedua orang tuaku dan orang tuanya. Kita mau mengelak gimana, kenyataannya seperti itu.


Pertemuan yang tak biasa. Saat aku selesai dari kamar mandi, diam-diam kau menyukaiku. Bukankah itu yang kau katakan dulu? Aku merasa yakin, karena kau menyukaiku bukan karena rupa, sehabis kumencuci muka pun kau bisa terpesona. Dan bukan cuma itu yang membuatku kagum, keberanianmu datang ke rumahku juga salah satu alasan aku bertahan dalam sebuah hubungan tanpa kepastian.


Kutahu kita sama-sama egois, tidak berani menyatakan cinta secara langsung. Hanya menjalankan sebuah hubungan yang diiringi keraguan.


Satu lagu yang masih kuingat. Lagu ST 12, Puspa.

Kau gadisku yang cantik
Coba lihat aku di sini
Di sini ada aku yang cinta padamu ....



Kau bernyanyi dengan suara merdu, diiringi petikan gitar menghangatkan malam yang dingin. Saat itu aku mengintipmu dari balik jendela, hanya saja kau tak tahu.


Kakak menghampiriku ke kamar, memberitahu bahwa kau ada di luar. "Dek, di luar ada pacarmu, samperin 'gih'!"


Aku hanya menjawab sambil malu-malu, "Kakak apaan, sih. Kita cuma deket aja, kok, gak pacaran."




Setelah membuat hatiku bergemuruh, kau berlalu sambil bernyanyi tidak jelas. Kutahu kau kecewa, karena aku tak menghampirimu. "Maaf, A!"


Kedua orang tuaku tipycal yang tidak suka ikut campur, tidak suka mengatur. Dengan siapapun aku dekat mereka tidak melarang, selagi lelaki yang dekat denganku mampu membuat nyaman aku dan keluarga. Dan dia, lelaki pertama yang berani datang menemui kedua orang tuaku. Lelaki yang pernah dekat sebelum-sebelumnya, tidak ada yang berani. Katanya, bapakku garang. Ha-ha.


Kita bisa mengobrol bebas hanya di waktu tertentu, saat mengantar jemput sekolah atau saat bertemu di jalan. Itu saja sudah membuatku bahagia, bisa duduk berdua dalam satu motor sambil sesekali berpegangan pada pinggangmu. "Huft! Sungguh indahnya masa itu."


Jarak rumah kita hanya lima langkah, tapi terasa jauh karena hati belum menyatu secara utuh. Ingin kukatakan cinta, tapi gengsi. Sedangkan menunggumu, entah sampai kapan.


Belum lama dekat, tuntutan pekerjaan harus memisahkan kita. Kau pergi ke seberang untuk memenuhi panggilan kerja dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Satu tahun, dua tahun atau mungkin sampai tiga tahun kita takkan bertemu.


"Dek, besok Aa harus berangkat kerja ke Sumatera. Aa harap Adek bisa menunggu." Kata perpisahan membuat hatiku sedih, tak kuasa jika harus berpisah darinya.


"Pasti Aa lama di sana? Terus hubungan kita gimana?"

Kau termenung saat kulontarkan pertanyaan itu. "Aa akan kembali untuk meminangmu. Besok Aa berangkat, Aa harap Adek mau menunggu sampai nanti waktunya tiba kita kembali dipertemukan."


Entah kenapa bunga-bunga berhamburan di dalam hatiku. Rasanya ini mimpi, tapi aku bisa merasakan hangat belaian tanganmu di pipiku yang memerah. Berat hati, aku harus mengijinkanmu pergi demi masa depan.


Kuakui keseriusanmu setelah kau temui kedua orang tuaku. Tapi ... aku tidak yakin kau akan setia setelah kita terpisah oleh jarak.


***


Satu bulan sudah kita berjauhan. Tetapi, hanya tiga kali saja kau menghubungiku via telepon. Lalu ... kemana kau selama 27 hari? Mungkinkah kau lupa dengan janjimu?



Keraguanku terbuktikan, bukan hanya satu, dua bulan saja kau melupakanku, tapi sampai dua tahun kau menghilang tanpa kabar. Sepucuk surat tak datang, pesan pun tak lagi kau kirimkan.


Selama kau tidak ada kabar, datang seorang lelaki dalam kehidupanku. Ialah mantan pacar yang kini jadi Imamku. Kala itu, ia membawa harapan yang begitu besar.


"Jika si Neng belum ada yang mengkhitbah, ijinkan Saya mengkhitbahnya, Pak!" Begitu tulusnya kata demi kata, ucap demi ucap dari seorang lelaki yatim piatu itu.


"Gimana, Dek?" tanya bapak padaku.

"I-iya mau, Pak."


Suasana haru bahagia menyelimuti dinginnya hujan sore itu. Dan aku akan dipinang setelah selesai sekolah.




"Maaf! Terpaksa aku mengkhianati hubungan kita. Ada lelaki lain yang lebih serius untuk meminangku tanpa harus menunggu waktu."



Ada hal mengejutkan setelah aku dikhitbah. Lelaki yang kutunggu dua tahun lamanya, pulang membawa secercah harapan.
Kakaknya tiba-tiba datang untuk mengkhitbahku. Namun, aku tidak langsung meng-iyakan walaupun itu sebenarnya yang kuharapkan.


"Kedatangan kami ke sini, untuk menyampaikan amanat bahwasannya adik Saya ingin mengkhitbah Adek."


"Maaf! Aku butuh waktu untuk menjawabnya."

Sebelum memberi keputusan, aku lebih dulu memastikan kepada siapa yang lebih dulu mengkhitbahku.


"A, ada lelaki lain yang ingin mengkhitbahku setelah kamu. Jika Aa mau serius, percepat meminangku sebelum aku dipinang lelaki lain. Gimana?"


"AA SIAP MEMINANGMU SECEPATNYA!" jawabnya lantang di sambungan telepon.




Ini bukan salahmu, bukan pula salahku. Hanya saja takdir berkata lain, kita tidak diijinkan untuk bersatu dalam ikatan pernikahan.


Setidaknya, aku pernah mempertahankan hati selama dua tahun untuk menunggu kepastianmu. Walaupun akhirnya kau pulang, sayangnya ... aku sudah lebih dulu dikhitbah oleh lelaki lain. Maaf!


Sekarang Adek sudah bahagia, A. Namun, ada rasa sedih karena kau harus berpisah dengan wanita pilihanmu. Semoga Tuhan kembali memberimu pasangan hidup yang abadi.


Terima kasih atas kebahagiaan yang sempat kau torehkan walau akhirnya harus ada luka.


Cinta memang tak selamanya bisa indah
Cinta juga bisa berubah menjadi sakit
Namun, harus kurelakan kini
Pedih hatiku, penuh kehancuran

Maafkan aku ....
Setulus hatimu ....
Kepergian diriku
Itu memang keinginanku

Terima saja semua ini kulakukan
Untukmu ....



Sengaja tidak disebutkan nama satu persatu, takutnya yang bersangkutan tidak berkenan.
Diubah oleh sitinur200 21-04-2020 16:30
fee.fukushiAvatar border
jondolsonAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 37 lainnya memberi reputasi
38
1.2K
26
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.