Rabu, 9 September 2009 Ratni pulang ke kota asalnya. Sedih pakai banget itulah yang gue rasakan saat mengantarnya ke bandara. Meski gue tahu dia pulang bakal nikah dengan tunangannya ga ada niatan gue untuk melarangnya pulang karena gue yakin Ratni pasti ke(m)Bali. Oh iya perkenalkan nama gue Wicak.

Beberapa saat setelah pesawat Ratni hilang dari pandangan gue masih tetap duduk di rumput taman yang ada di Bandara Ngurah Rai ini. Ga tau pengen ngapain lagi sekarang yang jelas gue ga mau tempat ini jadi tempat pertama dan terakhir gue ketemu Ratni.

Setahun lalu gue dapat tugas buat jemput karyawan baru di sini, Ratni. Sebenernya gue hampir ga ingat kami pernah satu tempat kerjaan karena pas dia mutasi ke sini keesokan harinya gue resign dari kantor. Sebulan lebih gue ga pernah ketemu Ratni sampai akhirnya Candra mantan teman sekantor gue dulu telpon ngajak jalan, katanya nanti dia sama pacarnya dan gue sama temannya. Anak baru, cantik kata dia untuk menarik minat gue supaya mantap untuk mau ikut padahal gue tau yang dia maksud itu adalah Ratni.

Hari H tiba, kami berempat jalan bareng dan singkat cerita semenjak itu hubungan gue dengan Ratni makin amat dekat. Kami jadian meski Candra sudah ingatkan kalau Ratni itu sudah punya tunangan toh Ratninya sendiri ga pernah jujur tentang itu. Gue paham apa yang Ratni omongkan setiap dia menerima telpon dari rumahnya dan gue juga baca semua pesan masuk di hpnya. Gue pikir kalau Ratni bermain main maka gue pun bisa lebih dari itu.

Setahun adalah izin yang diberikan keluarga Ratni untuknya pergi merantau dan sebelum itu gue ingin Ratni benar benar jatuh cinta sama gue. Waktu berlalu seiring kebersamaan kami gue rasa Ratni bener tulus cintanya ke gue namun "celakanya" gue juga begitu. Semakin hari cinta ini malah semakin dalam rasanya untuk dia.

Hanya sebulan setelah dia pulang gue lancar menghubunginya namun setelah itu no hpnya seperti diganti, akun FBnya pun nampak sudah tak aktif lagi. Berhari hari gue menahan sesaknya rindu jalani hari tanpa mendengar kabarnya. Gue coba terus setiap hari stalking semua teman temannya di FB berharap ada yang menandai dia dalam postingannya tapi hasilnya nihil.

Sampai 2 mingguan gue selalu cek fb dia dan teman temannya akhirnya gue nemu foto Ratni diposting oleh adiknya. Dalam foto itu Ratni cantik banget pakai kebaya, rambutnya terurai gitu tapi sayang di sebelahnya ada cowok yang juga tak kalah keren dan latar foto itu adalah sebuah pelaminan.



Sesuai janji gue dulu ke Ratni dua minggu kemudian dengan sekuat hati gue berangkat ke kotanya. Berbekal alamat yang diberi adiknya via inbox FB gue langsung mencari Ratni ke salonnya. Begitu sampai nampak sepi, gue nyelonong masuk.

"Mba facial cowo bisa kan?"

"Bisa mas, eh tunggu eh kamu yank, oh yaudah ayo facial"

"Engga Rat, aku cuma sebentar"

"Oh.."

Ratni yang biasa banyak tanya kini diam, gue juga bingung mau ngomong apa. Pengen marah marah gue rasa percuma semua udah terjadi, pengen gue bilang kangen tapi ya kok gak keluar kata itu dari mulut gue. Keinginan gue dipertemuan ini setidaknya gue bisa peluk dia walau sebentar untuk yang terakhir kali tapi nyatanya sampai akhirnya gue pergi itu tak terjadi sama sekali. Hanya nomor hp yang saling kami tukar.

Sesuai feeling gue, beberapa saat setelah gue jauh ada sms masuk dari Ratni "maafin aku yank, aku tau kamu pasti datang tapi aku ga tau pernikahanku dipercepat"

Ya sudah mau gimana lagi kalau jodoh pasti ketemu lagi, begitu jawab gue dalam hati. Kami berdua sesungguhnya sepenuhnya sadar akan akhir yang seperti ini melihat perbedaan keyakinan antara kami. Awalnya main main namun siapa sangka akhirnya kami saling jatuh cinta..