Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

darmawati040Avatar border
TS
darmawati040 
Tentang Pemikat, Sahabat, dan Hati yang Menyerah
Spoiler for KaskusKreator:



Sekitar delapan tahun lalu, untuk pertama kali aku merasakan patah hati. Bagaimana tidak? Seseorang yang tadinya sangat dekat, perlahan memberi jarak. Sampai akhirnya, aku harus merawat lukaku sendiri agar bisa terus tumbuh bersama harapan-harapan baru.

Tentang Pemikat, Sahabat, dan Hati yang Menyerah
sumber gambar

Ini adalah awal dari sedihku yang panjang. Bertemu seorang teman baik bernama Diva. Saat itu, ia diminta mengambil sesuatu di tempat aku bekerja. Ya, bos sebelah yang merupakan kakak dari bos aku memang hobi memerintah.

"Permisi."

Aku yang sedang sibuk melap etalase, lantas menoleh dan tersenyum padanya.

"Bosnya ada?"

"Oh, ada di dalam. Masuk saja," responku.

Ah, jadi pegawenya ganti lagi? Hm, kapan ada yang betah hingga hitungan tahun sepertiku, ya?Aku membatin.

"Mari, ya," tegurnya hendak keluar.

"Iya." Aku menyahut cukup ramah.

Dalam sehari itu, Diva bolak balik hingga beberapa kali. Entah apa saja yang diperintahkan. Sekilas, aku melihat kekesalan di wajah cantiknya.

"Yang sabar, ya. Beliau memang suka nyuruh-nyuruh," ungkapku saat ia kembali untuk terakhir kalinya. Karena, beberapa menit lagi toko akan ditutup.

Mendengar pernyataanku, ia hanya menarik napas panjang. Lalu menggeleng tanda tak habis pikir dengan kebiasaan buruk bosnya.

Hari itu kami belum terlalu akrab. Sesekali, hanya saling melempar senyum ketika tak sengaja berpandangan.

Ra, sudah pulang? Makan bakso, yuk, di luar!

Pesan dari Ram menggetarkan ponselku.

Sudah sembuh emang?

Pertanyaanku dijawab iya olehnya.

Kami pun keluar untuk menikmati bakso. Setelah beberapa hari tak jumpa, akhirnya aku bisa melihat senyumnya.

Tentang Pemikat, Sahabat, dan Hati yang Menyerah
sumber gambar

Ram adalah laki-laki yang bekerja di salah satu toko buku. Lokasinya berhadapan dengan tempat aku bekerja. Hanya dihalangi oleh jalan raya. Beberapa hari terakhir ia tidak masuk kerja karena sakit.

Entah sejak kapan kami menjadi dekat. Saling peduli, juga menjadikan satu sama lain terlihat penting. Ah! Sepertinya hanya aku yang merasa demikian. Tapi tidak! Ram juga terlihat begitu. Buktinya, ketika aku ulang tahun, ia membelikanku sesuatu. Tidak mahal memang, tapi usaha dan niatnya sudah cukup mengesankan.

Ia juga sering mentraktir makan saat gajian. Bercanda setiap hari melalui pesan. Menyemangati dari seberang saat aku kelelahan karena banyak masuk barang. Dan masih banyak lagi hal-hal baik lainnya.

Quote:


***

Pagi itu cukup cerah. Aku dan Diva duduk berdua di depan tempat kerja. Kami menunggu bos masing-masing. Tak lama kemudian, Ram muncul.

"Hei, belum buka, ya?" Aku terkejut saat pundakku ditepuknya.

"Ah! Ngagetin ajah!" Seketika kepalan tanganku melayang ke perutnya.

"Ra, siapa dia?" Ran mengarah ke Diva.

"Oh, kenalin, dia temanku."

"Ah, kerja di sebelah, ya? Udah ganti lagi?" tanyanya berturut-turut.

"Bawel!"

"Em, sorry. Hay, aku Ram."

Diva tersenyum. Tapi tampak canggung. Sejak saat itu, Diva menjadi teman baik kami. Ia bahkan bertukar nomor ponsel dengan Ram. Setiap hari, kami pulang bersama-sama. Rumah Ram paling dekat dengan tempat kerja. Sementara aku tinggal sendiri di kostan. Rumah Diva paling jauh, sekitar 30 menit naik roda dua.

Diva seringkali mengajakku menginap di rumahnya. Ibu Diva sangat baik. Jika memasak sesuatu yang istimewa. Aku selalu diundangnya. Beliau juga kerap menasehati kami, agar berteman dengan baik. Tidak boleh saling menyakiti. Dan ya, kami melakukannya; berteman dengan sangat baik.

Tentang Pemikat, Sahabat, dan Hati yang Menyerah
sumber gambar

Karena sering menginap dan berkomunikasi di tempat kerja, aku dan Diva benar-benar menjadi sahabat. Rupanya dia begitu konyol. Ada banyak hal aneh dan gila yang ia ajarkan padaku. Seperti, mengerjai banyak laki-laki melalui pesan (SMS). Setelah orang itu menyatakan cinta, dan ia terima. Sehari kemudian, nomor itu akan ia blokir. Tapi, ada satu yang benar-benar menjadi pacarnya. Orang itu bahkan berkali-kali ke rumah Diva. Bertemu orangtuanya.

Apakah aku mengikutinya? Ah, tidak. Di hatiku sudah ada Ram, dan tidak berniat melakukan hal seperti itu.

Setengah tahun sudah kami berteman. Entah karena apa, aku meminjam ponsel Diva. Tanpa sengaja, aku membuka pesan masuk saat hendak memencet keyboar ponsel.

Sudah tidur, Beb?

Ah, tidak! Bagiamana mungkin itu pesan dari, Ram? Padahal, baru saja ia mengirimiku pesan yang serupa.

Malam itu aku memang menginap di rumah Diva. Karena sudah terbiasa, aku jadi betah.

"Hei, kenapa?"

Diva membuayarkan lamunanku.

"Ah, ini. Ada pesan," ujarku sambil menyodorkan ponsel.

Diva membacanya sambil tersenyum.

"Va, kayaknya Ram suka, deh, sama kamu," pancingku.

"Ah, kayak gak tahu dia ajah. Ram, kan, emang suka manggil, Beb, Cint, dan lain-lain," elaknya.

"Kalau dia beneran suka bagaimana?" tanyaku.

"Terus, Kak Andre mau aku kemanain, Ra?" ungkapnya.

Jujur saja, aku lega mendengarnya. Ram memang seperti itu. Tapi kenapa harus ke Diva juga?

Beberapa hari kemudian. Ram mendatangiku di jam istirahatnya. Ini adalah puncak aku patah hati. Dia tiba-tiba memberi pernyataan, bahwa dia menyukai Diva. Ia memintaku agar Diva mau menerimanya. Gila, nggak, sih?

Apa yang harus aku lakukan? Membantunya? Itu sama saja menikam diri sendiri. Menolaknya? Bagaimana bisa? Sementara, yang aku lihat, Diva juga menyukainya. Hanya saja, setiap aku tanya, ia selalu bilang,

Kak Andre mau aku kemanain?

Pada akhirnya, mereka sungguh jadian. Oh, itu sangat menyebalkan. Tapi tak bisa aku hentikan.

Tentang Pemikat, Sahabat, dan Hati yang Menyerah
sumber gambar

Ketika Diva tak lagi bekerja karena merasa tidak nyaman akan bosnya. Ram kerap mengajakku untuk mengantarnya bermalam minggu ke rumah Diva. Kalian bisa bayangkan bagaimaa sedihnya? Mengantar orang yang kita cintai untuk berbahagia dengan orang lain.

Tidak hanya itu, aku harus menunggu dan duduk bersama mereka yang sesekali saling pandang penuh cinta. Lalu kembali pulang bersama Ram. Kostanku dan rumahnya juga cukup dekat. Jadi, begitulah. Selama ini, aku hanya dianggap teman saja. Dasar laki-laki, sudah bikin anak orang nyaman, malahjatuh hati ke cewek lain. Sahabatku sendiri pula. Menyedihkan.

Quote:


Semenjak itu, hatiku menyerah. Tidak lagi berharap untuk dicintai atau dipedulikan olehnya. Aku juga memilih pindah tempat kerja agar tidak bertemu Ram lagi. Sayangnya, ia menemukanku kembali. Ya, Ram dan Diva. Keduanya mendatangi tempat kerja baruku dan memberi undangan pernikahan.

Haruskah aku datang?

Aku tidak melakukannya. Aku memilih mengirim doa terbaik untuk mereka. Dan membiarkan perasaan cintaku terkikis waktu.


Tentang Pemikat, Sahabat, dan Hati yang Menyerah
sumber gambar


Sekarang, aku telah pulih dari patah terparah. Menjalani hidup yang tidak mudah. Karena dunia, tidak akan pernah menjadi tempat terindah membangun hubungan cinta. Selalu ada air mata dan kecewa di sana.

Sekian kisah cinta ane yang tak sampai.


True Storry.


Penulis: @darmawati040


Bima, 20 April 2020

NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
axelstone12Avatar border
axelstone12 dan 77 lainnya memberi reputasi
78
1.5K
46
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.