RSKOJakartaAvatar border
TS
RSKOJakarta
Covid-19 Ternyata Tidak Negatif Terus, Ada Positif nya Gan

Covid-19 membuat dunia bergetar bahkan membuat perekonomian dunia bisa dibilang lumpuh. Bagaimana tidak, setiap warga di seluruh dunia diharapkan untuk menjaga jarak dan tidak berpergian keluar lingkungan rumah. Bahkan banyak negara yang mengarahkan setiap institusi/lembaga/badan bahkan swasta untuk memperkerjakan pegawainya di rumah.

Dilansir tirto.id, Jumlah kasus positif COVID-19 di seluruh dunia, hingga Sabtu (4/4/2020) pagi, pukul 9.25 WIB mencapai 1.099.389 orang. Dari jumlah itu, pasien yang berhasil sembuh dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) ini adalah sebanyak 226.106. Sementara jumlah pasien positif corona yang meninggal 58.901 pasien Corona di berbagai negara.

Namun, terdapat 5 hal positif yang muncul semenjak pandemi Covid-19. Saat ini pandemi ini berakhir semoga kebiasaan baik ini terus ada sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan.
Adapaun 5 hal positif tersebut, yaitu:

1. Rutin Berjemur Untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh

Kebiasaan menjemur diri atau mandi matahari sebelum wabah virus corona melanda dunia amat kurang dijalani penduduk kota besar. Rutinitas berangkat gelap pulang gelap menjadi hal yang biasa. Selama di tempat kerja pun para pekerja kantoran/industri ini amat jerang membiasakan menjemur diri untuk mendapatkan Vitamin D.



Menurut alodokter.com, Sinar matahari pagi menghasilkan sinar UV (ultraviolet) jika menyentuh permukaan kulit untuk diubah oleh tubuh menjadi vitamin D. 

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa vitamin D dibutuhkan untuk menjalankan fungsi metabolisme kalsium, imunitas tubuh, serta mentransmisi kerja otot dengan saraf.

Tubuh manusia tidak dapat memproduksi vitamin D dengan sendirinya. Solusi mudah dan praktis di dalam mencukupi asupan vitamin D adalah dengan memanfaatkan pajanan sinar matahari di pagi hari. 

Kecukupan asupan vitamin D bagi tubuh dapat menghindarkan tubuh dari penyakit rheumatoid arthritis, tuberkulosis, multiple sclerosis, diabetes tipe 1 dan osteomalacia. Kekurangan vitamin D pada anak-anak dapat mengakibatkan penyakit rakitis.

Kita dianjurkan berjemur selama 15 menit saja pada waktu yang tepat, yaitu sebelum pukul 10.00 setidaknya dua hingga tiga kali seminggu. Menjemur diri (sunbathing) dipercaya mampu meningkatkan imunitas tubuh yang dapat berdampak mecegah jatuh sakit ketika virus corona menyerang.

2. Kesadaran Menjaga Daya Tahan Tubuh
SARS-CoV2, merupakan bagian dari keluarga coronavirus. Banyak yang belum diketahui dari virus penyebab Covid-19. Mengenai masa inkubasi, sejumlah penelitian menyatakan masa inkubasi virus corona adalah 2-14 hari.


Bisa jadi banyak orang di dunia yang terinfeksi virus corona bahkan sudah postif tetapi mereka tidak memiliki gejala karena imunitas tubuhnya baik. Mereka terlihat sehat-sehat saja tetapi mereka bisa menjadi pembawa virus corona bagi orang lain. 

Maka saat ini menjaga jarak, membiasakan cuci tangan dan pelarangan berpergian digalakkan dibanyak negara. Pemerintah negara yang belum melakukan rapid test kepada seluruh penduduk di kawasan/kota epicentrum Covid-19 seperti Jakarta mungkin saja sadar sudah banyak yang terinfeksi virus tapi sehat. Karena belum seluruh penduduk di rapid test sehingga tidak ada data valid jumlah ODP, PDP dan Positif Covid-19.

Negara yang mengalami pukulan pertama pandemi covid-19 ialah Tiongkok. Menurut data dari Komisi Kesehatan China per Selasa (31/3/2020), sebanyak 1.367 kasus tanpa gejala sedang diamati di China.

Kesadaran untuk menjaga daya tahan tubuh meningkat karena banyak orang mulai sadar bahwa penyebaran virus ini begitu masif. Tameng utama diri kita agar tidak jatuh sakit bila diserang virus ini ialah menjaga daya tahan tubuh. 


Saat pandemi corona Covid-19 kali ini, tidak sedikit orang yang berlomba memborong beragam suplemen karena diklaim bisa melindungi tubuh dengan daya tahan tubuh dari serangan virus ini.

Meningkatkan daya tahan tubuh tidak hanya dengan suplemen, dapat pula dengan mengkomsumsi makanan yang bergizi, komsumsi air putih 8 gelas 2 liter per hari, tidur 6 s/d 8 jam/hari, istirahat cukup, hindari stres, stop merokok dan alkohol, menjalankan pola hidup sehat,dan jaga suhu tubuh tetap hangat.

3. Membiasakan Cuci Tangan Mencegah Terinfeksi Kuman/Bakteri/Virus
Saat traveling ke desa-desa di Pulau Jawa dan berkunjung ke rumah-rumah tempo dulu, kita akan menemukan kendi di depan halaman rumah. Kendi itu bukan untuk minum tetapi untuk mencuci tangan dan cuci kaki sebelum masuk rumah.


Bila kita mendengar cerita dari orang-orang terdahulu ada mitos bahwa bila masuk rumah belum cuci tangan dan membasuh kaki akan ditempel oleh mahluk tak kasat mata.

Mitos ini ditanggapi oleh masyarakat zaman dulu, bila belum cuci tangan dan membasuh kaki akan dihantui mahluk halus yang akan membuat diri kita jatuh sakit. Bisa jadi orang terdidik jaman dahulu sudah mengetahui bahwa tangan dan kaki bisa menjadi sumber penyakit.

Cara yang ditempuh orang terdidik zaman dahulu harus menggunakan mitos agar dapat diikuti oleh masyarakat di eranya yang masih banyak yang buta huruf. Mahluk tak kasat mata yang dimaksud sejatinya kuman/bakteri/virus penyakit.



Semenjak pandemi covid-19, di mana masyarakat diedukasi bahwa pencegahan utama dari penyebaran virus ini ialah cuci tangan. Jangan menyentuh bagian muka bila belum cuci tangan pun dipertegas.

Edukasi ini membuat masyakat banyak yang mematuhi berdampak hand sanitizer, alkohol, disinfectan diborong dan langka dipasaran. Tetapi sabun tidak diborong padahal pencegahan terbaik dengan mencuci tangan dengan sabun. Sebetulnya hand sanitizer digunakan untuk keperluan medis dan kondisi dimana disebuah lokasi tidak ada sabun dan air mengalir.

4. Etika Batuk Mencegah Menularkan Kuman/Bakteri/Virus Kepada yang Sehat
Masker bedah saat ini jadi barang langka. Panic buying membuat masyarakat banyak yang memborong masker bedah meski tidak sakit ataupun berprofesi sebagai tenaga kesehatan.


Sama seperti kebiasaan cuci tangan ini juga terjadi pada etika batuk. Masyarakat mulai sadar bahwa etika batuk merupakan salah-satu prevensi pencegahan penyebaran covid-19.


Saat ini antara orang sehat dengan orang yang positif corona tetapi tanpa gejala sulit dibedakan. Dengan prinsif lebih baik mencegah daripada mengobati menjadi hal yang penting, hal ini yang membuat panic buying.

Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, yang dimaksud etika batuk atau bersin adalah tata cara batuk atau bersin yang baik dan benar. 

Tutup hidung dan mulut Anda menggunakan tisu atau sapu tangan saat batuk atau bersin. Droplet atau cairan dari batuk dan bersin tidak akan menyebar ke udara bebas atau ke orang di dekat Anda. Jika tak ada tisu atau sapu tangan maka tutup batuk dan bersin dengan lengan dalam baju (dekat ketiak). Jangan menutup dengan jari-jari tangan, apalagi jika tak segera cuci tangan dengan sabun. 

Buang tisu yang sudah terpakai untuk batuk atau bersin sebaiknya segera dibuang ke tempat sampah. Sedangkan sapu tangan sebaiknya dicuci bersih.


Setelah itu, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Jika tidak memungkinkan, Anda bisa menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol paling tidak 70 persen. 


Sebenarnya penggunaan masker jadi opsi pertama saat Anda mengalami batuk dan bersin. Saat masker langka, masker kain atau masker reusable dengan filter udara bisa jadi pilihan. Jika masyarakat yang kesulitan memperoleh masker bedah bisa menggunakan masker kain. Masker harus menutupi hidung dan mulut. Kalau bisa sampai bawah dagu dan bagian atas masker ditekan mengikuti bentuk hidung. Saat melepas masker, tangan hanya memegang bagian tali. Setelah melepas masker, tetap cuci tangan. 

5. Ajakan Untuk Manusia Saling Membantu
Bencana menyatukan KITA, bencana menunjukkan bahwa manusia merupakan mahluk sosial. Kita dapat melihat langsung manusia-manusia berhati mulia terlihat dan muncul. 



Sejak era sosial media, ada nya pandemi covid-19 terlihat banyak nya ajakan untuk berdonasi, membantu, menolong sesama baik itu kepada petugas medis yang sedang berjuang maupun masyarakat yang terdampak ekonomi karena covid-19.

Bencana alam biasanya menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas di antara sesama. Sementara ancaman pandemi, bagaimana pun telah menyatukan seluruh umat manusia melawan ancaman nyata. Manusia saling membantu tanpa perlu melihat suku, ras, atau kepercayaan. 

Sebetulnya ada dampak positif lain, tetapi apakah pasca pendemi ini akan tetap ada? Kesehatan mental yang buruk hingga polusi dan manusia seperti terkotak-kotak seakan menjadi bukti bahwa masyarakat terlalu sibuk bekerja, konsumsi berlebihan, dan terlalu individulisme maupun kelompok sendiri. Ketika sosial distancing sedang dilaksanakan di seluruh dunia, kualitas udara pun menjadi membaik. 
-----
Penulis : Andri Mastiyanto SKM

Laporan : Instalasi Humas dan PKRS RSKO Jakarta

0
504
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Healthy Lifestyle
Healthy LifestyleKASKUS Official
7.6KThread2.6KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.