dwyzelloAvatar border
TS
dwyzello
Malam Tahun Baru Yang Kelabu ( Terinspirasi Dari Kisah Nyata)



Cinta pada pandangan pertama memang sulit dilupakan, itulah yang tengah kurasakan saat ini. Menggelosorkan tubuh di atas kasur lantai, sembari mendengarkan lagu rock kepunyaan grup musik Jepang Babymetal, membuat suasana hatiku semakin membuncah. Bahkan suara rintik hujan yang menenangkan malam sengaja kubungkam dengan headphone, agar aku tak cepat mengantuk dan bisa menyukseskan aksiku untuk berbalasan chat dengan gebetanku itu.


Namanya Indri, perempuan manis yang sedang kubidik untuk menjadi pacarku. Kami sebenarnya sudah mengenal cukup lama, karena dia adalah teman sekelas saat kami masih SD. Di tengah masa menjelang puber itu, diam - diam aku sering memperhatikannya. Seringkali aku sengaja menjahilinya dengan menggelandang tasnya, menarik rambutnya, menempeli punggungnya dengan tulisan - tulisan gila dan kejahilan lain yang membuatnya sering mengomeliku. Ah, sebuah kenakalan manis yang sebenarnya kulakukan hanya untuk menarik perhatiannya saja.


Mungkin bisa dibilang dialah cinta monyetku yang pertama. Meskipun akhirnya perasaan itu lambat laun memudar dan terlupa, karena terpisahkan oleh jarak. Setelah lulus SD, Indri harus pindah ke kota lain karena ayahnya harus berpindah tugas. Sekian lama tak bertemu, kini kami dipertemukan lagi saat kami sama - sama duduk di bangku SMA kelas dua.


Bermula saat aku sedang berbelanja sebuah mini market di dekat rumahku. Kulihat sosok gadis yang tak asing di mataku. Rambut panjang lurus sepinggang dengan potongan poni menyamping, merupakan gaya khas rambut Indri yang tak pernah berubah sejak dulu. Jantungku tiba - tiba berdegub tak karuan, menyaksikan gadis bergigi kelinci yang sedang asyik memilih aneka snack yang terpajang rapi.


"Kok kayak kenal?" ceplosku tanpa rasa malu dan ragu. Gadis itu sontak menoleh ke arahku, dengan efek kejut yang menyilaukan pandangan. Sungguh cantik, bahkan mungkin nyamuk saja akan terpeleset melewati kulit mulusnya.


"Lupa ya? Kok makin pendek aja! Hahahahaha," olokku kepadanya yang seperti tengah mengingat - ingat siapa aku.


"Ya Allah, kamu Bagus si jahil itu kan? Yang nakalnya naudzubillah?" terangnya dengan air muka tak percaya.


Kukerutkan bibirku seketika, mengumpat dalam hati karena ternyata ia hanya mengingat kenakalanku saja. Namun, ada dentum rasa bahagia karena aku kembali bertemu dengannya.


"Apa kabar kamu?" tanyaku dengan buncahan rasa gembira.


"Baik, kamu?"


"Sehat dong, nggak liat kalau aku makin tinggi terus makin cakep gini," ungkapku dengan banyolan narsis yang memang sudah menjadi tabiatku sejak dulu.


Indri hanya tertawa kecil, sembari menggelengkan pelan kepalanya melihat reaksi narsisku.


"Minta nomor WAmu dong, Ndri," ujarku dengan dada bergemuruh dan perasaan harap - harap cemas.


"Sini HPmu," katanya singkat dan lugas.


Yes!
Umpan berhasil kulemparkan, menjadi pembuka pintu bagiku untuk merekatkan kembali hubungan lama yang telah terpisahkan. Indri tak pernah berubah, gadis ini memang irit bicara, apa adanya dan seorang anak rumahan yang selalu dijaga baik oleh keluarganya.


Lagu Babymetal berjudul Gimme Chocolate kian menggemuruhkan semangatku malam ini. Sudah seminggu ini aku saling berbalasan chat dengannya, mengerahkan segala kemampuanku untuk menggombalinya dengan humor - humor recehku, serta perhatian kecil yang kuharapkan bisa meluluhkan hatinya.


*****

Liburan sekolah kali ini memang cukup panjang. Selain libur karena kenaikan kelas, juga libur karena menjelang hari raya natal dan tahun baru. Inilah alasan bagi Indri yang akhirnya datang kembali ke sini, untuk mengunjungi rumah pamannya serta menghabiskan masa liburan sekolahnya.
Beruntungnya aku yang tanpa sengaja bertemu dengannya di masa kejombloanku ini. Masa liburan ini tak akan aku sia - siakan untuk mengambil hatinya.


Aku sudah menyusun rencana untuk mengajaknya melihat kembang api di alun - alun kota saat malam tahun baru nanti. Semoga saja ia mendapatkan izin dari keluarganya.


[Ndri? Malam tahun baru ada acara nggak?] tulisku dalam pesan whatsapp kepadanya.


[Enggak, aku di rumah aja.] balasnya.


[Aku ajak jalan, gimana?]


Negosiasiku terus kukerahkan di sela - sela kegiatan rebahanku di masa libur ini. Aku pun melontarkan janji akan datang meminta izin kepada pamannya dan akan mengantarkannya pulang dalam keadaan selamat. Namun, siapa sangka Indri menyetujui ajakanku. Perasaan tak sabar terus mengerumuni otak dan berharap waktu bisa berjalan secepat mungkin agar malam itu segera tiba.


*****

Pakaian terbaik sudah kukenakan malam ini. Tak lupa kusemprotkan minyak wangi di bawah lengan dan sekitar bajuku untuk membuat penampilanku semakin percaya diri. Aku telah siap menjemput sang bidadari pujaan hati.


Kuderukan motorku menuju rumah paman Indri, hingga akhirnya aku telah sampai di rumah gaya lawas yang penuh tanaman bunga itu. Seketika rasa ragu menggeluti pikiranku. Sebuah PR besar untuk mengajak keluar anak perawan yang mengaku tak pernah berpacaran itu.


Kulangkahkan kakiku dengan berani, tak lupa berucap do'a terlebih dahulu agar malam ini aku bisa berhasil mewujudkan rencanaku.


"Assalamualaikum," sapaku sembari mengetuk pintu.


"Waalaikumsalam," sahut pria beruban yang kutebak adalah paman Indri.


"Temannya Indri ya? Sini masuk," ujarnya lagi.


Rasa deg - degan menggelayut manja di dalam dada, meskipun ini bukan yang pertama bagiku untuk mengajak jalan seorang wanita, namun Indri begitu berbeda. Pamannya adalah salah satu perangkat desa di sini. Aku harus menabur kepercayaan kepada beliau agar hubunganku dengan Indri semakin lancar.

*****

Malam tahun baru kali ini sungguh istimewa, rentetan kerlap - kerlip lampu jalan menambah syahdu suasana saat aku berhasil membonceng gadis idamanku. Ya, berkat bakat basa - basiku yang terkesan anak baik nan polos, mampu meluluhkan hati paman Indri untuk membawa keponakannya jalan - jalan keluar rumah bersamaku.


Indri begitu cantik, celana jeans berwarna navy dipadukan dengan blouse rajut berwarna hitam, membuatnya sangat serasi dengan rambut panjang dan wajah ayunya.


Jalanan begitu ramai dan macet, maklum saja setiap tahun baru suasananya pasti akan seramai ini. Apalagi tujuan kami adalah alun - alun kota, dapat dipastikan ribuan pasang mata akan hadir di sana. Kemacetan membuat deru motorku berjalan lambat, namun hal itu sama sekali tak membuat hatiku kesal karena obrolan manis kami berdua yang tak ada habisnya. Rasa romantis kian memburu saat aku berhasil membimbing tangan Indri untuk memeluk pinggangku.


*****

Tepat jam dua belas malam, ratusan kembang api berdentum menukik tinggi ke atas. Bau khas gosongnya berderai menyusuri indera penciuman, namun hal itu tak sebanding dengan keindahannya yang menyilaukan mata. Semua orang berdecak kagum memandang tradisi musiman itu. Kugenggam erat tangan Indri yang tak menampik kehangatan telapak tanganku, mata kami saling berpandang, saling mengulas senyum, tanda bahwa kami begitu menikmati malam ini.


Pesta kembang api pun telah berakhir, aku pun bermaksud untuk mengantar Indri pulang ke rumahnya. Namun, Indri mengatakan bahwa paman dan bibinya sedang melancong sendiri menikmati tahun barunya di rumah rekan kerja pamannya. Hal itu membuatku lega karena aku bisa pulang dengan santai bersamanya.


Malam berubah menjadi dini hari, jalanan raya yang amat ramai dipenuhi lautan manusia membuatku memilih jalan tikus agar tak berdesakkan dengan kemacetan.
Benar saja, jalan pintas ternyata lebih sunyi dan menghadirkan gelora asmara yang kian mendebarkan.


Sampai akhirnya, kutemukan jembatan gantung yang pernah kulalui saat bersepeda bulan lalu. Jembatan itu hanya bisa dilalui oleh satu motor saja. Di bawahnya ada aliran sungai yang berbatu dan satu lampu jalan yang tak begitu terang. Sungguh suasana syahdu yang mendorongku untuk menyatakan perasaanku kepada Indri.


"Ndri, kita turun sebentar ya, ada sesuatu yang aku omongin," ujarku dengan penuh rasa grogi.


Indri hanya tersenyum sembari mengangguk kecil tanda ia setuju dengan tawaranku. Motorku akhirnya terparkir manis di sisi jembatan, lalu kugandeng tangan Indri menuju jembatan gantung itu sembari menikmati keindahan malam dan suara gemercik aliran sungai.


"Ndri, kamu inget nggak waktu SD aku suka banget gangguin kamu? Hahaha, sebenarnya itu cuman modus tau," ungkapku dengan rasa deg - degan tak karuan.


"Dasar kamu, emang modus apa sih?" tukasnya dengan ekspresi menggerutu.


"Aku suka kamu, Ndri! Sekarang pun aku suka kamu, kamu mau jadi pacarku?" Kupandang wajah ayunya yang tengah tersipu malu. Lalu dengan lugas, ia mengangguk sembari tersenyum lebar.


Suara jangkrik saling bersahutan, kupeluk pinggangnya hingga rasa hangat mampu menahlukkan hawa dingin malam itu. Sungguh malam yang sangat romantis!


Tiba - tiba sorot lampu motor membuyarkan aksiku yang hendak mendaratkan ciuman di pipi pacar baruku, aku terhenyak dan berjalan cepat sembari membimbing Indri untuk kembali melanjutkan perjalanan karena aku takut dituduh melakukan perbuatan mesum di tempat ini.


Belum sempat kuhidupkan motorku, dua buah motor berderu semakin dekat dengan kami. Aku pun bermaksud memberi kesempatan kepada pengendara motor itu untuk melewati jembatan gantung terlebih dahulu. Aku pun tetap santai, berada di atas motorku dengan Indri yang sudah berada di belakangku.


Namun, sesuatu berjalan begitu cepat. Dua buah motor dengan empat orang yang menungganginya itu, tiba - tiba menyerangku. Kepalan tinju sungguh terasa sakit di pipi hingga membuatku oleng dan terjatuh dari motorku. Hanya suara jeritan Indri yang bisa terdengar di telinga karena serangan bertubi - tubi dari dua kaki yang terus menginjak badanku tanpa henti.


"Cewek'e ayu, Su! (Ceweknya cantik bro!)" teriak salah satu orang yang memegang tangan Indri. Aku pun berontak, rasa tanggung jawabku kepada Indri seketika menggeliyang di pikiranku. Biar saja aku yang terluka asal dirinya baik - baik saja.


"Gasak ae, Bos! Aku ngurusi iki sik, opo dipateni sekalian ae ta? ( gasak aja, Bos! Aku ngurusin yang ini dulu, apa dibunuh sekalian saja kali ya?)" jawab salah seorang yang memukuliku.


Aku pun terhuyung sembari berusaha bangkit dengan badan yang terasa remuk dan sakit. Namun, lagi - lagi hujaman serangan membuatku oleng kembali.


"Sak karepmu, jo lali motore diamanke! (Terserah saja, jangan lupa motornya diamankan!)"


"Ojo diembat dewe, gantian, Su! Aku yo gelem cewek ayu! (jangan dipakai sendiri, gantian ya, aku juga mau cewek cantik!)" teriak salah seorang yang menendang kepalaku.


"Bagus, tolong aku! Tolong! Lepaskan!" Tangisan Indri semakin meraung. Sorot lampu motor menggiring mataku kepada Indri yang sedang dilucuti pakaiannya oleh dua orang biadab yang berniat membegal motorku.


Perih terasa menjalar di seluruh badan dan pikiranku, aku lemah dan hampir pingsan. Terasa buliran darah mengaliri luka - luka akibat serangan mereka. Kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri, Indri dirudapaksa paksa oleh mereka secara bergantian. Raungan tangisnya semakin menjadi membuat hatiku pilu tak terbendung. Maafkan aku Indri, Maaf!


Setelah itu, mataku semakin terpejam, tangis Indri semakin lemah terdengar.
Aku terkapar tak berdaya.


*****

Ijab qabul telah berhasil kuucapkan dengan perasaan kelabu. Peristiwa na'as yang kualami telah merenggut kesucian, harga diri, serta masa depan Indri. Bukan suatu masalah jika motorku hilang atau badanku yang terluka parah, namun yang paling kusesali adalah sayatan tak terhingga yang harus diterima Indri di sepanjang hidupnya.


Peristiwa itu membuat duka seluruh keluarga kami, hingga aku harus dimintai pertanggungjawaban untuk menikahi Indri dan terpaksa harus putus dari sekolahku. Sesal memang selalu datang di akhir, aku hanya bisa menelan mentah - mentah semua ini. Ini semua memang salahku.


*****

Indri, wanita manis berparas cantik yang kini telah resmi menjadi istriku. Namun, ia tak lagi seceria dulu. Ia tak banyak bicara, dan sering menghabiskan waktunya dengan menangis dan melamun. Aku paham, ia menderita trauma bathin yang teramat dalam.


Malam pertama yang diharapkan menjadi malam terindah bagi dua sejoli yang berikrar di atas nama Tuhan, sama sekali tidak terjadi padaku dan Indri. Indri tak bisa disentuh, ia menjerit ketakutan setiap kali aku mendekat kepadanya. Rasanya sangat kacau melihat derai air mata yang selalu menghiasi tangisnya.


Aku hanya bisa pasrah! Menikmati opera Tuhan yang meruntuhkan rasa optimisku.
Semoga ada jalan terbaik dari Nya, untukku dan istriku.


Selesai.



*****
Diubah oleh dwyzello 06-05-2020 16:58
nona212Avatar border
teguhwidihartoAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 18 lainnya memberi reputasi
19
2K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.