MomieMoyAvatar border
TS
MomieMoy
Air Mata Rinai



(PROLOG)

Bagaimana caranya bahagia, jika seumur hidup dicap sebagai penyebab kematian seseorang?

Aku bukan pembunuh! Tapi sosok yang seharusnya paling dekat denganku, justru menganggap demikian.

Papa.

Manusia mana yang mampu menolak kehendak Tuhan? Sepertiku, yang mustahil bisa menukar nyawa yang telah lenyap.

Tujuh belas tahun silam, hari kedua di bulan Januari, seorang wanita bertarung melawan maut. Memperjuangkan sebuah nyawa dalam rahimnya.

Rumah bersalin di pinggiran kota menjadi saksi bisu, betapa gigih dirinya saat itu. Bukan satu dua jam, melainkan belasan jam menikmati kontraksi hebat.

Tak sanggup kubayangkan seperti apa raganya saat itu. Mungkin kulitnya sepucat kapas sebab letih kehabisan tenaga. Akan tetapi, segala rasa sakit terbayar ketika si bayi lahir.

Menurut cerita, si bayi perempuan sama sekali tak menangis, bahkan saat bidan menepuk-nepuk pantatnya. Makhluk rapuh itu menggeliat, tatkala ujung jemari sang ayah menyentuh pipinya.

Lelaki bertubuh tinggi tersebut berkata, β€œSelamat datang, Putri Cantik. Aku superheromu.”

Namun, senyum bahagia segera lenyap. Berganti kegetiran. Secepat ombak yang menyapu istana pasir. Segalanya hancur seketika.

Wanita yang baru saja menyusui bayinya untuk pertama kali tersebut, mengalami pendarahan hebat. Semua panik! Bidan menolong sekuat tenaga, semampu yang dia bisa.

Namun, siapa yang bisa berontak dari takdir? Semua manusia tahu, bahwa ajal tak bisa ditangguhkan. Tidak untuk satu detik pun.

Tangis makhluk kecil tak berdosa itu pecah. Menjerit-jerit, mengiringi helaan napas terakhir wanita yang telah memberinya hidup. Tangis itu seolah ucapan perkenalan sang bayi dengan dunia, dan salam perpisahan kepada ibunya.

Satu bidadari pergi dengan damai. Meninggalkan lelaki yang menangis pilu di hadapan raganya. Juga seorang bayi yang memelas pelukan hangat.

Akulah bayi itu.

Rinai.


πŸ–€πŸ–€πŸ–€


Ingin aku memahami pikiran Papa dari sudut pandangnya. Menyelami hati, menutup luka yang menganga di dadanya. Tapi selalu berakhir sia-sia.

Ketika bertemu denganku, Papa selalu membuang muka. Kadang balas memandangku dengan sorot tak terbaca.

Sering kali dia membentak tanpa alasan, apalagi jika aku melakukan kesalahan.

Lalu menghindar kala mulutku lancang melontarkan tanya, β€œApa aku anak kandungmu, Pa?” Satu pertanyaan konyol yang memicu emosi Papa. Dan, untuk pertama kali, telapak tangannya mendarat keras di pipiku.

Hidup sebagai seorang manusia yang tak dikehendaki, siapa yang ingin? Tapi sebenarnya apa salahku?

Sampai sekarang, pertanyaan itu tak pernah terjawab. Tapi dari sikap Papa, satu kesimpulan dapat kupetik.

Orang tua asuh akan mencintai anaknya sekalipun dipungut dari tong sampah, jika dia benar-benar mengharap kehadirannya.

Sebaliknya, seorang bapak kandung mungkin saja membenci darah dagingnya, andai anak tersebut dianggap pembawa petaka.

Bukankah manusia berhak mencintai dan membenci?


πŸ–€πŸ–€πŸ–€


Cinta Papa kepada Mama begitu besar. Siapa pun tahu itu, termasuk aku. Tak ada wanita lain yang mampu menggantikan posisi seorang Larasati dalam hidupnya.

Foto-foto kebersamaan mereka masih terpajang di dinding-dinding rumah. Benda-benda kesayangan Mama pun tersusun rapi dalam sebuah gudang. Semua itu cukup menegaskan, betapa Papa tak rela melupakan keping-keping kenangan tentang Mama.

Dalam hati melirih, betapa menyedihkan nasib Papa. Kehilangan sebegitu dalam.

Namun, dia melupakan satu hal. Bahwa ada yang jauh lebih tersakiti daripada dia. Ada yang jauh lebih kehilangan daripada dirinya.

Seorang anak, yang tak pernah menikmati senyum sang ibu yang kata orang secerah fajar.

Seorang anak, yang ingin dininabobokan ibunya saat malam menjelang.

Seorang anak, yang membayangkan asyiknya terkena omelan si ibu karena melawan perintah.

Dialah aku.

Orang yang paling merasa kehilangan ... tanpa pernah memiliki.


πŸ–€πŸ–€πŸ–€



Rinai kecil tak pernah mengeluh akan hidup yang tak sempurna dan fondasi keluarga yang pincang.

Ya, walau hanya mengenal Mama lewat cerita dan foto-foto usang, tapi hidup bersama Nenek membuatku bahagia.

Nenek mengajariku arti kasih. Bahwa dengan membuat orang lain senang, jiwa kita akan turut bahagia. Dia adalah riuh dalam sepiku.

Papa yang sibuk bekerja dan hanya datang sekali dalam setahun, tak menyurutkan kebahagiaan. Padahal, sejak kecil sudah kusadari penolakannya. Tapi perhatian dan kasih sayang Nenek menutupi segala kecacatan itu.

Segalanya cukup bagiku. Cukup, andai kata Tuhan tidak memanggilnya dengan cepat. Nenek meninggal, saat usiaku menginjak sebelas tahun. Pahitnya hidup kurasakan sejak saat itu.

Betapa dunia tak semanis dongeng-dongeng dalam buku cerita.

Masih kuingat jelas pesan terakhir Nenek, beberapa jam sebelum ajal menjemputnya.

β€œRinai ....” Suara Nenek terdengar amat parau. Dadanya tersengal-sengal, tampak susah payah bicara. Matanya begitu sulit untuk terbuka.

Sedangkan aku hanya membisu menyaksikannya. Terisak, membayangkan bagaimana nasibku kelak jika Nenek pergi selamanya.

Seraya mengusap tetes demi tetes air yang berdesakan di pelupuk mata, aku terus mendengarkan dengan khidmat petuahnya.

β€œJika ayahmu menggoreskan luka di hatimu, maafkanlah dia, Nak. Kelak, waktu akan mengajarimu, bahwa penawar dari segala luka hati adalah dengan memaafkan.”

Aku menuruti nasihat Nenek. Perlakuan pahit dari ayah kandungku sendiri, kutelan bulat-bulat. Walau nyatanya menimbulkan lubang dalam dada. Lama-lama, sikap dingin dan ketidakpeduliannya menjadi lumrah.

Aku hidup demi satu tujuan, dan akan tetap sabar menunggu hari itu tiba. Waktu, di mana kami, aku dan Papa, bisa menemukan penawar dari hati yang terluka.

emoticon-Turut Berduka
Diubah oleh MomieMoy 15-04-2020 07:57
Gimi96Avatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 37 lainnya memberi reputasi
38
2K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThreadβ€’41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Β© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.