Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

RideatInFinemAvatar border
TS
RideatInFinem
The Last Race

Ilustrasi Kastil: Kastil Arundel


The Last Race


                                 

Ketika kejahatan telah menguasai keempat penjuru kebenaran, saat itulah pasukan kegelapan mulai menghancurkan seluruh ras di muka bumi, berusaha untuk menjadi yang terakhir, sang Penguasa Dunia...


                Kilatan cahaya hijau melesat cepat ke berbagai arah, menghantam pilar-pilar raksasa menara dan membuatnya hancur seketika menyisakan bongkahan-bongkahan besar, bak hujan meteor yang menghujani para Kesatria Rothrin. Debu berterbangan dimana-mana, memudarkan pandangan. 


Beribu-ribu Pasukan Kegelapan  terus melontarkan mantra-mantra mengerikan ke arah Menara Dimensi. Sebaliknya, Gordergo— Pemimpin Ras Rothrin—  beserta ahli sihir lainnya berusaha sekuat tenaga melindunginya dengan ratusan Mantra Pelindung.


Ribuan Sect-Rothrin—bukan ahli sihir dan kesatria— berkumpul penuh ketakutan di dalam ruang persembunyian bawah tanah. Dengan puluhan Mantra Pelindung yang menyelubungi, serta lusinan Penghisap Bayangan di setiap sudut ruangan, makhluk apapun tidak akan mampu menyelinap masuk ke dalam ruangan tersebut.


Mark berdiri gugup di aula; menggenggam dua bilah Pedang Samudra dengan tatapan berat ke arah cermin di hadapannya. Seorang pemuda balik menatapnya dengan pandangan sayup. Beberapa garis hitam melingkar di bawah matanya, membuat wajahnya terlihat lesuh.


Pikirannya kacau-balau. Pertentangan pendapat menggerogoti batinnya ketika ia mengalihkan pandangannya melewati jendela. Sayup-sayup terdengar dentuman keras pertempuran, diikuti riuh teriakan mengerikan dari luar menara.


“Zerstorio!”


Sebuah kilatan cahaya merah melesat cepat menghantam pintu aula, disusul ledakan hebat menggetarkan seisi Menara Dimensi. Asap tebal bergulung-gulung menyelimuti langit-langit ketika Klaus bergerak cepat menerobos, mencoba mendekati pintu aula.

Namun, sesuatu tiba-tiba memaksanya menghentikan langkah kakinya.


 “Tidak mungkin!” Klaus terperanjat dan melangkah mundur perlahan.


Sesosok prajurit raksasa berbajuzirahkan platina berdiri tepat di hadapannya, menghalangi jalan masuk ke dalam aula. Kedua tangannya bertumpu pada Pedang Legendaris Dracerion, sementara wajahnya tersembunyi di balik topeng platina berapi.


Beberapa detik berikutnya semua berubah menjadi buram. Angin kuat berhembus di sekitar Klaus ketika dia berusaha mengintip dari sela-sela matanya yang sayup.


“Apa-apaan…?”


Klaus memandang terkejut ke sekitarnya. Tubuhnya seakan-akan melayang berkilo-kilometer jauh di angkasa; kedua tangan dan kakinya telah terbelenggu rapat dengan rantai emas yang tidak terlihat ujungnya. Sederet tulisan kuno mulai merayap perlahan menyelimuti sekujur tubuhnya, membentuk sebuah lingkaran aneh yang menyakitkan. Klaus menjerit, berjuang menahan rasa sakit yang luar biasa. Tubuhnya seolah-olah terlilit oleh lidah-lidah api yang kasat mata.


Prajurit raksasa itu terlihat melayang perlahan menghampiri Klaus; mengangkat Pedang Legendarisnya tinggi-tinggi, yang tiba-tiba berubah menjadi api kegelapan mengerikan yang luar biasa panasnya. Bersamaan dengan raungan keras, diayunkan cepat ke arah Klaus yang hampir kehilangan kesadarannya.


“Verswinderio!” teriak Klaus, sebelum tubuhnya hampir menerima serangan tersebut.


Langit mulai memudar dan menghilang seketika. Gambaran di sekitar pun kembali berubah menjadi tembok-tembok ukiran di dalam Menara Dimensi. Klaus berusaha menggerakkan tubuhnya bangkit dari lantai. Darah segar terlihat mengalir keluar dari mulutnya. Kedua kakinya bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Lengan kirinya remuk serta beberapa tulang jarinya patah.


Sambil menahan rasa sakitnya, Klaus mendongak dan memandang sayup ke arah prajurit mengerikan yang masih berdiri gagah di hadapannya. Ini merupakan pertama kalinya dia terjebak dalam Dunia Ilusi, dan bukan sekedar Ilusi biasa; Klaus menyadari hal itu, melainkan Ilusi mengerikan langsung dari sang Kesatria Ilusi, Souldorn.


Dia tidak ingin mempertaruhkan nyawanya untuk menghadapi Kesatria tersebut. Namun, bagaimanapun caranya ia harus masuk ke dalam aula untuk menghentikan Mark.


“Tidak perlu membuang waktumu untuk mencegahku, Klaus.” Suara Mark tiba-tiba bergaung di udara, seakan dapat membaca isi pikiran Klaus.

Sebuah senyum tipis terlihat muncul di sudut bibir Klaus yang berlumuran darah.


“Membuang waktu?” tanya Klaus geram, sambil mengusap bibirnya dengan lengan jubah. “Kau kira aku akan bersembunyi seperti pengecut dan membiarkanmu mati dengan ide konyolmu?”


Dentuman keras beberapa mantra yang saling beradu masih terdengar ramai dari luar menara.

Sementara itu, lubang hitam di atas menara pun semakin membesar dan kuat. Hanya menunggu waktu sampai lubang tersebut cukup besar untuk menghisap Menara Dimensi dan memusnahkan seluruh Ras Rothrin.


“Lebih baik kau buang niat idiotmu itu, atau aku yang akan memaksamu membuangnya!” kata Klaus mengancam dan telah bersiaga kembali dengan beberapa Perkamen Mantra di tangan kanannya.


Klaus segera membentangkan selembar perkamen ke udara, seraya melafalkan beberapa kombinasi mantra yang rumit. Gelombang air mulai berputar  menyelubunginya, membentuk sebuah lingkaran, serta seekor Phoenix tiba-tiba muncul dan melesat terbang ke berbagai arah meninggalkan lidah api di belakangnya.


 Souldorn hanya berdiri terpaku di tempatnya, sambil mengamati Klaus, yang hampir selesai dengan mantranya tersebut. Tak terlihat sedikit pun kegentaran di wajahnya.


“Kalzurus Nemento!”


Klaus tiba-tiba rebah seketika ke lantai. Semua mantranya pun lenyap di udara tak tersisa.

Sang Kesatria Bayangan pun mulai pudar perlahan sampai akhirnya hancur dan menyisakan cahaya keemasan.


“Maaf Klaus,”  gumam Mark, yang sekarang berdiri tepat di samping Klaus yang sudah tidak sadarkan diri di lantai. “Tetapi aku harus melakukan sesuatu untuk membela ras kita.”


Mark menebas pelan udara di sampingnya, menghasilkan sebuah lubang putih berkilauan. Diseretnya tubuh Klaus perlahan, lalu dilemparkannya ke dalam lubang tersebut.

Tubuh Klaus berputar-putar sebentar di dalam terowongan bercahaya, kemudian meliuk-liuk ke beberapa sudut berbeda, sampai akhirnya terjatuh ke dalam salah satu kamar di ruang persembunyian bawah tanah.


Mark menarik napasnya dalam, kemudian bergegas menyusuri koridor, menuju pintu keluar menara, seraya menyeret kedua bilah pedang Samudra dengan kedua tangannya yang berotot. Peluh terlihat mengalir perlahan di sekujur tubuhnya. Sekarang tidak ada lagi yang dapat menghentikannya menuju pertempuran besar di luar sana; pertempuran hidup dan mati demi menyelamatkan rasnya dari kehancuran.


“Zerstorio!”


Keping-kepingan pintu menara berhamburan seketika ke udara. Dengan tenang Mark melangkah keluar menuju kerumunan pasukan Kegelapan, yang terus-menerus melontarkan mantra mematikan ke arah Menara Dimensi.


“Hei, Mark! Apa yang kau lakukan di sini? Cepat kembali!” teriak Gordergo memperingati.


Mark terus melanjutkan langkahnya dalam diam, menghampiri para pasukan Kegelapan, yang semakin bertambah besar jumlahnya. Asap hitam membumbung tinggi di beberapa bagian menara yang nyaris hancur. Terlihat ledakan cahaya hitam dan hijau melesat cepat di udara.

Sebuah lubang hitam lain terlihat menganga di kejauhan. Ribuan Monster, Ahli Sihir dan Pasukan Kegelapan lainnya tampak berbaris rapi keluar dari dalamnya.


Melihat Mark yang sama sekali tidak merespon peringatan tersebut, lima ahli sihir pun terpaksa melontarkan Mantra Teleportasi ke arahnya; mencoba mengirimnya kembali ke tempat persembunyian.


Mark menggumamkan sesuatu dalam mulutnya, seraya terus melangkah maju dan  seketika mantra-mantra tersebut pun musnah di udara.


Beberapa dari mereka memandangnya dengan mata terbelalak, tak percaya. Mark mempercepat langkahnya, seraya melafalkan beberapa kombinasi mantra bersamaan. Seketika seberkas cahaya berkilauan keluar dari punggungnya, membentuk sepasang sayap hitam besar. Langkahnya berubah menjadi sedikit berlari, seraya menyeret kedua bilah Pedang Samudra di sampingnya. Beberapa langkah kemudian, tubuhnya pun melesat terbang ke udara, menembus awan.


Para Pasukan Kegelapan yang melihatnya pun tak tinggal diam. Ribuan kutukan mematikan langsung  berhamburan di udara menuju ke arahnya. Mark membalikkan tubuhnya menghadap ke arah kutukan-kutukan yang semakin mendekatinya, diacungkannya kedua bilah Pedang Samudranya ke atas, lalu dilafalkannya singkat dua kombinasi mantra bersamaan, diakhiri dengan tebasan menyilang ke arah kutukan-kutukan tersebut.


Ledakan hebat pun menggelegar, disusul dengan cahaya emas membutakan yang berkilauan. Kobaran api menjilat-jilat di angkasa, menyerupai simbol-simbol kuno kegelapan; para Pasukan Kegelapan serentak bersorak ke udara dan membanting-banting kaki ke tanah.

Asap tebal bergulung-gulung, menutupi kobaran api yang semakin mengecil dan akhirnya menghilang. Tiba-tiba sebuah teriakan mengerikan meraung-raung dari balik kepulan asap tersebut, disusul secercah cahaya perak memanjang, seolah-olah membagi langit menjadi dua bagian yang berbeda.


Para Pasukan Kegelapan meraung keras ke udara, membalas teriakan itu; Para Kesatria Rothrin melesat maju, sambil mengacungkan tinggi tombak-tombak mereka, mencoba memanfaatkan kesempatan yang ada. Ribuan kutukan serentak menyambut mereka, sesaat sebelum Pasukan Kegelapan menyadari kelengahan tersebut.


Cahaya perak itu berubah menjadi lebih gelap; menyatu dengan kumpulan awan mendung di sekitarnya. Samar-samar siluet tubuh Mark tiba-tiba melesat cepat di udara, menerobos kegelapan dengan aura keemasan yang kontras dengan awan di sekitarnya. Dia membentangkan kedua tangannya sejajar ke samping; menggenggam kedua bilah Pedang Samudra yang kini beraurakan kobaran api kegelapan.


“Feurolle!” teriak Mark sambil mengayunkan kedua pedangnya bersamaan, membentuk silang di udara dan melontarkan lidah api tepat ke arah barisan Pasukan Kegelapan ratusan meter di bawah.


Ledakan besar mengamuk dahsyat; memanggang puluhan Ahli Sihir Kegelapan, disusul asap kelabu dan bau tajam yang sangat menyengat.


Sesosok lelaki berjubah hitam berdiri di kejauhan, mendongak dan menatap dingin ke arah Mark, yang masih melayang di udara.  Sebuah seringai mengerikan terlihat di wajahnya yang dingin, dengan tulang pipi yang menonjol keluar. Ia mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya, melakukan beberapa gerakan misterius dan menghasilkan seberkas cahaya berkilau dari tangannya.


“Gewitro Slagerius!”


Kilatan cahaya merah besar: menyerupai ribuan pisau, tiba-tiba melesat cepat menuju ke arah Mark. Beberapa Pasukan Rothrin serentak Cumiik kaget menahan napas. Mark tidak menyadari akan serangan mendadak tersebut.

Gordergo mengacungkan pedangnya tinggi-tinggi ke angasa, dengan cepat ia melafalkan beberapa mantra kuno, seraya mencabut sebuah kristal biru dari pedangnya, lalu dengan cepat melemparkannya ke arah Mark, disusul tebasan mengerikan di belakangnya.


“Snelerium Sendorio!”


Seekor naga keemasan segera melesat cepat ke udara, meliuk-liuk menerobos awan menuju ke arah Mark, bersamaan dengan kilatan cahaya merah yang semakin mendekatinya dari arah berlawanan.


Naga itu segera menyemburkan ratusan lidah api ke arah cahaya merah tersebut, kemudian mempercepat gerakannya dan menorobos masuk seketika ke dalam tubuh Mark yang semakin melemah.


Terdengar suara ledakan keras dan Mark merasakan dirinya terpelanting mundur dan menghantam keras sebuah dinding udara. Dia masih sempat melihat sekilas ujung pedang Gordergo mengayun, sampai akhirnya menghilang di balik cahaya putih yang menyilaukan.


“Hancurkan Kristal Kebenaran, Mark! Hanya itulah satu-satunya cara untuk menghacurkan lubang hitam dan mengirim semua pasukan Kegelapan kembali ke Negeri-Terbuang. Dengarkan hati kecilmu dan kalahkan Iblis dalam dirimu, kelak kau dapat selamatkan rasmu dari kehancuran sekaligus menjadi Rothrin sejati! ” Suara Gordergo bergaung sejenak di telinganya dan seketika menghilang, meninggalkan kesunyian.


Mark membuka matanya, berusaha menangkap cahaya di sekitar. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi, hanya tahu dia terbaring di antara sesuatu yang tampaknya seperti bebatuan dan tanah yang lembap. Kemudian sesuatu yang bergerak-gerak mendekati wajahnya. Ia

mengangkat tubuhnya beralaskan tangan dan lutut, bersiaga menghadapi sesuatu tak dikenal di hadapannya, makhluk yang galak, tetapi dia melihat bahwa itu ternyata hanyalah seorang gadis kecil.


Pikiran pertama yang terlintas di benak Mark adalah Menara Dimensi, dan untuk sekejap,

walaupun ia tahu betapa bodoh dan berbahaya baginya untuk terbaring di dekat menara, hatinya bergejolak ketika terpikir bahwa dia mengendap-endap di sekitar tempat persembunyian. Mark mulai mengamati lebih dekat gadis kecil tersebut, ia menyadari bahwa itu bukan di sekitar Menara Dimensi. Bebatuannya kelihatan lebih gelap, lebih lembap dan basah.


Gadis kecil itu balas memandang Mark dengan tatapan yang aneh. Dia menyibakkan rambut hitamnya yang panjang, tergerai rapi di balik topi koboi birunya yang agak besar.


“Tempat apa ini? Dan siapa kau?” tanya Mark, mengamati sejenak sekitarnya, lalu mengarahkan pandangannya kembali ke arah gadis kecil tersebut.


“Namaku Klara dan ini adalah Negeri-Terbuang,” jawab gadis kecil itu lembut, matanya yang besar terpaku pada wajah Mark.


Mark mengernyitkan dahinya, sambil mengusap dahinya dengan lengan baju.


“Bagaimana mungkin—bagaimana mungkin aku bisa sampai ke sini?” tanya Mark bingung, matanya terus mengawasi sekitarnya.


Wilayah di sekitar mereka sunyi secara tak wajar. Tidak ada cahaya atau sinar, tak ada letusan, jeritan atau suara-suara lainnya. Sejauh mata memandang, hanya terlihat bukit batu dan hamparan rerumputan yang tidak merata.


“Cukup panjang untuk menjelaskannya. Lebih baik sekarang kita bergegas.” Sahut Klara, seraya meraih tangan Mark.


“Hei! Apa— ”


Seketika angin kuat berhembus mengelilingi mereka, memotong kata-kata Mark. Dia berusaha berteriak protes, namun tekanan angin itu membuat mulutnya terkatup rapat. Berusaha untuk mengalirkan udara ke kerongkongan yang mulai terasa sesak, ia mengerjap dan menyadari bahwa tubuhnya sekarang melayang bebas di udara. Klara terlihat samar di sampingnya dan tangannya masih menggenggam erat tangan Mark yang mulai bergetar.


Beberapa detik berikutnya, terdengar suara percikan air, dan mereka mendarat di atas sebuah dataran luas, di pinggiran danau. Klara mendaratkan kakinya gemulai di atas dedaunan kering, seirama dengan siulan angin yang perlahan lenyap di udara, sementara Mark terjatuh keras tepat di atas beberapa akar pohon yang menonjol ke atas dan mengerang kesakitan.


“Oh, luara biasa,” gerutu Mark, menahan sakit di sekujur tubuhnya.


Klara tersenyum, berbalik dan berjalan menjauh, mencoba mengamati sesuatu lebih dekat di permukaan air danau.


Mark mengangkat tubuhnya beralaskan tangan dan lutut, berusaha menjaga keseimbangan, lalu menyapu pandangannya melewati danau yang terbentang di hadapannya.


“Baiklah¬—”


“Sekarang kau harus terjun ke danau itu,” potong Klara, menatap lekat wajah Mark yang kebingungan.


“Hei, kau tidak bisa¬—”


¬“Wirfter!” teriak Klara, memunculkan pusaran angin kecil di belakang Mark. Pusaran angin itu membuat Mark terpental  ke dalam air, sebelum dia menyelesaikan kata-katanya.


“Cari dan hancurkan kepala emas di dasar danau!” Suara Klara sayup-sayup bergema di dalam air.


Mark tenggelam perlahan ke dasar danau, mengerang dan menggeliat. Ia tidak habis pikir dirinya dengan mudah diatur oleh gadis kecil itu—gadis kecil gila itu. Di lain sisi, Mark merasakan perasaan aneh, yang mendorongnya untuk menuruti perintah tersebut.


Tiba-tiba sesuatu yang bergerak-gerak berenang mendekatinya. Mark menggerakkan tangannya membentuk sebuah pola segitiga, menghasilkan sebuah bola cahaya yang segera melesat menyelubungi sekujur tubuhnya, membuatnya dapat bernapas dalam air. Matanya menyapu cepat ke sekitar dan menangkap sesosok kadal raksasa keemasan, ketika kakinya tiba-tiba menyentuh dasar danau yang berlumpur.


Kadal raksasa tersebut berenang cepat, membuka lebar mulutnya dan mencoba menyerang Mark, yang spontan menghindar dan meninggalkan goresan dalam di lengan kirinya.


“Sial!” gerutu Mark kesal, sambil menutup lengan kirinya yang berdarah dengan telapak tangan kanannya.


Ia segera merogoh sesuatu di pinggangnya, namun matanya terbelalak ketika dia sadar bahwa kedua bilah Pedang Samudranya sudah tidak ada di situ. Entah sejak kapan kedua pedangnya tidak ada di sampingnya. Terakhir yang dia ingat hanya seekor naga idiot yang tiba-tiba menabraknya di udara— ya, benar, mungkin pedangnya ikut terbawa olehnya, sampai dia muncul di negeri terbuang ini dan bertemu dengan gadis kecil gila itu. Sekilas ingatannya kembali ke Klara.


Kadal raksasa itu kembali menyerang Mark dengan kedua cakarnya ke depan. Mark mengangkat tinggi kedua tangannya, melafalkan singkat beberapa kombinasi mantra dan melontarkan cahaya hijau tepat ke arah kadal raksasa tersebut, yang seketika hancur berkeping-keping, disusul cahaya putih keemasan di belakangnya.


Mark spontan menutup wajahnya dengan lengan kanannya, berusaha melindungi matanya dari cahaya menyilaukan itu.


Gemuruh mulai terdengar, diikuti jeritan keras yang Cumiakkan telinga. Dasar danau mulai terbelah menjadi dua dan menghisap tubuh Mark, yang spontan memberontak keras, berusaha berenang ke permukaan. Segumpal asap hitam mulai merayap perlahan, menyelimuti sekujur tubuhnya.


Mark mengira dia akan mati lemas, dadanya tercekik, dia tidak dapat bernapas atau melihat dan dia hanya dapat merasakan tubuhnya yang semakin mati rasa.


Lalu dia melihat sebuah kristal biru, dengan pantulan berkilau yang indah, tapi sebelum dia dapat bernapas, terdengar jeritan dan kilatan cahaya merah; tangan Klara segera menggapainya dan semua kembali gelap.


Mark membuka matanya, terlihat samar wajah Klara sedang mengamatinya. Dia berusaha bangkit berdiri ketika rasa sakit tiba-tiba menyerang lengan kirinya. Mark mengamati sejenak lengan kirinya tersebut, dan melihat lukanya sekarang terlihat seperti luka lama, kulit baru tumbuh di tempat yang sebelumnya terdapat daging terbuka.


“Tidak perlu khawatir, itu hanya efek normal dari obat ini,” sahut Klara, menunjukkan sebuah botol kecil di tangannya dan kembali memasukannya ke saku baju.


“Stereia!” teriak Mark, tangannya melontarkan kilatan cahaya merah ke arah gadis kecil tersebut, diikuti ledakan hebat di belakangnya.


Asap tebal bergulung mengangkasa, mengurangi jarak pandang Mark ke sekitar.


Sebuah kilatan biru melesat cepat di udara dan perlahan berubah menjadi siluet tubuh Klara yang muncul tepat di belakang Mark dengan lutut tertekuk dan tangan yang langsung menyergap Mark ke lantai.


“Dasar bodoh!” bentak Klara kesal, sambil menindih tubuh Mark dengan lututnya dan menekan wajahnya ke tanah.


“Hei— le-lepaskan aku,” gerutu Mark terbata-bata, menahan sakit. “Apa maumu sebenarnya?”


“Aku hanya mencoba membantumu, bodoh!” Klara melonggarkan tekanan tangannya dan melayang perlahan, menjauhi Mark yang mengerang kesakitan.


“Membantu?” tanya Mark geram, “membantuku cepat mati dengan melemparku ke danau sial itu?” Mark mengangkat perlahan tubuhnya dan menatap sayup ke arah gadis kecil di seberangnya tersebut.


Tawa mengejek menghiasi wajah Klara yang memerah. Dia lalu merogoh-rogoh ke dalam kantong bajunya dan mengeluarkan sesuatu yang bercahaya dari dalamnya.


“Bukankah ini yang kau cari?” tanya Klara, sambil memilin-milin sebuah kristal merah dengan kedua jarinya.


Pikiran pertama yang terlintas di benak Mark adalah sebuah kristal biasa, dan untuk sekejap,

walaupun ia tahu betapa anehnya jika itu benar, ia merasa bahwa itu adalah Kristal Kebenaran yang harus ia hancurkan.


“Hei, dari mana kau mendapat kristal itu?” dia berbisik pada Klara, sambil melangkah maju perlahan.
Diubah oleh RideatInFinem 02-04-2020 07:10
AtkaHasenaAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
484
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.