Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

l13skaAvatar border
TS
l13ska
Misteri Keranda Berjalan


Desa Sidomukti yang berada dibawah lereng gunung Arjuno sedang gonjang-ganjing. Suasana sangat mencekam pasca kematian beberapa warga desa yang bisa dibilang janggal. Satu persatu warga desa Sidomukti meninggal setiap Jumat Kliwon.

Kejadian bermula dari meninggalnya seorang warga di malam Jumat Kliwon. Kematian beruntun selama sebulan terakhir itu dikaitkan dengan kejadian Keranda Berjalan. Peristiwa gaib yang hanya disaksikan beberapa mata.

Entah bagaimana kebenarannya kabar keranda berjalan itu? Sebuah fakta ataukah hanya mitos yang dibumbui kisah gaib. Yang jelas, kabar dari mulut ke mulut itu semakin meresahkan warga. Ketakutan warga semakin menjadi-jadi semenjak kematian-kematian beberapa warga yang dianggap tak wajar. Tak sedikit beberapa warga jatuh sakit semenjak santer beredar kabar Keranda berjalan.


"Mau gak mau kita semua harus bikin selametan pak RT" usul salah satu warga saat melayat salah satu warga yang mendadak meninggal.

"Iya pak Kades, bahaya kalau tiap minggu ada warga meninggal tak jelas seperti ini."

"Benar Pak, gak bisa dibiarkan ini. Minggu kemaren yang mati Supali, terus Subekti dan hari ini Sukamto. Semua temen seangkatan saya sudah pada mati. Kalau besok yang mati saya gimana? Aduh, belum siap saya Pak. Bini saya dua anak lima."

"Gini, bapak-bapak yang terhormat. Penduduk warga desa Sidomukti yang saya hormati. Persoalan kematian beberapa warga secara tiba-tiba memang aneh. Tapi biarkan permasalahan ini kami tangani. Tenang dan percayakan pada kami."

Pasca Sang Mayit dibopong diatas keranda dan kalimat laa illa ha illallahdilantunkan, para pelayat satu persatu mulai membubarkan diri. Lain halnya dengan beberapa pria pelayat, mereka tampak asik bergerombol. Usai Pak Kades pamit undur diri, mereka tetap belum beranjak dari tempat tongkrongan mereka.

"Sepertinya Pak Kades gak percaya ini bapak-bapak. Gini saja wes pak kita temui mbah Supardi saja. Beliau pasti lebih ngerti gimana mengatasi bala' ini"

***


"Bener to bu? Apa kata orang-orang desa? Ada Keranda berjalan di kampung kita?!" Tanya seirang pria muda berusia 30 tahunan

"Iya Le, kata orang tua dulu kalo ada keranda bergerak bakal itu pertanda akan ada yang meninggal. Lha ini keranda berjalan. Gak tau apa yang bakal terjadi sama kampung kita. Amit-amit jabang bayi, moga-moga kita semua selamat ya."

"Emang emak udah pernah liat dengan kedua mata sendiri? Jangan percaya omongan yang gak pasti mak... Nanti takut-takut sendiri."

"Kata Mbah Supardi, orang ngerti yang tinggal di sendiri di kaki gunung Arjuno. Kita semua warga Sidomukti harus membuat jenang untuk sesajen. Trus sesajennya dihanyutkan di kali Brantas. Tujuannya buat nolak bala'."

Abdi mengernyutkan dahi. Merasa aneh dengan perkataan emaknya yang tak bisa dibuktikan secara ilmiah. Keranda berjalan dan orang mati. Apa hubungannya? Aneh.

Bisa saja karena memang sudah waktunya mati. Apa yang salah dengan orang mati? Setiap hari ada orang mati. Di jalan, di rumah sakit dimana-mana pasti ada kematian.

***

Abdi pulang kerja sudah sangat larut. Hari ini akhir bulan. Banyak laporan keuangan yg harus diaudit dan dikirm le kantor pusat.

"Mak, nanti aku pulangnya malam. Lembur. Pintu rumah jangan dikunci dari dalam ya. Engkok aku gak iso melbu"

"Iyo Le, kalau pulang nanti lewat desa sebelah aja. Jangan lewat jalan biasa."

"Emang kenapa mak? Ada keranda berjalan lagi?"

"Hari ini malam Jumat Le... Sebaiknya kamu gak lewat jalan biasa."

"Halah mak... Gitu kug percaya. Abdi gak percaya kalau belum liat sendiri."

"Huzz, ojok ngawor lek ngomong. Lek diketoki tenanan yokpo?"

"Ya udah mak, Abdi berangkat dulu."

***

Abdi tak mengindahkan perkataan ibunya. Ia sudah ada dijalan dengan motor kebanggaanya. Hawa dingin menyusup di sela-sela jaketnya. Jam ditangan kanannya sudah menunjuk angka 12.

Ada sedikit rasa was-was mampir di hatinya. Sesekali dilihatnya langit yang semakin pekat. Tak ada bintang hanya segerombolan awan yang menutup sebagian bulan hingga bulan hanya nampak sepinggiran.

Pemandangan di sekitar sudah berganti menjadi dengan pohon-pohon kamboja yang rindang. Suara angin menggoyang-goyangkan pepohonan dengan bunga-bunga putih itu. Abdi menelan ludah saat mendengar suara jangkrik berderik.

Kuburan. Ia melewati jalan di sekitar komplek pemakaman. Jarum jam di tangannya menunjuk pada angka 12. Sudah malam. Abdi hanya seorang diri dengan motor Yamaha N-Max yang baru dilunasi cicilan terakhir di bulan kemaren.

"Sial. Kug aku gak bawa MP3 sih. Sepi sekali jalanan. Duh, mana deket kuburan. Sial."

Belum berapa lama berjalan. Abdi menghentikan sepedanya. Pemandangan yang dilihat di depannya membuat tubuh Abdi semakin merinding. Tangan yang memegangi kemudi tetiba jadi gemetar. Ia tak kuasa menahan deguban jantung yang semakin kencang.

Dug dug dug, suara detak jantungnya semakin tak beraturan.

Abdi tak percaya dengan apa yang dilihat kedua matanya. Tepat 3 meter di depannya. Sebuah keranda yang melayang diudara. Melayang tanpa ada yang memegangi.


Picture: Liputan6.com


Diusapnya mata kanan Abdi.

Benar Keranda itu melayang. Mungkinkah ini yang dimaksud keranda berjalan itu?


Berbagai pertanyaan mampir di kepalanya. Ia sudah terlalu lelah hingga tak bisa berpikir jernih.

Benar adanya, benda berukuran 2 kali satu meter berbahan dasar besi dengan petutup itu memang tengah melayang. Seolah ada yang mengangkat namun mereka tak kasat mata.

Mata Abdi membelalak. Tak percaya akan apa yang dilihatnya dengan mata telanjang. Menyesal dia tak menuruti kata emaknya tadi pagi.

Lampu motor Abdi masih menyala. Segera ia dengan sekuat tenaga, turun dari motor dan memegang kemudi. Ia berusaha memutar balik motonya. Namun ketegangan suasana membuat sendi-sendinya kaku. Entah kenapa sepeda motor itu jadi sulit sekali diputar.

Belum sempat sepedanya berbalik. Ia mendengar sebuah dentuman keras.

Dummm, PRANK, Gubrak

Di tolehmya asal suara yang tak lain dari arah keranda tadi.

Keranda sudah ada di bawah. Tak lagi melayang apalagi berjalan seperti kata orang-orang. Kaki Abdi susah digerakkan seperti menancap di tanah.

Perlahan ia putar kembali kepalanya. Sontak ia terkaget. Sosok yang tengah berdiri di depannya sungguh mengejutkan. Sosok bertubuh hitam besar sudah berdiri menghalangi jalannya.

Abdi tak bisa bergerak. Berteriak pun susah. Lemah tak berdaya.Tangannya segera melepas gagang sepeda motor. Hingga motor yang ada disampingnya roboh ke sisi kanan. Tergolek.

Abdi menelan ludah. Mencoba berlari kesisi lain. Namun makhluk serupa muncul lagi di depannya. Begitulah seterusnya. Tak ada jalan keluar. Buntu.

Ia tengah dikelilingi empat makhluk yang sangat besar.

"Tidaaak."

***

Abdi terbangun. Hanya mimpi. Ditolehnya pemandangan sekitar. Tak ada siapa pun yang ada hanya gelap.
Sayup terdengar suara beberpa orang.

"Ibu Hanifah... Almarhum sudah selesai kita sholatkan. Sudah saatnya kita makamkan. Segera ya bu... Tidak baik berlama-lama."

"Ya Allah... Abdi, anakku."

"Apa? Abdi? Almarhum?! Gak mungkin aku?"

Abdi berusaha keluar dari tempatnya sekarang. Namun rupanya ia sedang berbaring di sebuah keranda. Keranda yang beberapa waktu lalu dilihatnya melayang di udara. Sebuah keranda yang berjalan dengan empat makhluk astral yang menyeramkan.

Usahanya untuk keluar menemui jalan buntu. Teriakannya semakin keras dari dalam keranda tapi tak seorang pun di luar mendengarnya. Kini dia hanya bisa menyaksikan dirinya terkurung dalam keranda. Sendiri tanpa sesiapa.

****THE END****
Diubah oleh l13ska 01-04-2020 03:52
RobotElektrikAvatar border
sirluciuzenzeAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
2.1K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.