Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lastrimarrAvatar border
TS
lastrimarr
Tantangan Berujung Penderitaan


Selamat membaca😉

Saat matahari terbit dari ufuk timur tepat mengenai jendela kamarku, aku bersyukur masih diberikan kesempatan untuk bisa melihat dunia ini dengan jelas, serta menghirup udara sejuk. Kala itu aku sedang berlibur ke rumah nenek dan kakek, selama di sana aku mendapatkan kejadian yang sangat buruk yang tidak terduga bahkan hampir memakan nyawa.

Aku Amira si anak kota yang pergi ke kampung untuk menemui nenek dan kakek. Sudah lama aku tidak pergi kesana, selama ini aku hanya belajar, belajar, dan belajar tidak ada waktu luang sedikit pun untuk pergi. Kebetulan saat liburan akhir semester aku mengajak sahabat-sahabatku Riko, Jaka, dan Wini. Mereka sangat ingin pergi ke kampung di mana mereka dapat merasakan sejuknya udara bersih tanpa sampah dan polusi.

Hari itu tepat pada hari sabtu kami berangkat ke rumah nenek dan kakek, kami diantar oleh ayahku kebetulan dia sedang libur juga. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam akhirnya kita sampai di rumah nenek dan kakek. Sesampainya di sana.

"Mira, ayah sama ibu gak bisa nemenin kamu sama temen-temenmu di sini. Karena ayah masih ada kerjaan yang harus diselesaikan." Ucap Ayah sambil mengelus kepalaku.

"Iya Ayah gak papa, lagian kita juga di sini banyakan jadi pasti gak akan sepi. Ayah gak usah khawatirin kita." Sambung ku.

"Ya sudah Ayah pulang dulu ya. Baik-baik kamu di sini, Umi Abah nitip si neng sama temennya  ya di sini, kalo mereka ada yang berbuat salah tegur aja. Saya pamit dulu." Ayah berpamitan kepada kita semua.

"Dah Ayah hati-hati di jalan." Sambil melambai-lambaikan tangan.

Setelah Ayah pulang, nenek dan kakek mengajakku dan teman-temanku masuk ke dalam rumah. Entah kenapa kakek dan nenek tiba-tiba berbicara seperti ini.

"Amira dan juga teman Amira, kalo di sini kalian dilarang keluar menjelang magrib pamali." Ucap nenek.

"Emang kenapa nek?" Tanya Wini.

"Bisa-bisa kalian tidak akan bisa pulang lagi, dulu pernah ada anak yang keluar saat magrib orang tua dia gak tau kalo dia keluar, saat dia dia hendak masuk ke rumah tiba-tiba dia diambil oleh sanekala." Jawab kakek.

"Sanekala itu apa nek? Beneran bahaya banget ya, sampe gak boleh keluar." Tanya Jaka.

"Itu makhluk kasat mata nak, dan bahaya sekali jadi kalian jangan pernah sekali-kali keluar sebelum atau saat magrib tanpa ditemani orang tua." Sambung nenek.

"Satu lagi kalian gak boleh main alat musik atau pun memukul benda apa pun dengan keras saat malam hari nanti kalian akan mendengar suara yang sama setelah kalian main." Ucap kakek dengan tegas.

"Ahh banyak banget larangannya nek, kek." Ucap Riko.

"Ya sudah kalo kalian gak mau nurutin itu kalian bakal merasakan akibatnya sendiri." Jawab kakek dengan tegas sambil meninggalkan mereka di ruang tamu.

"Kalian harus menaati aturan itu ya." Ucap nenek.

"Baik nek." Ucap kita semua.

Setelah mendengar ucapan nenek dan kakek kami agak sedikit ketakutan, tapi kami berusaha untuk tidak keluar rumah saat magrib tiba. Rasa penasaran muncul di benak teman-temanku.

"Mir, bener gak sih yang diucapin nenek dan kakekmu tadi? Rasanya aku ragu mereka melarang kita keluar sebab mereka takut saja jika kita berkeliaran sampai larut malam apalagi kita biasa keluar malam kalo lagi di kota." Ucap Riko.

"Iya tuh Mir aku setuju sama Riko." Ucap Wini.

"Tapi bisa jadi ada benernya juga sih, gimana kalo besok magrib kita bikin tantangan yang paling berani mereka harus keluar saat menjelang magrib, gimana?" Ucap Jaka.

"Kalian gila ya, gimana kalo kita beneran diambil sama sanekala dan kita gak bisa pulang lagi ke orang tua kita?" Tegasku.

"Santai aja Mir kita cuma mau coba-coba aja kalau pun beneran pasti akan ada orang yang nyelametin kita kan." Ucap Riko dengan pedenya.

"Pokoknya aku gak setuju!" Tegasku kembali.

"Kamu lemah Mir, percaya banget sama mitos kaya gitu zaman sekarang mana ada yang kaya gituan." Sambung Jaka.

"Ayo Mir ikutan ya kayanya seru juga nih, meskipun takut sih." Ucap Wini.

"Ayolah Mir.." mereka semua memohon kepadaku untuk ikut dengan mereka.

"Oke oke aku ikutan tapi kalo terjadi sesuatu sama kalian aku gak tanggung jawab kalian tanggung resikonya sendiri." Ucapku.

"Oke deal." Sambung Riko.

Akhirnya kami semua setuju dan akan melakukan tantangan itu besok. Sepanjang malam aku tidak bisa tidur karena memikirkan hal itu. Bagaimana kalo terjadi sesuatu pada mereka. Pagi pun tiba, aku tidak tidur nyenyak badanku jadi lemas Wini datang menghampiriku.

"Mir kamu kenapa?" Tanya Wini dengan wajah cemas.

"Aku gak papa Win, kayanya semalam kurang tidur aja." Sahutku lemas.

"Oke Mir, aku kedepan dulu ya." Sambil berdiri meninggalkan kamar.

Sore itu kami pergi ke kebun tanpa sepengetahuan kakek dan nenek. Aku cemas dan ragu sepanjang perjalanan. Tapi mereka bertiga sangat semangat sampe mungkin lupa apa yang dikatakan kakek dan nenek. Setelah kurang lebih 30 menit kami diam di kebun dan tidak terjadi apa-apa, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Saat hendak pulang tiba-tiba badanku melayang dan seperti ada yang membawa badanku, teman-temanku hanya berteriak di bawah aku tidak tahu apa yang terjadi aku langsung pingsan.

"Kek, nek!" Teriak Riko saat sampai di rumah.

"Ada apa ini? Mana Amira?" Tanya kakek mulai cemas.

"I..itu kek tadi kami berempat pergi ke kebun buat nge tes apakah sanekala itu beneran adanya, pas udah 30 menitan kami hendak pulang tiba-tiba Mira kaya dibawa terbang tapi kami gak tahu makhluk apa itu." Timpal Jaka cepat.

"Kek ayo cepat cari, nenek takut Mira kenapa-napa." Nenek tiba-tiba lemas dan hampir pingsan.

"Besok aja nek sekarang udah magrib pamali." Kakek berusaha menenangkan nenek dan nenek hanya mengangguk lemas.

Pagi itu kakek dan warga kampung berusaha untuk mencariku, saat aku bangun aku tersangkut di antara pohon besar di tengah hutan itu sangat tinggi sekali. Kalo aku bergerak, itu hanya akan membuat nyawaku melayang ini semua gara-gara ide gilanya temanku, coba kalo aku gak ikut atau aku melarang keras mereka untuk pergi pasti aku gak akan ada di bambu ini. Saat itu aku hanya pasrah tidak berdaya, aku berdoa semoga ada yang menemukanku di sini.




Setelah kurang lebih 3 hari aku masih tersangkut di sini, aku pasrah dan hanya tinggal menunggu ajalku tiba. Tapi tidak seperti kata hatiku. Aku mendengar suara teriakan orang memanggil namaku, aku ingin sekali berteriak bahwa aku ada di atas sini tapi aku tidak bisa badanku lemas.

"Kek liat di atas sana, kaya ada orang." Ucap Jaka sambil menunjuk ke atas.

"Mana Jaka? Ahh iya bener itu orang coba kita naik ke situ. Bapak-bapak tolong dilihat di pohon itu itu cucuku apa bukan." Ucap kakek cemas.

Seorang bapak-bapak menaiki pohon itu dan dia berteriak ke bawah.

"Iya kek ini Amira akan aku bawa ke bawah." Teriak si bapak.

"Iya hati-hati jangan sampai jatuh." Ucap kakek.

Saat tiba di bawah aku terbaring lemas dan tidak bisa berbuat apa-apa aku sangat bersyukur aku masih diberikan kesempatan untuk hidup. Setibanya di rumah kakek memarahi Riko, Jaka, dan tentunya Wini.

"Lihat akibat ulah kalian, masih beruntung Amira ketemu coba kalo gak, kalian pasti habis dimarahi ayahnya Amira." Ocehan kakek saking kesalnya kepada mereka.

"Sudah kek jangan memarahi mereka ini salahku juga kalo aku melarang mereka ini pasti gak akan terjadi. Aku gak papa kok cuma sedikit trauma. Maafkan mereka ya kek mereka cuma pengen tahu aja kek." Pintaku.

"Baiklah kakek maafkan mereka tapi jangan sampai ada hal-hal aneh lain lagi yang terjadi sama kalian." Sambung kakek.

"Baik kek maafkan kami juga." Ucap Wini.

Saat malam tiba, tepat setelah aku ditemukan aku mendengar ada orang yang memainkan pianika di ruang tamu, entah siapa itu. Seketika aku mendengar ada yang marah-marah juga, aku memaksakan diri keluar dari kamar dan melihat apa yang sedang terjadi.

"Kamu sudah kakek bilang gak boleh main alat musik malam-malam kamu bandel ya dibilangin sama orang tua, baru aja Mira ketemu sekarang mau nyari gara-gara lagi!" Kakek merasa kesal dengan sikap Riko yang tak mau mendengarkan ucapannya.

"Aku cuma mau main ini kek, emangnya salah ya?" Jawab Riko.

"Kamu ini ngelawan terus ya, sudah nanti malam kamu sendiri yang bakal merasakan akibat ulah kamu sendiri." Ucap kakek marah sambil pergi menuju kamar.

"Riko kamu ini udah dibilangin taatin aturan di sini." Tegasku.

"Aku cuma mau buktiin aja kalo gak akan terjadi apa-apa, percaya banget sih sama yang gituan. Udahlah kalian pada tidur sekarang aku cape." Sambil pergi meninggalkan kami semua.

Riko itu memang gak tau aturan, sampai pada tepat jam 12 malam dia mendengar suara piano dengan jelas yang entah dari mana asal suaranya. Semakin lama semakin jelas, Riko mulai merasa terganggu dengan suara itu.




Dia mulai gelisah dan membangunkan teman sebelahnya Jaka, tapi Jaka tidak bangun bahkan dia tertidur lelap.

"Jaka bangun lah Jak, Jaka bangun lo denger suara itu gak?" Riko panik.

"Suara apaan sih gak denger juga, salah denger kali." Ucap Jaka setengah sadar.

"Ahh Jak bangun lah, udah lah aku keluar dulu." Sambil memberanikan diri Riko keluar.

Saat itu juga dia menoleh ke jendela karena suaranya semakin jelas ke arah situ. Saat membukakan gorden rumah dia melihat sebuah piano besar yang bermain sendiri tanpa ada yang memainkan. Seketika dia menjerit.



Jeritan dia membangunkan semua orang yang ada di rumah.

"Ada apa Riko, teriak-teriak malam gini." Kata Amira.

"I..it..itu." ucap gugup Riko.

"Apa?" Aku berjalan ke arah jendela dan melihat apa yang Riko tunjuk. Tapi aku tidak melihat apa-apa. "Salah liat kali Rik."

"Ada tadi aku liat di situ ada piano besar yang main sendiri suaranya kenceng banget masa kalian gak denger." Riko masih panik.

"Kan sudah kakek bilang gak boleh main alat musik di malam hari, itulah akibatnya kalo kamu bandel gak denger aturan di sini." Tegas kakek.

"Maaf kek dikira aku itu cuma mitos aja, dan gak mungkin terjadi." Riko menyesal sekaligus merasa bersalah.

"Ya sudah sekarang kalian tidur lagi, masih malam ini." Perintah kakek sambil berjalan meninggalkan kami.

"Baik kek." Ujar kami semua.

Setelah 5 hari di rumah kakek dan nenek kami banyak sekali mendapatkan pelajaran penting, diantaranya penting sekali bagi kita orang baru untuk bisa menaati aturan yang ada di suatu tempat, kita harus mematuhinya bagaimana pun caranya.

"Beneran terjadi kan itu bukan mitos, kalian gak percayaan sih. Tapi mungkin beberapa tahun kedepan itu hanya akan menjadi mitos." Ujarku di depan semua teman-temanku.

"Iya bener banget Mir. Sore ini kita pulang kan?" Tanya Wini.

"Iya lah sore ini juga kita semua akan pulang, dan ini akan menjadi sejarah mistis dalam hidup kita." Lanjut Riko.

"Yoi." Sambung Jaka.

Akhirnya sore itu kami pulang kerumah masing-masing dan menjalani kehidupan seperti biasa.😊

anjaultrasAvatar border
4iinchAvatar border
sebelahblogAvatar border
sebelahblog dan 7 lainnya memberi reputasi
8
989
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.