Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bej0cornerAvatar border
TS
bej0corner
(Horor) Suara Tapak Kuda Misterius
(Horor) Suara Tapak Kuda Misterius

  Tahun 1970, aku masih terngiang kisah masa kecil dulu. Suasana malam belum seperti saat ini, ramai dengan lalu lalang kendaraan dan setiap sudut jalan juga sudah diterangi dengan lampu-lampu ber watt besar.

(Horor) Suara Tapak Kuda Misterius

“Bu, aku ke Surau dulu ya” ujarku kepada ibu setelah terdengar suara adzan Maghrib saat itu. Benar, meskipun jaman itu minim soal teknologi, namun aku ingat benar. Anak-anak seusiaku selalu tekun meramaikan Surau saben harinya.

“Iya, hati-hati ya” jawab ibu mengizinkan, segera aku pergi menuju ke Surau. Bertemu dengan kawan-kawan seumurran yang bakal mengisi rata-rata Shaft didalam Surau. Tidak terlalu jauh dari rumah, tiba-tiba aku mencium bau yang cukup menyengat...

Bau itu benar-benar kerasa didalam hidung, bahkan dengan irama nafas yang normal saja masih terasa. Aku terdiam sejenak waktu itu, mencoba menerka bau apa ini ? ya, menyan. Tapi siapa yang malam-malam membakar menyan ?.

Aku mencoba mencari tahu sumber bau yang cukup mengganggu langkahku, samar-samar cahaya yang didapatkan dari lampu-lampu jalan di depan rumah orang kaya waktu itu sedikit membantu.

“Tuk—tak—tuk—tak” suara tapak kaki kuda terdengar tiba-tiba dan semakin mendekat ke arahku, secara refleks. Tubuh ini mencoba untuk menghindar.

Namun anehnya, tidak ada yang lewat. Semua jalanan waktu itu benar-benar kosong dan hanya ada aku saja, aku mencoba memastikan kembali situasi jalan. Benar, jalanan di sekelilingku kosong, lalu darimana suara tapak kaki kuda tadi ?.

“Austagfirllah, sudah terlambat ke Surau” ujarku setelah suara Komat terdengar menggelegar memecah malam yang sepi, kaki kecilku berlari sekuat tenaga untuk segera sampai ke Surau.

  ***

Tradisi di desa ini masih sama, selepas Solat Magrib berjamaah. Para orang dewasa akan segera mengambil Al-Quran di lemari Surau, dan membacanya bersama-sama. Sementara anak-anak, mereka bakal keluar dan bermain hingga waktu Isya tiba.

“Main Delikan yok” seru Rusdi kepada kumpulan anak kecil waktu itu, semua sepakat termasuk aku. Permainan ini memiliki aturan, ada satu orang menjaga dan menghitung sampai hitungan sepuluh dengan mata ditutup, sementara yang lainnya sibuk mencari tempat persembunyian.

“Hompimpa alaium gambreng” momen inilah yang bikin tegang, semua anak fokus kepada tangannya. Mau membuka atau menutup bakal menentukan nasibnya dalam permainan ini. menjadi pecundang atau sebaliknya.

Malam itu aku beruntung, karena lolos dari jebakan bernama Hompimpa. Segera aku mencari-cari tempat untuk bersembunyi, sementara Bagong sibuk menghitung angka satu sampai sepuluh secara lamban.

Baru saja aku menemukan tempat persembunyian yang cocok, bau menyan kembali terasa. Bulu kudukku mulai terasa naik, apalagi aku ingat benar cerita kalau ada bau seperti ini, maka kamu sedang diintai oleh Genderuwo.

Aku segera keluar dari persembunyian, dan lari menuju ke tempat yang ramai orang yakni Surau. Aksiku ini jelas mengundang Bagong, dan ya cerita selanjutnya begitu sederhana. Aku kalah dalam permainan.

Tidak terasa, waktu Isya sudah memanggil. Anak-anak kembali mengantri wudhu, semua masih riang kecuali aku yang memikirkan kejadian yang terjadi selama malam ini.

“Ada apa Gem ? daritadi kok melamun terus ?” ujar Rusdi yang ternyata mengamatiku, aku masih belum mau bercerita. Mulut ini rasanya masih terasa sukar untuk berbicara banyak, apalagi ini masalah yang memang tidak nyata, siapa bakal percaya ?.

Selepas Isya, aku bergegas pulang. Tidak ada seorang pun yang searah denganku, Rusdi sebenarnya satu arah. Namun dia sedang ada urusan lain katanya, mau tidak mau aku bakal menembus sunyinya malam sendiri.

Aroma-aroma perdukuan mulai terasa kembali, langkah kaki yang sebelumnya lancar kini mulai sedikit tersendat. Tanpa komando, kaki mulai bergetar, keringat mulai bercucuran, belum selesai.

“Gueeer..” suara Kuda terdengar begitu denganku, kepalaku benar-benar kaku bahkan hanya untuk melihat situasi dibelakang. Tanpa terasa, tubuh kecilku waktu itu mulai melemas, tersungkur hampir menyentuh jalanan tanah sebelum ada seorang bertubuh sedikit besar menahan.

“Ada apa Gem ? kenapa tubuhmu basah keringat seperti ini ?” tanya seorang menolongku yang ternyata adalah Rusdi, suara khasnya mudah untuk dikenali.

“Aku ben...nar..ben...nar ketaku...tttan” jawabku dengan mencoba mengatur nafas yang sudah sekejap menghilang.

Semua kondisi pada malam itu benar-benar mencekam, aku dan Rusdi memutuskan untuk duduk sejenak di tepi jalan. Sembari menunggu kondisi tubuhku benar-benar mendingan untuk kembali melanjutkan perjalanan.

Namun semua itu hanyalah ketenangan sesaat, bau menyan kembali lagi tercium. Dan kali ini, Rusdi juga merasakannya. Hidungnya terlihat risih, dia pun memilih untuk berdiri dan mencari tahu sumber bau menyengat.

“Mau kemana Rus ?” tanyaku kepada Rusdi yang masih mencari arah bau, sesaat Rusdi mengalihkan fokusnya kepadaku. “Aku mau mencari sumber bau Gem, kamu mau ikut atau tetap disini” ujar Rusdi yang sebetulnya sudah ku tebak.

Secara singkat dan penuh keyakinan aku menjawab “Aku ikut Rus, bahaya kalau kamu sendirian” sedikit mengalihkan isu, padahal aku sendiri yang parno kalau sendirian disini.

Kaki kecil kami terus menyusuri jalan, insting penciuman coba diandalkan. Semakin menjauh dari rumah, dan semakin gelap pula jalanan. Rusdi masih begitu fokus mencium-cium aroma yang identik dengan perdukunan tersebut.

“Yang sakit pira nak ?” suara seseorang terdengar cukup jelas dari balik pagar yang terbuat dari salah satu jenis tanaman. Rusdi pun menghentikan langkahnya, simbol jangan berisik dibentuk oleh Rusdi.

Sudah seperti pekerjaan Detective, tangan Rusdi mencoba menyibakan pagar sebesar lubang kecil agar kami bisa melihat aktivitas didalam halaman rumah tersebut.

“Sisa satu bu, si Jiko” kata seorang pemuda dengan membawa seekor Kuda yang terlihat ringkih, lubang besar sudah disiapkan dengan Golok yang sudah terasah.

“Itu Kudanya mau diapakan Rus ?” tanyaku secara pelan, ada hal yang mencurigakan menurutku. Rusdi hanya menggelengkan kepala, pandangannya masih tetap fokus kepada adegan didepannya.

“Yaudah, kamu ikat keempat kakinya” ujar si ibu yang memberikan sebuah tali tambang kepada pemuda yang sepertinya adalah putranya.

“Lho Kudanya mau disembelih Gem,” kata Rusdi setelah melihat si Jiko dijatuhkan di dekat lubang, dan sebelah golok sudah mulai di dekatkan dengan leher Kuda.

  ***

“Berarti apa yang aku dengar tadi adalah arwah Kuda yang disembelih oleh ibu sama anaknya ya ?” tanyaku kepada Rusdi, lelaki itu masih belum paham dengan maksudku.

Sejenak aku luangkan waktu untuk menceritakan apa yang tadi sebenarnya terjadi, Rusdi mulai memahaminya. Ya, arwah Kuda peliharaan ibu dan pemuda tadilah yang mungkin menhantuiku.

(Horor) Suara Tapak Kuda Misterius

“Tapi menurut mitos yang aku dengar Gem, suara tapak kaki Kuda ini berasal dari Kuda-Kuda dijaman kerajaan yang tewas sewaktu perang. Mereka menghantui dunia ini lagi karena ingin menuntut balas” ujar Rusdi setelah mendengar ceritaku.

Entah cerita mana yang benar dan yang salah, bahkan sampai usiaku yang sudah senja seperti inipun, belum ada yang bisa mengungkap cerita dibalik suara Tapak Kuda di desaku.

Penulis dan Perancang Cerita : Mas Bejo
Gambar : Pixabay
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
infinitesoulAvatar border
infinitesoul dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.2K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.