Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akunfloAvatar border
TS
akunflo
Cermin : Boneka Panda - Karya Phalosa Nanda

Boneka dengan bulu yang lembut dengan bulatan hitam di area mata membuat benda itu terlihat menarik di mata Cassy. Aku ingat dulu semasa kami sekolah SD, tiap pulang sekolah kami selalu melewati toko boneka milik Paman Syam. Dulu tokonya belum sebesar dan seramai ini. Letaknya pun bukan di ruko besar seperti sekarang. Hanya ada beberapa jenis boneka saja dengan warna cerah. Sekarang, toko ini tampak luas dan beraneka ragam boneka tersedia, kecuali maneken dan boneka santet.

"Jadi bagaimana, Mbak? Mau yang panda atau beruang?" Suara wanita yang berseragam merah muda dengan celana jeans yang ia kenakan itu membuyarkan lamunan.

"Yang itu aja, Mbak."

Aku menunjukkan boneka panda yang ukurannya cukup besar di ujung rak. Wanita penjaga toko itu mengangguk paham, lalu segera membungkus dengan kertas berwarna merah --sesuai pesananku, karena Cassy menyukai warna itu.

Usai membayar, aku tidak langsung pulang. Melainkan mampir sebentar ke sebuah restoran cepat saji untuk mengisi perut. Pekerjaan yang melelahkan hari ini membuat rasa laparku meningkat dua kali lipat. Ditambah lagi Johan tidak masuk bekerja karena harus mengurus ibunya yang sakit, jadi akulah yang harus menanggung pekerjaan Johan hari ini juga.

Suasana restoran tidak begitu ramai, hingga makanan yang kupesan pun cepat tersaji. Tidak seperti biasanya yang harus antre dan menunggu sekitar sepuluh menit untuk memesan sebuah burger ukuran besar, es teh manis, dan juga nasi dengan chicken paha yang cukup mengunggah selera makan.

Tak ingin membuang kesempatan, usai makan sore aku mengeluarkan laptop dari tas, mengetik beberapa kata huruf pasword wifi yang sempat kutanyakan pada pelayan sebelum makanan datang. Mengirim beberapa file lewat email yang belum sempat aku kirim pada bos pagi tadi, disebabkan wifi kantor yang rusak.

Aku menatap layar monitor, tanpa sadar aku tersenyum kala melihat dua foto perempuan yang memakai baju seragam putih merah dengan rambut yang diikat dua kunciran. Foto aku dengan Cassy yang diambil sekitar dua belas tahun yang lalu saat kami kelulusan.

Aku juga ingat dengan perkataannya mengenai kado ulang tahun. Gadis blasteran antara china dengan sunda ini menginginkan sesuatu yang sudah menjadi impiannya sejak lama, termasuk menginginkan boneka panda. Pertemanan kami yang hampir menginjak tahun ke dua puluh sudah cukup membuat kami memahami karakter masing-masing.

Ah ... aku sudah tidak sabar ingin memberikan kado ini pada gadis itu.

***

Sampai di rumah, dua bocah laki-laki berusia sekitar lima tahun itu menyambut mesra kedatanganku. wajah mereka yang hampir mirip dengan Bang Rio memeluk erat tubuhku.

"Horeee ... Tante Rachel sudah datang," ujar Nakula yang hanya memakai popok itu.

Sadewa yang masih memelukku pun tak mau kalah dengan sang adik kembaran.

"Tante Rachel bawa apa?" tanya Sadewa yang memerhatikan bingkisan yang cukup besar.

Aku tersenyum ke arah mereka. "Maaf ya, hari ini Tante nggak bawa hadiah untuk kalian." Wajah ceria mereka seketika berubah masam.

"Tapi kalian nggak usah khawatir, Tante janji besok kita akan pergi jalan-jalan." Lanjutku.

Rupanya rayuan itu tidak mempan untuk mereka. Mata keduanya masih saja menatap bingkisan yang kubawa. Sorot mata yang terpancar, berharap bingkisan itu untuk mereka. Sayangnya, aku tidak bisa memberikannya.

Kedatangan Bang Rio berhasil mengalihkan kedua bocah itu. Pria berbadan kekar itu menggendong keduanya, dibawa masuk ke kamar.

"Sudah pulang rupanya kau, Rachel."

Aku mengangguk. Bang Rio mempersilakan aku masuk ke rumah di mana dulu kami tinggal bersama. Ya, kini rumah ini menjadi tempat tinggal Bang Rio dan keluarganya semenjak orang tua kami meninggal, dan aku sibuk kerja di luar kota.

Panjang lebar kami berbincang, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Anak-anak kembar tadi pun sudah terlelap dalam mimpi.

"Aku ingat bagaimana dulu Bang Rio nggak bisa turun dari pohon mangga karena ketauan maling."

Tawa kami pecah mengingat beberapa kenangan semasa kecil yang kami lewati, termasuk bersama Cassy.

"Sudah lama juga kejadian itu, tapi hebatlah kau ini, Rachel. Rupanya kau masih ingat dengan gadis itu, yang sudah meninggal 12 tahun yang lalu akibat kecelakaan yang menimpanya."

Aku tertawa. Tentu saja aku masih ingat, tiga tahun yang lalu sebelum pergi ke luar kota, Cassy berpesan padaku untuk tidak melupakan janjiku membelikan boneka panda untuknya.

END
ukhtyfit81Avatar border
NengMualaAvatar border
NengMuala dan ukhtyfit81 memberi reputasi
2
164
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buat Latihan Posting
Buat Latihan PostingKASKUS Official
35.6KThread1.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.