Assalamualaikum





Sekitar tahun 1960, sebuah desa yang ada di kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat, dihebohkan dengan adanya roh perempuan tua yang setiap malam bergentayangan.

Layaknya film-film horor yang kita saksikan saat-saat ini. Roh perempuan tua tersebut berjalan di malam hari dengan badan penuh rantai dan wajah yang hancur. Ia mendatangi setiap rumah untuk meminta sesuap nasi atau makanan apa saja.

Akan tetapi, tidak ada yang berani membuka pintu ketika mendengar suara ketukan dan nada yang terdengar menyedihkan itu.

Selain meminta makanan dan air minum. Perempuan berpakaian putih nan lusuh itu, juga kerap meminta tolong agar rantai yang mengikat tubuhnya dilepaskan. Namun, tidak satu pun yang berani melakukannya. Terlebih, dia bukanlah manusia yang bisa disentuh atau diberi pertolongan oleh manusia yang masih hidup.

Suatu malam, kakak tertua dari ibuku tidur sendirian. Namanya Hani, ia bercerita, orang tuanya menginap di ladang. Saat itu, ia mendengar sesuatu yang bergerak dari balik jendela. Ketika dilihat olehnya, tak ditemukan apa-apa. Hanya suara angin yang menampar-nampar dedaunan di luar rumah.

Dipandangnya langit. Terlihat sangat gelap. Langit yang biasa diterangi bulan dan bintang-bintang menjadi begitu hitam. Tidak sedikit pun cahaya tampak menerangi ruang angkasa. Mendung? Entahlah, beliau (Hani) tidak mendengar suara guntur atau petir pertanda akan turun hujan.

Usai menutupi jendela dengan selembar kain biasa. Tiba-tiba, ia kembali mendengar suara. Suara tersebut persis seperti yang diceritakan para warga. Dengan perasaan campur aduk, beliau (Hani) memberanikan diri kembali menyibak kain penutup jendela. Dan ...



"Tolong!"Hani berteriak. Mencoba minta pertolongan.

Namun, tak satu pun warga mendengarnya. Karena memang, jarak antara rumah yang satu dengan rumah lainnya cukup jauh di tahun itu. Masih banyak tanah kosong.

Tolong ...! Beri saya makan ... Lapar ...."

Perempuan yang wajahnya tertutup rambut panjang itu, juga meminta tolong dengan suara mengiba.

"Pergi! Pergi, kau! Tolong! teriak Hani lagi.

"Beri saya makan ...," mohon perempuan tua itu sambil merintih. Kemudian menghilang begitu saja.

Seperti cerita para warga yang pernah mengalami hal serupa. Perempuan yang bergentayang benar-benar meminta makan dan mengetuk pintu atau jendela rumah beberapa warga.

Kakak tertua ibuku yang bernama Hani ini, terdiam. Seolah hilang kesadaran. Namun, degup jantungnya menjadi tak beraturan. Ia masih shok. Tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Selama ini, ia hanya mendengar cerita horor itu dari mulut ke mulut. Sekarang, ia mengalaminya sendiri.

Keesokan hari, hal serupa dialami oleh salah seorang warga. Kala itu, pria tersebut hendak ke ladang. Kejadiannya sekitar jam sepuluh malam. Sebelum membelakangi perkampungan, ia dihadang oleh sesosok perempuan tua.

"Tolong ...! Tolong ...! Tolong saya ...!"

Sambil berjalan perlahan dengan rantai yang menyelubungi tubuh.

"Ja-jangan mendekat! Jangan mendekat!" ucap pria itu terbata-bata.

Melihat perempuan tua yang tubuhnya dipenuhi rantai terus mendekat, pria itu berbalik badan, lalu lari terbirit-birit.

Menurut cerita para tetua di kampung, termasuk kakak tertua ibuku yang kini usianya menuju 90 tahun tiga bulan ke depan, awal mula adanya roh bergentayangan tersebut, dikarenakan ulah perempuan tua itu sendiri.

Semasa tuanya, perempuan tersebut melakukan pesugihan. Orang-orang desa kerap melihatnya melakukan hal sesat itu pada malam hari. Konon, ia melakukannya untuk memperoleh kekayaan. Perempuan itu pernah dipergoki oleh warga sedang menggelindingkan tubuhnya di hutan yang terdapat kuburan. Cukup dekat dengan pemukiman warga setempat.

Percaya atau tidak, bahkan di jaman sekarang masih ada yang melakukannya, bukan? Begitu pula pada jaman dahulu. Tidak jarang orang-orang melakukan hal seperti itu demi mendapatkan harta tanpa harus bekerja keras. Tapi, pada akhirnya, perempuan tua itu ditolak oleh bumi. Rohnya bergentayangan hampir setiap hari. Sangat menyedihkan tidak bisa tenang di sisi-Nya. Ya, walau sekarang sudah tak terdengar lagi keluhan seperti yang diceritakan di atas.


Note: Kisah di atas diceritakan langsung oleh kakak tertua ibuku. Pada tahun 2005, kisah serupa terulang lagi. Saat itu, aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Seorang perempuan tua dipergoki sedang melakukan pesugihan di dua lokasi kuburan desa setempat. Dan bernasib sama seperti cerita tahun 1960.

Semoga hal seperti itu tidak terulang kembali, ya, GanSist. Jika ingin hidup penuh berkah, dapatkan harta dengan cara yang baik dan benar. Bukan malah meminta pada jin atau setan.



Bima, 19 Maret 2020