- Beranda
- The Lounge
Sosok Perempuan Inspiratif, Gadis Amerika yang mati dibuldoser demi membela Palestina
...
TS
widi2685
Sosok Perempuan Inspiratif, Gadis Amerika yang mati dibuldoser demi membela Palestina
Rachel Corrie.
Di era milenial ini mungkin namanya tak lagi dikenal. Akan tetapi, perjuangan seorang Rachel Corrie akan selalu diingat oleh bangsa Palestina dan para pegiat kemanusiaan khususnya Amerika Serikat.
Quote:
Lahir sebagai seorang gadis berkebangsaan Amerika tak membuatnya menutup mata dari tragedi kemanusiaan di Palestina. Gadis yang lahir di Olympia, Washington, Amerika Serikat 10 April 1979 ini datang ke Gaza, Palestina sebagai bagian dari tugas kuliahnya untuk menghubungkan kota tempat tinggalnya dengan Rafah dalam sebuah proyek kota kembar. Usianya baru 23 tahun saat buldoser Israel merenggut nyawanya.
Kala itu media tidak semasif sekarang dalam pemberitaan, Palestina khususnya. Media sosial pun belum seramai sekarang. Tahun 2003 ane sudah mulai mengikuti pemberitaan tentang Palestina ini, tapi belum semua orang sadar tentang kondisi di Palestina. Bahkan, teman sekelas ane kala itu ada yang bertanya disebabkan ketidaktahuannya, "Palestina apa sih?" dengan wajah polosnya.
Berita tentang kematian Rachel Corrie saat itu seakan membuka semua mata yang terpejam selama ini, membuka semua telinga yang tersumbat hingar bingar dunia. Semua tatapan mata tertuju ke Palestina. Meneriakkan keadilan, membela kemanusiaan.
Waktu ane dengar berita kematian Rachel Corrie ini, jujur ane kaget, sedih tapi juga bangga sama beliau. Di usia mudanya, beliau sudah jadi aktivis pegiat kemanusiaan yang tergabung dalam organisasi International Solidarity Movement (ISM). Dari sosok Corrie ini ane belajar banyak tentang arti kepedulian, kemanusiaan dan keberanian tentunya. Sampai sekarang ane ga akan lupa akan sosok Corrie ini.
Bagi ane, beliau ini sangat inspiratif. Usia muda, aktivis kemanusiaan, berani membela kaum yang lemah walau nyawa taruhannya. Coba gansis pikir, mana ada perempuan muda, bukan pribumi, cuma pendatang -itu pun untuk tugas kuliah- menghadang buldoser yang akan menghancurkan rumah penduduk di Gaza. Ane salut akan perjuangan beliau. Kebahagiaan terbesar untuk seorang aktivis kemanusiaan -mungkin- mati dalam membela kebenaran.
Dulu saat usia 20-an, ane sempat berpikir untuk ke Palestina mengikuti jejak Rachel Corrie ini. Akan tetapi, apa daya selain orang tua tidak mengizinkan, ane juga kurang ilmu dan dana hehe. Ane sangat berharap bisa memiliki keberanian seperti Corrie. Ada rasa malu dalam diri ane sebagai seorang muslimah. "Muslim bagi saudara muslim yang lain ibarat satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit, maka bagian tubuh yang lain akan merasakan sakit juga." Itulah hadits yang sering ane dengar. Tapi Rachel Corrie yang bukan muslim pun merasakan sakit atas apa yang terjadi di Palestina. Ah, lemah betul rasanya iman ini. Saat ini ane masih berupaya membantu Palestina, sebisa ane. Ya, lewat infak dan doa. Hanya itu yang bisa ane lakukan.
Jika suatu hari nanti anak-anak ane sudah dewasa dan menjadi aktivis seperti Corrie ini, ane akan memberi izin dan doa restu untuk mereka. Semoga mereka bisa bermanfaat bagi banyak orang. Dan sudah sepatutnya usia muda dihabiskan untuk kebaikan agar tidak ada sesal di masa tua nanti.
Kala itu media tidak semasif sekarang dalam pemberitaan, Palestina khususnya. Media sosial pun belum seramai sekarang. Tahun 2003 ane sudah mulai mengikuti pemberitaan tentang Palestina ini, tapi belum semua orang sadar tentang kondisi di Palestina. Bahkan, teman sekelas ane kala itu ada yang bertanya disebabkan ketidaktahuannya, "Palestina apa sih?" dengan wajah polosnya.
Berita tentang kematian Rachel Corrie saat itu seakan membuka semua mata yang terpejam selama ini, membuka semua telinga yang tersumbat hingar bingar dunia. Semua tatapan mata tertuju ke Palestina. Meneriakkan keadilan, membela kemanusiaan.
Waktu ane dengar berita kematian Rachel Corrie ini, jujur ane kaget, sedih tapi juga bangga sama beliau. Di usia mudanya, beliau sudah jadi aktivis pegiat kemanusiaan yang tergabung dalam organisasi International Solidarity Movement (ISM). Dari sosok Corrie ini ane belajar banyak tentang arti kepedulian, kemanusiaan dan keberanian tentunya. Sampai sekarang ane ga akan lupa akan sosok Corrie ini.
Bagi ane, beliau ini sangat inspiratif. Usia muda, aktivis kemanusiaan, berani membela kaum yang lemah walau nyawa taruhannya. Coba gansis pikir, mana ada perempuan muda, bukan pribumi, cuma pendatang -itu pun untuk tugas kuliah- menghadang buldoser yang akan menghancurkan rumah penduduk di Gaza. Ane salut akan perjuangan beliau. Kebahagiaan terbesar untuk seorang aktivis kemanusiaan -mungkin- mati dalam membela kebenaran.
Dulu saat usia 20-an, ane sempat berpikir untuk ke Palestina mengikuti jejak Rachel Corrie ini. Akan tetapi, apa daya selain orang tua tidak mengizinkan, ane juga kurang ilmu dan dana hehe. Ane sangat berharap bisa memiliki keberanian seperti Corrie. Ada rasa malu dalam diri ane sebagai seorang muslimah. "Muslim bagi saudara muslim yang lain ibarat satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit, maka bagian tubuh yang lain akan merasakan sakit juga." Itulah hadits yang sering ane dengar. Tapi Rachel Corrie yang bukan muslim pun merasakan sakit atas apa yang terjadi di Palestina. Ah, lemah betul rasanya iman ini. Saat ini ane masih berupaya membantu Palestina, sebisa ane. Ya, lewat infak dan doa. Hanya itu yang bisa ane lakukan.
Jika suatu hari nanti anak-anak ane sudah dewasa dan menjadi aktivis seperti Corrie ini, ane akan memberi izin dan doa restu untuk mereka. Semoga mereka bisa bermanfaat bagi banyak orang. Dan sudah sepatutnya usia muda dihabiskan untuk kebaikan agar tidak ada sesal di masa tua nanti.
Sekian dari ane, semoga bermanfaat. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber :
1 - 2 - dan opini pribadi
Gambar : Google
Koala.kucel dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.2K
0
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.5KAnggota
Komentar yang asik ya