Perempuan Pemberi Inspirasi



Namanya Ruan Lina. Seorang perempuan, kelahiran tahun 1947 di kota Taichung, negara Taiwan ini, mempunyai dampak cukup besar pada saya, saat menapaki tapak demi tapak tangga dunia literasi.

Seorang penulis yang 'terus muda, meski usia sudah sekian puluh tahun sekarang ini'.



Hingga banyak dari para kerabat, saudara, bahkan rekan bisnis dari perusahaannya yang mengira, bahwa beliau masih berusia sangat muda sekali.

Awalnya aku keberatan dengan semua argumen tentang umur beliau tersebut. Karena biar bagaimanapun, usianya sudah lebih dari setengah abad.

Tapi memang saya akui, semangat beliau dalam mengarungi lika-liku kehidupan, membuat saya yang masih muda ini, cukup merasa tersaingi.

Bagaimana tidak? Beberapa koleksi buku antologi milik beliau bersama beberapa penulis yang ada di Taiwan, sudah bisa lebih dari sepuluh karya yang dibukukan. Sebagian lainnya, dijadikan buku bacaan untuk koleksi pribadi.



Beberapa kali saya mengajukan tanya pada beliau, "Apa yang membuat Anda senang sekali menulis, Nek?"

Dengan senyum sumringah bak perempuan muda yang ditanya, "Kenapa Anda jatuh cinta pada saya?"

Beliau pun menjawab, "Sebab saya suka membaca," beliau menghela napas panjang, lalu melanjutkan, "dulu sekali ... orang tua saya tidak cukup punya uang. Dengan keadaan yang sedemikian itulah, Mama hanya bisa membantu kami--anak-anaknya--membelikan beberapa kali koran bekas dari pasar. Semakin besar dan terus membesar, saya pun paham. Kenapa waktu kecil dulu, mama sangat menganjurkan kami untuk terus belajar."

"Hal apakah yang paling berkesan setelah nenek tumbuh remaja, bahkan sampai detik ini--maaf--sudah tua?"

"Enggak apa. Saya bahagia kamu mau bertanya. Sebab jarang di antara anak muda yang mau berbincang dengan orang tua seperti saya."

Saya masih menunggu, saat beliau kemudian menyentuh tangan saya dan berkata, "Suatu hari nanti, kamu pun harus bisa lebih baik dari saya. Sebab saya tahu dan sering saya lihat, kamu beli banyak buku."

Saya tak menyangkal, sebab itu kenyataan yang sering saya lakukan.

"Apakah kamu juga suka menulis?"

Sekali ini, saya mengangguk penuh antusias. "Apakah itu sangat berperan penting dalam kehidupan, Nek?"

Nenek tersenyum, sebelum akhirnya nenek memberikan petuah yang akan terus saya ingat;



Saya bahagia, selain mengenal sosok beliau sebagai orang lanjut usia yang saya jaga. Saya juga berkesempatan untuk terus melahirkan karya-karya sederhana milik saya.

Sebab sebagian orang percaya:



Berbekal banyak dukungan dari keluarga kandung sampai keluarga nenek, membuat hati saya semakin yakin; Inilah dunia baru saya! Dunia dengan banyak rupa, ragam, dan warna.

Saya percaya, melalui setiap pembicaraan dengan nenek, meski kadang kala membuat jengkel, tapi selalu berujung pada kebaikan untuk tetap berkarya bagi saya.

Sampai suatu malam itu, nenek bilang pada saya, "Apa pun yang akan kamu lakukan setelah dari sini nanti, sampaikanlah ilmu yang telah kamu dapati. Latihlah anak muda yang ada di sekelilingmu untuk belajar dunia literasi. Karena dunia tersebut, tidak akan pernah membuat jiwanya mati."

Saya faham dengan apa yang beliau maksudkan. Bahkan anak bontot nenek yang tengah menyelesaikan tulisan dramanya, menatap saya sebentar, lalu tersenyum penuh makna.

Sebelum thread ini berakhir, berikut saya sertakan beberapa foto bersama nenek dan keluarganya.



Terima kasih, Nek Ruan Lina. Semoga Anda senantiasa berbahagia dengan anak-anak, cucu, dan menantu yang ada.

Taiwan, 03 Maret 2020

Penulis: @yuni.wahyuni114
Sumber gambar: koleksi pribadi