Papa aku selalu menjadi mata keranjang, Taulah, tipe orang yang suka ngegodain kasir di supermarket, make arloji emas beserta rantainya.

Aku gak tau apa yang mama lihat dari papa aku.  Mama aku seseorang yang baik dan begitu peduli. Setelah aku lahir, mama aku berhenti dari kerjaannya sebagai suster buat tinggal bareng dirumah sama aku. Mama aku benar-benar berkorban banyak buat aku.

Gak seperti mama aku, papa itu orangnya egois. Papa udah ngabisin sebagian besar dari gajinya buat dirinya sendiri aja, dan kadang-kadang berat banget buat mama untuk ngelunasin semua utang-utang dengan uang yang tersisa. Mama pun gak berani angkat bicara soal ini. Mama aku terlalu takut buat berdebat sama papaku. Papa bener-bener menakutkan.

Tapi yang parahnya itu ketika papa ketahuan selingkuh dari mama. Kami semua udah tau. Kadang papa gak balik ke rumah, kalaupun pulang sampai benar-benar sudah larut. Dan mamaku seringkali nangis karena itu.

Aku ingat pas umur aku 9 tahun. Aku muak sama papa terus aku teriak. “Papa tuh harusnya hargain mama!”
Tapi papa mengabaikannya terus bilang, “Mama kamu tuh pantes diginiin. Setiap hari papa kerja keras buat cari makan. Kamu tuh harusnya bersyukur. Kalau gak, pergi dari sini terus cari kerjaan sendiri sana!”

Mama hanya diam aja. Keliatan banget kan keluarga kita itu gimana. Gak ada yang berani ngebantah papa aku. Kami semua takut sama papa.
Aku pengen mama buat pergi tapi dia gak mau, jadi sebagian dari diriku nyalahin mama untuk apa yang kemudian terjadi.

Pamannya papaku meninggal dan ninggalin papa banyak uang. Seorang pria yang baik pasti bakal gunain uang itu buat hidup yang lebih baik untuk keluarganya, kan?
Gak kaya papaku. Papa bahkan gak bilang apapun ke kami tentang uang itu. Malahan, papa bilang ke mama, kalau papa itu ninggalin dan pergi cuma bawa sedikit barang. Aku rasa papa tuh gak butuh barang-barangnya karena papa bisa beli barang-barang baru.

Mama pasti merasa terpukul. Aku gak pernah mendengar seseorang  menangis begitu keras. Aku berlari dan memeluk mamaku, bilang, “gak apa apa, ma. Mama masih punya aku.”

Tapi setelah mereka berpisah, mama jadi depresi banget. Mama harus cari pekerjaan baru, namun sudah lama semenjak ninggalin dari pekerjaan susternya, mama lalu menjadi seorang kasir. Mama tidak sanggup membayar biaya sewa rumah kami, jadi mama dan aku pindah ke apartemen kecil dan tidur dengan kasur di lantai.
Kami hidup seperti ini lebih dari setahun, dan aku merasa kasihan kepada mamaku. Papa bahkan gak pernah mencoba menghubungi kami.

Ketika aku berumur 13 tahun, aku berada di mall dan melihat papaku lagi. Papa lagi bersama perempuan berumur 20 tahunan. Aku merasa muak. Apakah papa ngeceraiin mama buat pacaran sama perempuan ini?
Aku ngikutin mereka dari belakang sampai ke mobil mereka, tapi ternyata bukan cuma mobil biasa melainkan mobil BMW X5 baru. Dapat uang dari mana papa bisa beli itu?

Aku rasa aku harus nemuin dimana papa tinggal dan pergi ke polisi. Aku ngomong sama mereka, aku gak tahu dimana papa berada dan besoknya mereka ngasih aku alamatnya papa.
Aku berniat untuk menemui papa dan pergi ke rumahnya. Tapi setelah sampai disana, aku terlalu takut untuk membunyikan bel. Namun, aku menyelinap masuk lewat halaman belakang dan memanjat pohon yang dimana aku bisa langsung lihat ke ruang tamu mereka..

Pertama kali, gak ada yang terjadi. Aku mulai merasa bosan, tapi sesaat setelah ingin pergi, aku melihat sesuatu yang mengejutkan.

Ayahku masuk ke ruangan itu... dengan 2 perempuan. Perempuan yang satu, yang aku lihat waktu itu dan yang satu lagi kelihatan sama, mungkin mereka bersaudara. Mereka berdua terlihat berumur 20 tahunan, sedangkan papaku yang berumur awal 50an. Aku tidak mau terlalu detail melihat itu, tapi perempuan yang satu sedang memakai kostum kelinci sedangkan yang satunya memakai seragam sekolah. Itu sangat menjijikan.

Kembali ke rumah, aku tidak yakin apakah aku harus bilang ke mamaku, tapi aku memutuskan supaya mamaku harus mengetahuinya. Aku bilang mamaku tentang rumah baru papa, tapi tidak dengan 2 perempuan yang bersama papa itu. Aku tidak mau menyakiti perasaan mama.

Mama bilang dia tidak keberatan. Tapi aku bilang,” Mungkin papa dapat semua uangnya sebelum mama bercerai. Jika itu yang terjadi, mama harusnya berhak dapat setengah dari itu.”

Mamaku tidak yakin, tapi aku terus mendesak mama sampai akhirnya mama menyewa pengacara untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Ini butuh beberapa bulan untuk pengacaranya mendapatkan akses ke transaksi bank papaku, tapi ketika dia berhasil, kami mendapati papaku mengambil uang warisan seminggu sebelum papaku bilang ke mamaku bahwa papaku ingin bercerai.
Aku membenci papaku lebih dari apapun. Pengadilan menemukan bahwa paman papaku telah mewarisi papaku 2 juta dollar dan menyerahkan setengah dari itu ke mamaku.

Bagaimanapun, papa sudah menghabiskan seluruh dari seperempat uang warisannya, lalu setelah dia membayar ke mamaku, dia mengeluh karena dia hanya memiliki sisa 400 ribu dollar.

Tetapi papaku memang gak tau malu. Percaya gak, dia benar-benar datang ke mamaku dan meminta maaf, sambil berkata dia ingin mengulang kembali.
Tetapi kali ini, mama merasa sudah muak dan menyuruh papa untuk pergi dari situ.
Kehidupan kita sudah baik sekarang. Kita gak perlu lagi cemas dengan uang dan mamaku mulai berkencan online buat mencari pacar baru. Mama bilang padaku mengenai pacarnya dan kedengerannya lebih baik daripada papaku.
Aku bangga sama mamaku akhirnya punya keberanian untuk menentang papa!