rahma.syndromeAvatar border
TS
rahma.syndrome
(CERPEN) Move On

Aku melangkahkan kaki keluar, berhenti dan berdiri di depan kelas sambil memandang ke arah lapangan. Pandanganku terus menelusuri seluruh lapangan, hingga pandanganku berhenti pada seorang lelaki yang bertubuh tinggi. Ku amati dari kejauhan, dia terlihat sangat memikat bagiku. Entah apa yang membuatku sangat menyukainnya, bahkan dia adalah cinta pertamaku. Menyukainya sungguh membuatku repot, kenapa? karena saat aku makan, tanpa di minta bayangannya hadir dalam pikiranku. Saat aku hendak tidur di malam hari, lagi dan lagi bayangannya hadir. Bahkan saat aku sudah terlelap pun  dia hadir dalam mimpiku. Bukan bentuk bayangan, namun seperti bentuk harapan bagiku.



Ingin sekali rasanya dalam satu hari atau mungkin dalam satu jam aku tak mengingatnya. Terkadang rasa itu membuat akal sehatku menjadi hilang. Tapi di sisi lain, aku merasakan sakitnya terlihat namun tak di anggap. Sakitnya memikirkan tapi tak di pikirkan. Dan sakitnya mencintai tanpa di cintai. Apa setiap orang pernah merasakannya? Entahlah, aku tak pernah bertanya kepada orang lain.

“ Sa, kamu liatin apa sih?” Tanya Geby sahabatku dari SMP kelas 3.

“ Liatin rumput yang bergoyang,” jawabku ngasal sambil berlalu meninggalkannya.

“ Kamu pasti liatin Glen kan?” tanya Geby sambil mencolek lenganku.

“ Hahaha, liat dikit doang.”

Saat sedang makan di kantin, aku melihat Glen berjalan dengan seorang gadis, kira-kira dia masih kelas 10. Wajahnya cantik, tinggi, putih, sangat serasi saat berjalan dengan Glen. Berbeda denganku yang bertubuh gemuk, muka jerawatan dan kulitku sawo matang. Terkadang, ketika aku terobsesi dengan sosok Glen, aku selalu tidak percaya diri dengan penampilanku. Untuk di sukai oleh Glen pun tak mungkin terjadi. Jangankan di sukai, terlihat keberadaannya oleh Glen pun aku sudah bersyukur.

Aku menyukai Glen sejak aku kelas 8 SMP dan Glen kelas 9, sampai saat ini aku kelas 11. Saat itu aku sedang berjalan ke arah kelasku, seketika aku berhenti, memandang lurus ke dapan dengan jantung berdebar dan perasaan tak karuan. Ya, itu pertama kalinya aku melihat Glen. Rasa suka, kagum, dan jatuh cinta pada pandangan pertama menjadi satu. Tapi dari rasa itu, sampai detik ini pun aku tak pernah bertatap muka dan berbicara kepadanya. Entah hal itu akan terjadi kapan, aku tak tahu pasti.
Setelah selesai makan aku dan Geby kembali ke kelas, di ruang kelaspun pikiranku melayang jauh. Aku sama sekali tak mampu berkonsentrasi menghadapi pelajaran matematika kali ini. Untung ini pelajaran terakhir, jadi aku tak terlalu khawatir.

Aku pulang di jemput oleh sopir pribadi, tapi sebelum pulang aku meminta untuk mampir ke salah satu toko buku untuk membeli novel. Setibanya di toko aku langsung mencari novel yang cocok untuk ku baca. Saat aku sedang mencari novel, tiba-tiba ada yang menabrakku dari samping.

“ Eh sory,” ucapnya sambil menoleh ke arahku sekilas.

Aku menoleh ke arahnya dan sangat terkejut karena seseorang yang menabrakku adalah Glen. Aku terpaku, tak bisa mengucapkan apa-apa, bahkan untuk menggerakkan anggota tubuhku sangat sulit rasanya. Tak lama Glen meninggalkanku tanpa menoleh ke arahku lagi, seolah keberadaanku tak terlihat nyata olehnya. Setelah kepergiannya ada rasa sesak yang menelusup di dadaku, namun lama-kelamaan rasa sesak itu berubah menjadi rasa sakit.

Semakin lama rasa ini semakin menyiksaku, aku sangat ingin mengungkapkannya. Tapi aku tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya. Oh lebih tepatnya belum mempunyai keberanian, tapi suatu saat nanti pasti aku akan mempunyai keberanian itu.

Keesokannya aku berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya karena hari ini adalah jadwal piketku. Sekolah masih sangat sepi, hanya ada beberapa siswa saja. Aku melangkahkan kaki menuju kelasku, rasa bahagia selalu mengiringi langkahku. 

Namun langkahku terhenti ketika melihat dua orang sedang berdiri tak jauh dariku. Aku terkejut karena yang ku lihat ternyata Geby dan Glen. Kualihkan pandanganku ke arah lain dan memejamkan mata beberapa saat berharap apa yang ku lihat di depan mata itu salah. Gadis yang berdiri bersama Glen itu tak mungkin Geby, pikirku. Karena selama ini Geby tak mengenal Glen. Namun saat ku arahkan pandanganku kepadanya, yang ku lihat masih sama, yaitu Geby dan Glen. Aku pun menghampirinya, karena aku sangat penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

“Hai By“ ucapku sambil memegang bahu Geby.

Geby menoleh kaget karna sapaanku

“Eh Salsa,” jawabnya gugup.

Aku sekilas menatap Glen, dan tak lama dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa.
 
“Kamu kenal sama Glen?” tanyaku penasaran.

“Oh iya, soalnya dia temen kakak sepupuku.”

Aku hanya mengangguk samar dan berjalan menuju ke kelas. Tapi entah kenapa seperti ada sesuatu yang aneh, tapi aku sama sekali tidak mengetahui apa itu. Ku buang pikiran aneh itu, mana mungkin Geby kenal dekat dengan Glen sedangkan Geby sendiri tahu bahwa aku menyukai Glen sejak lama.

Malam ini aku sama sekali tak bisa tidur, entah perasaan apa yang membuatku terjaga sampai malam. Berkali-kali ku ubah posisi tidurku, namun masih tetap sama. Aku pun meraih ponsel dan membuka galeri, aku memandang foto Glen dengan perasaan tak karuan.  Tanpa ku sadari air mataku menetes hanya karna melihat foto Glen. Terkadang aku berpikir, mau sampai kapan aku tetap menyukainya seperti ini? Apa nantinya aku bisa melupakannya dengan mudah? Lalu pertanyaan yang sangat sulit terjawab adalah, apakah setelah hatiku hancur oleh Glen aku bisa jatuh cinta untuk kedua kalinya? Berbagai macam pertanyaan selalu berputar-putar di kepalaku, namun aku sama sekali tak mampu menjawabnya.

Satu bulan lagi ujian nasioanal, itu berarti waktuku untuk terus bisa melihat Glen hanya sebentar lagi. Tapi sebelum Glen ujian dan lulus sekolah, aku harus mengungkapkan isi hatiku kepadanya. Persetan dengan gengsi atau apalah itu namanya, yang terpenting adalah Glen tau apa yang aku rasakan.

Hari ini kelasku jam kosong, itu adalah hal yang di sukai oleh para siswa. Aku mengajak Geby untuk ke perpustakaan, namun Geby menolaknya dan memilih tidur di kelas. Jadi aku ke perpustakaan sendiri hanya untuk sekedar membaca buku. Saat aku baru masuk ke dalam perpustakaan, orang pertama yang kulihat adalah Glen, kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan, namun tak ada orang sama sekali dan penjaga perpustakaan pun tak ada. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini, aku berjalan ke arah Glen dengan rasa gugup tak karuan. Aku menghentikan langkah kakiku dan duduk di kursi kosong depan meja Glen.

“Hai Kak, boleh duduk disini?” tanyaku hati-hati.

Glen hanya mengangguk tanpa menoleh ke arahku.

“Emm,,, aku boleh ngomong sesuatu sama kakak gak?”

“Apa?” tanyanya sambil menoleh ke arahku.

“Aku suka sama Kak Glen,” ucapku dengan lirih tanpa berani menatap wajahnya. Sungguh, ini adalah hal paling gila yang pernah aku lakukan. Perasaanku tak karuan, antara malu dan takut menjadi satu.

“Sejak?” tanyanya.

“Sejak aku SMP kelas 8 sampai saat ini, aku pikir dulu adalah cinta monyet. Tapi sudah hampir 4 tahun rasa itu tetap bersemayam di dalam hati, apakah itu masih pantas di sebut cinta monyet? Jika boleh memilih, lebih baik aku tak jatuh cinta sedini ini. Karena itu membuatku sangat repot, bahkan membuat air mata keluar begitu saja. Aku tahu aku tak secantik wanita yang dekat denganmu, tapi aku tak mampu menahan rasa ini sendiri tanpa kamu mengetahuinya,” ucapku dengan menahan tangis.

“Aku gak tau siapa kamu, tapi tiba-tiba kamu bilang suka sama aku sejak lama. Apa sebelum kamu bilang kaya gitu kamu sudah intropeksi diri? Apa kamu pantas buat aku? Liat penampilan kamu! Kita berbeda, tak  mungkin aku besanding denganmu, sedangkan aku termasuk idola di sekolah, lalu apa kata mereka jika aku berpasangan denganmu? Dan perlu kamu tahu, aku sedang dekat dengaan Geby.  Aku menyuki Geby, begitu juga sebaliknya,” ucapnya lirih namun penuh dengaan penekanan.

Aku pergi meningalkannya begitu saja, aku sudah tak sanggup menahan air mata ini. Aku berlari menuju ke toilet, kututup pintu dan aku menangis sejadi-jadinya. Aku bisa menerima bahwa Glen menolakku, tapi aku tak bisa menerima bahwa yang di sukai Glen adalah teman dekatku. Geby, selama ini dia mendukungku, selalu memberi semangat di saat aku sedih karena Glen! Tapi kenapa justru dia berkhianat? Aku tak tahu alasannya, dan aku tak bisa menerima alasan apapun dari Geby. Luka yang kudapatkan saat ini begitu dalam, luka dari orang ku cintai dan luka dari sahabatku sendiri. Aku menangis hingga mataku bengkak, bahkan akupun merasa lelah karena menangis. Mungkin aku menangis sekitar 15 menit. Setelah puas menangis, aku langsung izin pulang tanpa mengikuti pelajaran selanjutnya.

Setelah kenaikan kelas, aku sudah kembali seperti semula. Kembali menjalani hari-hari dengan ceria, dan dengan Geby pun aku sudah baikan karena aku sudah bisa menerimanya. Karena tak ada gunanya bagiku untuk menangisi sesuatu yang bukan takdir kita, dan tak ada gunanya juga kita membenci seseorang tanpa kita memikirkan perasaan sebenarnya.

Bekas luka memang masih ada, namun aku tak menjadikan bekas luka itu sebagai alasanku untuk terpuruk. Namun dari bekas luka itu aku mendapatkan semangat baru, semangat untuk merubah diriku. Terutama dari penampilanku, sifat dan pola pikir. Aku tak merasa dendam atas cinta sepihak, namun aku akan membalas dengan perubahanku dan kesuksesanku di masa depan. Cinta pertama boleh gagal namun untuk hal lain aku tak boleh gagal.

Aku mulai rajin berolahraga, diet, perawatan wajah, tubuh dan rambut. Dari ujung kepala hingga ujung kaki tak ada yang terlewat untuk ku rawat. Aku ingin menunjukan kepada Glen bahwa aku bisa tampil seperti wanita cantik di luar sana. Lebih tepatnya aku ingin membuat Glen menyesal atas ucapannya terhadapku.

Selama liburan ku habiskan untuk perawatan tubuh, rambut dan lain-lain. Masa libur sudah habis, aku masuk sekolah dengan perubahanku yang sudah mulai terlihat. Jerawat di wajahku sudah memudar namun belum sepenuhnya hilang, berat badanku sudah turun dan kulitku sudah mulai berubah. Banyak dari temanku yang memuji atas perubahanku.

Waktu terus berjalan hingga tiba saatnya aku menghadapi ujian nasional. Seiring berjalannya waktu pula perubahanku sudah sangat terlihat. Tubuh langsing, wajah mulus, kulit putih, rambut terurai panjang dengan warna hitam. Dan aku pun sudah masuk dalam jajaran cewek popular di sekolah dan banyak yang mengejarku. Tapi aku sama sekali tak menanggapinya karena mereka semua yang mengejarku hanya karena fisik semata.

Setelah aku lulus, aku memilih kuliah di luar kota dengan jurusan ilmu komunikasi. Namun entah karena kebetulan atau apa, aku satu kampus dengan Glen. Saat Glen melihatku dia langsung terpana dan mendekatiku, apalagi saat dia tahu bahwa aku adalah Salsa, gadis bodoh yang pernah menyukainya, dia semakin mengejarku. Tapi aku menolaknya ketika dia meminta aku untuk menjadi pacarnya, bukan aku sombong, tapi aku sadar bahwa Glen tidak baik untukku. Sudah jelas sekali bahwa dia menyukaiku hanya karena fisik.

“Salsa, maafin aku karena dulu aku nolak kamu,” ucapnya saat di kantin.

“Terima aku jadi pacarmu ya, aku menyesal dan aku janji gak bakal nyakitin kamu.”

“Hentikan omong kosongmu Bung, dan perlu kamu ingat Salsa yang dulu bukanlah Salsa yang sekarang. Begitu juga dengan perasaan ini, dulu dan  sekarang itu berbeda,” ucapku tegas.

“Tolong beri aku kesempatan.”

“Jangan menolak wanita ketika ia belum cantik, karena ketika sudah cantik kamu bukan seleranya lagi,” ucapku ketus.

Seketika Glen terdiam dan memilh pergi meninggalkanku. Aku mengabaikan perasaan yang ada di dalam hatiku, karena aku pikir saat ini hatiku sedang mati rasa. Entah kapan bisa kembali seperti semula. Semua itu butuh proses yang cukup lama. Karena ketika wanita sudah tulus namun ketulusannya di sia-siakan maka untuk kembali seperti semula itu susah. Yang aku perlukan saat ini adalah move on dari Glen.
Gimi96Avatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
2.9K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.