Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

joko.winAvatar border
TS
joko.win
Jakarta, Enam Kali Banjir dalam Dua Bulan
Jakarta dilanda banjir sebanyak enam kali dalam dua bulan terakhir di awal 2020. Curah hujan yang tinggi harus diimbangi dengan keberadaan sistem drainase yang memadai.


KOMPAS/LASTI KURNIA



Warga melintas di depan halte bus sekolah di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Utara, Selasa (25/2/2020). Akibat banjir, sejumlah fasilitas umum tak dapat digunakan.

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan Jakarta dilanda banjir sebanyak enam kali dalam dua bulan terakhir. Selain penanggulangan, langkah antisipasi perlu terus dikerjakan mengingat sepanjang Maret 2020 Jakarta masih berpotensi banjir dengan kategori menengah.

Dalam kurun waktu dua bulan, DKI Jakarta enam kali direndam banjir dengan luasan wilayah yang signifikan. Di luar itu, ada pula dua kali kejadian banjir dengan wilayah terdampak yang minim (2-4 titik banjir). Banjir pertama pada tahun ini terjadi tepat saat tahun baru, yakni pada 1 Januari 2020. Banjir disebabkan oleh curah hujan yang mencapai 377 milimeter per hari. Angka ini lebih tinggi daripada curah hujan yang menenggelamkan sebagian besar wilayah Jakarta pada 2007.

Banjir pada awal tahun memaksa sejumlah 36.445 orang mengungsi di 247 titik pengungsian. Pascabanjir, genangan masih ada di beberapa titik hingga 8 Januari 2020.



Masih pada bulan yang sama, banjir kembali terjadi akibat hujan yang mengguyur Jakarta pada Sabtu (18/1/2020) dini hari. Sedikitnya 17 ruas jalan dan permukiman di wilayah Jakarta tergenang air.

Kompas mendokumentasikan banjir pertengahan Januari dalam medium serial foto. Tampak pada foto permukiman di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, tergenang. Ruas Jalan S Parman dan sekitar Mal Taman Anggrek juga dalam kondisi tergenang banjir.

Pada bulan Februari, dalam arsip berita Kompas terdapat tiga kali peristiwa banjir di Jakarta. Ditambah satu peristiwa banjir yang terjadi pada 25 Februari 2020.

Banjir pertama bulan Februari terjadi pada 2 Februari 2020. Banjir tersebut menggenangi 25 ruas jalan yang tersebar di wilayah Jakarta yang disebabkan oleh hujan deras.

Genangan terpantau muncul di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Jalan Merdeka Utara di depan Istana Negara tergenang air setinggi 40-50 sentimeter. Jalan Merdeka Timur juga tergenang air setinggi 30-40 sentimeter. Adapun Jalan Medan Merdeka Barat tergenang air setinggi 20-30 sentimeter.

Enam hari berselang, 8 Februari 2020, banjir kembali menghampiri Ibu Kota. Sedikitnya 21 ruas jalan dan permukiman warga terendam banjir. Di Kelurahan Rawajati, Jakarta Selatan, air masuk ke permukiman warga yang berada di bantaran Kali Ciliwung. Banjir mengakibatkan 467 orang dari 12 lokasi harus mengungsi.

Minggu (23/2/2020) pagi, banjir merendam 55 RW yang tersebar di 36 kelurahan di 25 kecamatan di Jakarta. Banjir diakibatkan curah hujan ekstrem (di atas 150 mm/hari) di wilayah Pintu Air Pulo Gadung, Manggarai, Kelapa Gading, Pulomas, dan Setiabudi Timur. Hujan deras juga terjadi di wilayah sekitar Kemayoran, Waduk Melati, Sunter Timur, Halim Perdanakusuma, Karet, dan Cideng.

Banjir pada Minggu pagi tersebut juga mengakibatkan kompleks Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, terendam. Alat-alat medis yang berada di rumah sakit mengalami kerusakan karena terendam air.

Terkini, hujan deras yang berlangsung sejak Senin (24/2/2020) malam hingga Selasa (25/2/2020) dini hari mengakibatkan banjir pada Selasa. Sedikitnya 47 ruas jalan terendam banjir juga permukiman warga serta kawasan industri tergenang air.

Pandangan warga

Banjir yang melanda warga Ibu Kota secara kewilayahan telah terjadi sebanyak enam kali sepanjang 2020.

Sudah Berlangganan? Silakan MasukGOOD DAY, IT’S PAY DAY!

Love is in the air! Diskon hingga 30%

AMBIL DISKONNYA

Pada 25-26 Januari 2020, artinya setelah Jakarta dua kali mengalami banjir, Litbang Kompas memotret opini publik tentang banjir Jakarta. Sejumlah 525 responden jajak pendapat yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta merespons banjir dengan beragam pendapat dan sikap.

Enam dari sepuluh responden menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan upaya penanggulangan banjir yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Proporsi responden yang sama juga menyatakan bahwa sistem peringatan dini yang dilaksanakan Pemprov DKI tidak atau belum efektif. Mereka juga merasa kecewa dan tidak puas dengan upaya yang telah dilakukan pemerintah.

Menanggapi hal ini, mayoritas responden masih bersikap pasif, yakni sejumlah 65,8 persen responden memilih bersikap diam saja atau pasrah. Hanya 10,3 persen, atau proporsi paling kecil, warga yang memilih menggugat pemerintah secara hukum.

Melalui jajak pendapat di atas, didapat gambaran bahwa masyarakat Jakarta lebih memilih untuk diam dan menerima kondisi banjir sebagai bagian dari kehidupan harian. Patut diingat bahwa pendapat di atas disampaikan setelah warga mengalami dua kali banjir pada bulan Januari 2020.

Namun, dengan enam kali banjir yang telah dialami warga Jakarta hingga 25 Februari 2020, pendapat warga Jakarta di atas belum tentu masih sama dengan opini mereka pada akhir Januari 2020, terutama tingkat kepuasan mereka terhadap kinerja Pemprov DKI. Tuntutan warga pada akhir Januari 2020 adalah pemprov perlu memberikan rasa aman, termasuk rasa aman dari banjir bagi warganya.

Potensi banjir

Tantangan bagi Pemprov DKI Jakarta kali akan lebih berat dalam memenuhi kebutuhan warganya akan keamanan dari banjir, terutama karena Jakarta masih harus menghadapi potensi banjir setidaknya hingga akhir April 2020.

Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika meramalkan bahwa sepanjang Maret 2020, Jakarta akan terancam banjir kategori menengah yang meliputi seluruh wilayah. Potensi banjir baru mulai turun pada bulan April 2020 dengan penurunan potensi menjadi kategori rendah.

Potensi banjir yang dirilis oleh BMKG ini menghubungkan kemungkinan banjir dengan besarnya curah hujan yang akan terjadi di suatu wilayah. Oleh karena itu, berbagai persiapan yang tak dapat diabaikan adalah persoalan terkait menampung dan menyalurkan curah hujan yang tinggi sepanjang Maret 2020 di wilayah DKI Jakarta.

Hal itu berhubungan langsung dengan berbagai kegiatan rutin yang perlu terus dijalankan, seperti pengerukan saluran air di sekitar rumah hingga pengerukan sungai, pengecekan pompa-pompa dan sistem peringatan dini di DKI Jakarta.

Selain itu, perlu juga kegiatan antisipasi yang lebih bersifat terstruktur, antara lain berupa pembenahan saluran air, penambahan sumur resapan, pembesaran lubang saluran pembuangan, hingga penambahan dan pemerataan jumlah saluran air.

Selain ancaman curah hujan di wilayah DKI yang berpotensi mengakibatkan banjir, terdapat ancaman dari hulu dan hilir yang perlu terus diperhatikan. Ancaman dari hulu berupa hujan kiriman, sedangkan ancaman dari hilir berupa kondisi laut pasang yang menghambat aliran akhir air ke laut.

Berbagai tindakan antisipasi yang terukur dan terbuka untuk dievaluasi, sebagai respons atas ramalan BMKG di atas, akan melengkapi tindakan penanggulangan banjir yang selalu dilakukan dengan sigap oleh Pemprov DKI Jakarta selama ini. (LITBANG KOMPAS)

https://bebas.kompas.id/baca/riset/2...lam-dua-bulan/
Diubah oleh joko.win 26-02-2020 08:23
vaxinbloodAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 3 lainnya memberi reputasi
2
1.3K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.5KThread41.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.