Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

telah.ditipuAvatar border
TS
telah.ditipu
Rindu sama Orang yang sudah Tiada? VR Menawarkan Solusi



Halo gan sis. Ketemu lagi dengan ane. Ane mau corat-coret dikit tentang Korea. Mohon koreksi kalo ada yang salah ya gan sis.

Korea Selatan atau biasa yang disebut dengan Korea adalah salah satu penghasil teknologi maju. Negara ini bisa membuat hape, mobil, dan berbagai bentuk perkakas rumah. Berkat adanya alat-alat itu, hidup jadi lebih mudah dan praktis. Jadi gak heran kan kalo di negara kita banyak yang pake produk dari Korea.

Tapi bagaimana jadinya jika di balik sederet manfaat itu, juga tersimpan bahaya yang mengancam dalam jangka panjang? Ibarat pisau bisa buat masak sayur sop tapi juga bisa pake melukai hewan. Ibarat hape bisa buat komunikasi tapi juga bisa bikin capek hingga stress. Seperti mobil bisa buat jalan-jalan tapi juga bisa buat nabrak orang.

Orang gak bisa lepas dari teknologi. Jadi walau ada bahaya yang mengancam keselamatannya, tetep aja banyak orang menggunakannya. Seperti yang terjadi di Korea beberapa waktu yang lalu. Agan sista mungkin sudah banyak yang tahu tentang VR, yaitu sejenis kacamata yang bisa menampilkan gambar virtual.

Virtual reality atau biasa disingkat VR digunakan orang saat bermain game atau menonton film. Teknologi ini dikembangkan oleh beberapa Negara maju, salah satunya adalah Korea. Nah uniknya, di Negara ini penggunaan VR tidak hanya untuk hiburan saja tapi juga untuk terapi kematian.

Terapi kematian ini maksudnya adalah seseorang bisa menggunakan VR untuk bertemu dengan keluarganya yang telah meninggal. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, di Korea ada seorang ibu yang anaknya meninggal. Lewat VR itu, ibu tersebut bisa ketemu anaknya lagi.




Si ibu yang kehilangan anaknya kini bisa melihat wajah mungil putrinya yang berusia tujuh tahun. Dia juga bisa mendengar suaranya. Bahkan imaji di VR tersebut juga bisa menampilkan ekspresi sang anak. Intinya dengan alat itu dia bisa reunian dengan anaknya lagi.

Inilah manfaat teknologi. Ibu itu mungkin merasa terharu dan bahagia karena bisa berinteraksi dengan putriya yang sudah di alam kubur. Tapi bagaimana dengan si anak, apakah merasakan hal yang sama? Ane gak tahu, tapi yang jelas dimana ada orang yang sudah meninggal bisa merasa bahagia. Walau begitu, ini suatu penemuan unik.

Seperti yang ane bilang di awal, suatu alat bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Nah manfaat dari terapi VR diatas adalah bisa mengurangi rasa kangen kepada orang yang sudah tiada. Sekarang coba lihat sisi negatifnya. Ibu yang bertemu dengan anaknya lewat VR tadi, apakah benar-benar puas dan bahagia?

Ane pikir, seseorang yang ditinggal mati oleh orang yang disayang menimbulkan kesedihan yang mendalam. Orang itu, mungkin juga ibu tadi, tentu kesulitan untuk menerima bahwa orang yang dicintai telah meninggalkannya untuk selamanya. Sedih, kecewa bahkan berharap agar dia hidup lagi adalah hal yang manusiawi.

Tanpa meremehkan jerih payah pembuat VR, banyak orang tahu bahwa VR itu pada intinya berisi gambar. Apakah sebuah gambar bisa mengembalikan seseorang yang telah meninggal? Kalo menurut ane sih, walau gambar orang itu persis seratus persen tanpa cacat dengan aslinya tidak membuat orang yang telah meninggal bisa hidup kembali.

Itu hanya gambar yang bergerak, hasil dari olahan AI. Sama kayak ane video call. Waktu ngobrol lewat layar hape itu sebenarnya bukan ngobrol dengan aslinya tapi hanya dengan pantulannya saja. Buktinya saat video call ane gak bisa menepuk bahu orang yang ane ajak obrol.




Jadi ane pikir, mau semirip dan senyata apapun grafis di VR tetep aja itu bukan orang aslinya. Kalau bukan orang aslinya, lalu bagaimana bisa orang rela membeli kebahagiaan untuk sebentar saja padahal itu hanyalah bayangan? Jadi walau ada sedikit kelegaan setelah bertemu sosok yang meninggal, tapi jauh di dalam masih ada rongga ketidakpuasan yang mungkin saja porsinya lebih besar dan membuat merana.

Selain itu, sisi negatif dari terapi diatas adalah bisa saja sang ibu semakin tidak menerima kenyataan bahwa anaknya telah meninggal. Maksudnya ia lebih betah menyaksikan gambar anaknya di layar VR dan kurang tertarik menjalani hidupnya di dunia nyata dimana ia hidup. Bukankah itu mirip dengan memundurkan kehidupan sang ibu dan menghalangi perkembangan hidupya yang tanpa anak sekarang? Sementara hidup di dunia nyata masih terus berjalan.

Bagaimanapun juga, sang ibu punya kendali bagaimana menggunakan perangkat VR dalam membantu hidupnya. Apakah ia gunakan saat perlu saja, atau mungkin saat perlu saja itu maksudnya setiap saat dalam hidupnya. Tapi kalau ibu itu mau melihat sisi lainnya, mungkin dia merasa bahwa bahagia yang dirasakan setelah bertemu anaknya di VR tidak sebanding dengan rasa penyesalan bahwa anak yang ditemuinya lewat VR itu hanyalah sebatas angan.

Terlepas dari itu semua, ini salah satu bukti bahwa teknologi di Negara semaju Korea makin berkembang. Penggunaan VR untuk melihat orang yang sudah mati menjadi semacam milestone bagi mereka untuk membuat alat yang jauh lebih hebat di masa depan, dan menjadikan mereka sebagai pembuat teknologi canggih yang tidak bisa disalip oleh Negara kebanyakan.

Bagaimana jika terapi VR seperti di Korea tadi diterapkan di Indonesia? Mungkin ada beberapa pihak yang bisa mengambil manfaat darinya, tapi bagi yang tidak mengerti untuk apa semua itu tentu juga tak sedikit. Corona yang mematikan aja lewat, mau pake reunian sama orang yang sudah mati. Apa kata warga +62? Keep santuy gan sis.

Sumber referensi dan ilustrasi: disini, disini
 

Diubah oleh telah.ditipu 18-02-2020 22:35
0
622
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kekoreaan
Kekoreaan
10.8KThread2.2KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.