Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dchantiqueAvatar border
TS
dchantique
Impian Anak Perawan
Impian Anak Perawan
  Apa yang kamu pikirkan, saat umurmu di akhir kepala 2 dan masih perawan? Gelisah, bingung dan tak nyaman setidaknya pasti dirasakan, seandainya punya pintu doraemon pasti akan langsung dihampiri. Menjelajah isi dunia, pergi ke tempat-tempat menyenangkan dan menikmati hidup yang bebas. Sayangnya, aku bukanlah Nobita yang memiliki teman bernama Doraemon, yang bisa memenuhi semua inginku. Pergi jika lingkungan sudah tak nyaman, menghilang saat orang mulai penasaran padaku. Sudah sepantasnya aku sadar dari yang tak mungkin, membuka mata lebar-lebar, jika fakta tak seindah ilusi. Ekspetasi belum tentu seirama, dengan kenyataan yang terjadi, hanya mampu menjadi impian semata. Walaupun doa tak henti ku panjatkan, berharap suatu waktu semua harapan bukan hanya asa semata tapi wujud yang nyata.
  Tahukah kalian, jika gadis bernama Devanaz Hartini ini, bermimpi menjadi penulis terkenal.  Berharap karyanya yang tak seberapa, bisa dinikmati semua orang, hingga ia bisa membantu orangtua. Aķu dulu bisa dikatakan, masih berpikiran naif, menulis agar dapat menghasilkan uang yang banyak. Aku tak peduli jika masih tak tahu PUEBI, penempatan tanda baca yang benar dan pemilohan kata yang pas, yang pasti tulisanku dibaca lalu best seller. Ku akui, antara tahun 2013-2018, tulisan yang dibuat begitu asal. Mau orang suka, mau isinya mencaci orang, aku tak peduli yang penting tulisannya berlanjut. Lucunya, dalam kebutaanku akan dunia literasi, dengan nekat juga kepercayaan diri yang tinggi, dikirimlah satu naskah untuk lomba. Apakah aku menang? Tentu saja tidak, mana ada sih tulisan acak-acakan, penempatan tanda baca yang salah dan isinya nggak bermanfaat bisa dimenangkan. Aku akui, motivasiku waktu itu adalah, menang dan dapat duit gede. Bagaimana respon orang-orang pada karyaku, aku anggap angin lalu.
  Bagian terkonyol yang paling kuingat, mengamuk saat karyaku tak lolos, merasa jika orang lain menang itu karena mereka orang kaya. Jikalau itu aku alami sekarang, sudah pasti yang harus dilakukan adalah menyadari, mungkin ada yang salah dengan naskahku. Di masa lalu, aku sampai mengutuk keras pihak penyelenggara, bahkan menuduhnya hanya memilih penulis yang sudah punya buku saja. Aku saat itu merasa, ceritaku lebih bagus dan mengikuti masa sekarang, padahal sebenarnya semua itu dari hasil menonton sinetron. Saking semangatnya, aku terus saja mengirimkan naskah, sampai akhirnya aku menyerah. Faktor lain yang sangat mempengaruhi, hobiku ini tak didukung keluarga, karena merasa penulis itu kurang kerjaan. Bahkan saudara lelakiku, menyebut penulis itu tak lebih dari tukang khayalan.
Mendengarnya, membuatku lemah, berpikir jika karir menulisku layu sebelum berkembang. Harapan sejak remaja, yang ingin menjadi seperti Bunda Asma Nadia, harus gugur dan terpendam. Mau mengadu, lingkunganku adalah kalangan pedagang, serta pegawai negeri. Tak pernah ada sejarahnya, ada seorang penulis tumbuh di keluarga kami.
 
    Mungkin tahun 2016-2017 adalah masa kelamku, dimana aku berpikir banyak sekali kekecewaan yang kuterima, tapi siapa sangka ternyata Allah memberiku beragam kejutan. Saat sidang skripsi, yang kurasa seakan tak mampu melakukannya, ternyata berakhir dengan manis. Meskipun nilaiku bukan “Terpuji”,  tapi nilainya memberikan keyakinan, jika diri ini mampu melakukannya. Seandainya Kak Firman masih ada, ingin rasanya ku sombongkan diri, tapi ku urungkan niatku karena hal itu tidaklah baik. Alhamdulillah, berkah di bulan Sya’ban itu membawa angin segar, pada hubunganku dan kakakku yang akhirnya melunak. Nenekku yang saat itu masih ada, melatunkan doa agar aku juga bisa secepatnya menikah, setelah lulus kuliah.  Sayangnya, Allah punya takdir yang tak ada seorangpun menyangka, Nenekku menyudahi kisah hidupnya tepat di tanggal 19 Agustus 2017.  Di saat hari nan fitri baru saja berlalu seminggu, dimana kami khususnya aku baru saja meminta maaf padanya. Pantas saja, saat lebaran Nenekku bertingkah aneh, memberi begitu banyak wejangan. Seakan itu adalah persembahan terakhir darinya,  hingga itupun yang terjadi.
    Ungkapan R.A. Kartini yang menyatakan, “ Habis Gelap Terbitlah Terang” memang nyata adanya, saat akhirnya kakakku bisa memiliki rumahnya sendiri. Setelah 10 tahun menikah dan terpaksa tinggal serumah dengan Ambu, akhirnya mereka pun berhasil memiliki rumahnya sendiri.  Ambu bersyukur, setidaknya uang yang ia pinjamkan pada A Satya menjadi berkah, karena cucu-cucunya sudah memiliki tempat berlindung sendiri. Meskipun Ambu sendiri masih tinggal di rumah kontrakan, tapi begitu besarnya jiwa beliau sehingga lebih mengutamakan yang sangat membutuhkan. September 2017, aku dipercaya menjadi guru paud di sebuah tempat milik mantan istri pamanku, sebut saja Juliet Fatmawati yang kebetulan membutuhkan staff di sekolah miliknya. Aku yang memang menyukai anak-anak, juga pernah berkecimpung disana saat masih sma, mencoba menikmati senuanya hingga tak terasa 6 bulan pun terlewati. Sayangnya di bulan ke 5, ada satu hal yang membuatku kecewa, pembayaran gajiku telat dan ia tak sekalipun memgonfirmasi padaku.
   Betapa sedihnya hatiku, sempat berpikir apa sebenarnya salahku. Kembali lagi aku merubah cara berpikirku, mungkin ini sudah suratan takdir, dimana Allah selalu memberikan ujian untuk makhluk terbaiknya. Seminggu menjelang puasa, tak pernah ada info ataupun itikad baik Bu Juli, untuk menyerahkan hakku. Padahal kalau beliau jujur tak ada dana, akupun tak akan memaksa. Padahal itu dosa, mendzolimi seorang karyawan, bahkan Rosululloh SAW pun memerintahkan, untuk membayar upah pekerja, sebelum keringatnya kering.  Sekali lagi, hatiku terlalu baik, sehingga tak tagih hutangnya padaku. Rasanya, memgikhlaskan itu lebih sempurna daripada menyimpan dalam hati, tapi seluruh tubuh ikut merasa kesakitan. Sepertinya sejak aku membaca novel-novel karya Mbak Chanty Romans, hidupku terasa lebih terang. Ikhlas, Sabar, tawakal dan tulus, adalah beberapa poin penting yang ku dapatkan dari beberapa cerita beliau. Bahkan rasanya, kendati pertemuan kami hanya lewat udara juga karya, tapi aku merasa sudah mengenalnya sejak lama. Bahkan aku mendapat banyak info tentang beragam hal, berkat membaca karya-karyanya, meski belum satupun yang bisa kumiliki.
     Setelah berkonsultasi dengan ibuku juga meminta petunjuk dalam istikharah, Ku putuskan untuk keluar. Meski konsekuensinya adalah komentar pedas dari kakakku, aku ikhlas karena mungkin itu adalah bagian dari sebuah ujian kehidupan. Lagi-lagi di bulan yang sangat istimewa,
yakni bulan ramadhan aku kembali mendapat berkah sekaligus ujian. Seorang saudaraku, Suci datang ke tempat kami untuk membeli pecel, yang sempat tak ku kenali sebelumnya. Kami berpisah 10 tahun yang lalu, saat keluargaku harus pindah dari tempat asal kami karena Ambu berpindah kerja. Saat tengah berbincang, tiba-tiba ibuku bertanya tentang pekerjaan, suami Suci  yakni Aa Fatah langsung merespon. Dia mengatakan di tempat kerjanya memang sedang membutuhkan seorang admin, lalu menawarkan diri untuk membicarakan ini dengan bosnya. Pada akhirnya, terdamparlah  diriku di tempat yang tak penuh kemadharatan, mendapati sosok yang mirip Bu Juliet, kendati berbeda gender. Namanya Priambodo Suhendro---disapa Pak Bodo bos baruku, sosok pemimpin perusahaan yang tak cocok dengan gayanya yang cuek,  bermuka suram dan tak bercahaya sama sekali. Kalau diibaratkan mirip orang batak, cocok dengan usahanya yang juga bergerak di bidang uang berputar alias  lintah darat.  Ingin rasanya aku menyesal, tapi aku pikir lagi mungkin jalannya dari Allah, jika saat ini rejekiku berasal dari bisnis uang itu.
  Ternyata, akupun mendapat ujian kembali, dimana bosku memiliki lidah yang tajam, juga pilih kasih. Bisa dikatakan, dalam melaksanakan kepemimpinannya, beliau lebih suka menjalankannya dengan sewenang-wenang, dimana seharusnya sikap santun yang harus dijalankan. Lagi-lagi aku mengatakan pada hatiku jika ini salahku, kendati hal itu sudah terlewat beberapa bulan lalu. Mungkin Pak Bodo ini adalah sebuah ujian, untuk menguji keseriusanku dalam suatu pekerjaan. Dibalik semua kesedihanku, ada kebahagiaan tersendiri, akhirnya aku bisa menemukan teman-teman baru dan menanti kehadiran ponakan tercinta, yang sekian lama dinanti.  Begitu antusiasnya diriku, karena ini adalah keponakan lelakiku yang pertama. Sungguh nikmat Tuhan mana yang aku dustakan? Dibalik kesedihan, Allah kirimkan kebahagiaan meski salah satunya belum ku temukan yakni perihal jodoh.  Biarlah itu mènjadi Rahasia Allah, yang mungkin akan jadi kejutan membahagiakan untukku hingga saatnya tiba. Hal itu membuatku mantap untuk mengundurkan diri, daripada aku kembali bergelimang dosa dan membuat Rahmat Allah SWT menjauh. Biarlah aku yang mengalah, mengakui kehilapan yang pernah kulakukan, memohon ampunan sebanyak-bamyaknya.
  Hikmah dari itu semua, aku semakin dekat pada Allah swt, yang tadinya hanya rajin bertilawah di Bulan Sya’ban, Ramadhan dan Syawal, kini setiap hari terlaksana. Meskipun ada kekhawatiran akan pencarian kerja, mengingat umurku 5 bulan lagi bertambah dan tentunya akan lebih menyulitkan. Aku tetap percaya, Allah akan selalu bersama kita dan Allah tahu yang terbaik bagi kita.
Bersambung
130220
0
214
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buat Latihan Posting
Buat Latihan PostingKASKUS Official
35.6KThread1.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.