BoKang.klanAvatar border
TS
BoKang.klan
Boycott Bali? Why the atrocities in West Papua demand your attention



Diperkirakan setengah juta orang Papua telah terbunuh di tangan pasukan Indonesia selama 50 tahun terakhir.

Tidak berlibur di Indonesia adalah cara mudah untuk mengatakan Anda tidak setuju dengan itu, tulis Morgan Godfery.

Apakah Anda akan berlibur di apartheid Afrika Selatan?

Saya rasa untuk semua orang selain Don Brash dan sesama Pledgers, jawabannya adalah “tidak” secepat kilat.

Agak sulit untuk menikmati boardwalk Durban mengetahui bahwa orang-orang Hitam dan India yang tinggal hanya beberapa kilometer dari pantai mungkin tidak pernah menenggelamkan kaki mereka ke pasir pantai, tanpa alasan lain selain warna kulit mereka.

Liburan dan pantai hanya untuk orang kulit putih, dan hanya orang yg tidak tahu apa-apa atau pendukung white power yang akan memesan paket wisata yang korup secara moral itu.

Saya memikirkan hal ini setiap kali seorang teman memposting tentang perjalanannya ke Bali.

Maksudku, perjalanan selalu tampak menyenangkan: teras sawah, koktail, keringat tropis.

Seorang kenalan saya tampaknya melakukan perjalanan ke pulau Bali setiap beberapa tahun hanya untuk sekedar hiburan murah tawar menawar barang dengan beberapa penduduk termiskin di dunia.

Saya tidak yakin saya mengerti. Satu hal yang saya mengerti adalah nuansa “Afrika Selatan 1960”.

Apakah Penduduk Selandia Baru yang memesan perjalanan ke Bali, sadar bahwa beberapa pulau di sebelah timur, pemerintah Indonesia secara paksa menduduki pulau Melanesia di Papua Barat dan membantai penduduk asli?

Bulan lalu, empat siswa dari Jayapura, ibukota Papua Barat, ditahan polisi setelah membentangkan bendera Bintang Kejora, simbol kemerdekaan papua, pada misa Katolik.

Memiliki atau memajang bendera Bintang Fajar yg berwarna merah, putih dan biru ,dapat memenjarakan seorang aktivis di hingga 20 tahun.

Inilah masa depan yang mungkin menimpa keempat siswa tsb, ditangkap oleh polisi berpakaian preman yg duduk di bangku belakang.

Di Papua Barat, pasukan Indonesia (polisi, dinas keamanan dan militer) menguasai setiap aspek kehidupan publik dan pribadi

Gereja, sebagai salah satu dari sedikit tempat di mana pelipur lara dapat ditemukan, hampir selalu menjadi jantung perjuangan kemerdekaan.

Kongres Nasional Afrika melakukan banyak pengorganisasiannya di bawah perlindungan gereja-gereja lokal.

Tapi di Papua Barat tembok itu semakin meninggi.

Pemerintah Indonesia semakin merambah dan mengeksploitasi dataran tinggi Papua.

Pada masa-masa awal, dataran tinggi Papua dan rakyatnya kurang lebih dibiarkan hidup sendiri dengan cara mereka sendiri, seperti yang telah mereka lakukan selama ribuan tahun, sebelum kediktatoran militer Indonesia menjalankan referendum palsu pada 1969 untuk membenarkan perampasan pulau tsb.

Apa yang disebut sebagai "tindakan pilihan bebas" memperlihatkan hanya 1000 lebih sedikit rakyat Papua Barat (kurang dari 0,25% dari populasi Papua Barat) - diintimidasi dan dipaksa menandatangani penyerahan kemerdekaan mereka kepada pemerintah di Jakarta.

Tindakan pemaksaan pilihan

Tetapi apa yang diinginkan pemerintah Indonesia dari Papua Barat, sebuah provinsi yang pada pandangan pertama tampaknya sangat miskin,bahkan lebih miskin dari Bali.

Hanya ada beberapa universitas, dan perjalanan kesana adalah “negosiasi” antara jalan dan lubangnya.

Namun pulau ini adalah rumah bagi sumber daya alam berupa emas dan tembaga yang fantastis besarnya.

Perusahaan Amerika yang mengoperasikan tambang Grasberg, tambang mineral yang luas di dataran tinggi tengah, adalah pembayar pajak tunggal terbesar di Indonesia.

Di Grasberg saja sumber daya alam senilai lebih dari 100 miliar dollars masih tersisa untuk dikeruk dari bumi Papua. Bagian2 lain dari dataran tinggi Papua juga menyembunyikan sumber daya emas senilai miliaran dollars yang tak terhitung jumlahnya.

Maka, inilah alasan utama Indonesia memperketat cengkeramannya pada negara Melanesia: Para elit Jakarta memahami bahwa Papua Barat akan membiayai industrialisasi negara mereka.

Jadi sejauh mana elit-elit itu akan mempertahankan Papua Barat?

Nah, dalam setengah abad terakhir, sebanyak setengah juta orang Papua Barat menemui ajalnya di tangan pasukan Indonesia.

Dalam laporan Komisi Hak Asasi Manusia Asia, The Neglected Genocide, para korban yang selamat dari pembantaian pada tahun 1977 dan 1978 menggambarkan pengalamanan mereka bertemu dengan pasukan penyiksa dari Indonesia dan pelarian mereka dari ladang pembunuhan.

"Kekerasan bukan hanya hal rutin yang terjadi di Papua Barat, itu adalah gaya pemerintahan."

Bahkan hingga hari ini para aktivis dan warga Papua biasa masih sering "hilang".

Tahun lalu lebih dari 2.000 mahasiswa Papua Barat di Jawa pulang setelah pelecehan rasis di pulau utama Indonesia.

Sadar akan sejarah, hampir tidak mungkin untuk tetap optimis tentang kemerdekaan Papua Barat.

Namun warga papua terus berjuang. Mayoritas pemuda, dan semakin banyak warga Indonesia mendukung kemerdekaan Papua Barat.

Tahun lalu enam aktivis Indonesia dibawa ke sel karena membentangkan Bendera Bintang Kejora di Jakarta.

Surya Anta, juru bicara Front Rakyat Indonesia untuk Papua Barat, menghadapi dakwaan makar atas perannya dalam demonstrasi.

Ini merupakan sinyal penting bahwa warga Indonesia terpisah dari pemerintah Indonesia, dan belum tentu terlibat dalam kejahatan pemerintahan mereka.

Banyak yang siap dan mau mengambil risiko lebih dari yang bisa kita (warga negara bebas) bayangkan

Prinsip yang sama berlaku di Bali - orang Bali tidak bertanggung jawab atas tindakan elit di Jakarta, dan apalagi tindakan kediktatoran Indonesia abad ke-20.

Bagaimanapun juga, sebelum menginjakkan kaki di tanah Indonesia mana pun Anda harus melakukan kalkulus moral dan etika.

Apakah wisata saya di Indonesia merusak solidaritas untuk orang Papua Barat?

Apakah ini memberikan legitimasi internasional kepada pemerintahan (Indonesia) yang tidak pantas mendapatkannya?

Tidak ada jawaban yg pasti.

Tetapi ada dua kebenaran hakiki tidak bisa dibantah:

1. Papua Barat secara etnis adalah Melanesia, dan bagi kita sebagai Māori dan Polinesia, mereka adalah saudara dan saudari kita

2. Papua Barat secara geografis merupakan bagian dari Oceania, dan bagi kami sebagai warga Selandia Baru, mereka adalah tetangga kami yang membutuhkan pertolongan.

https://thespinoff.co.nz/atea/20-01-...our-attention/


Kemaren waktu misa pagi di gereja taktak, banyak mamak2 gembrot yg bicarain katanya dalang kerusuhan Papua itu pemerintah dan jenderal sidragon yg kasih senjata mesin ke anggota Ormas Okp buat tembak mati warga Papua emoticon-Ngakak
nomoreliesAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 2 lainnya memberi reputasi
3
815
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.6KThread40.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.