Delapan tahun yang lalu saya bekerja sebagai sopir. Kerjaan itu saya jalani kurang lebih selama dua tahun. Hidup saya setiap hari di jalanan. waktu itu pelanggan saya banyak, sehingga waktu saya habis untuk bekerja.

Hidup dijalanan dengan provesi sopir muatan, menurut saya banyak tantangannya. Mulai dari tantangan menghadapi sesama pengguna jalan, orang-orang yang suka berbuat rusuh,dll. Oleh karena itu dibutuhkan keahlian berkomunikasi, mental dan pengalaman. Agar tantangan yang dihadapinya bisa di selesaikan dengan baik melalui jalan positif.

Selama dua tahun banyak pengalaman yang saya temukan.baik itu yang bersifat negatif maupun positif. Dari situ saya belajar, dan dari situ pula saya memetik kemanfaatan yang ada.

Perjalanan saya menggeluti provesi saya, merupakan pengalaman yang menyedihkan. Karena saya setiap hari bekerja. Pelanggan say banyak. Hasil dari kerja saya pun cukup besar, tapi tidak ada hasil yang saya sisihkan untuk masa depan saya.

Saya masih ingat waktu itu,setiap hari saya bisa mengantongi uang Rp. 800.000. Uang itu sudah termasuk uang hasil kerja saya. Tapi naasnya saya waktu itu belum bisa memenej uang, belum tau apa itu masa depan, dan bagaimana saya mempersiapkannya. Saya bagaikan anak kecil yang tidak tau masalah dan urusan. Uang Rp.800.000 habis untuk berpoyah-poyah.

Seiring berjalannya waktu saya mulai berfikir, penyesalan mulai menghampiri saya.didalam hati, saya berkata "kalo begini terus hidup saya, maka saya akan menyesal di masa tua nanti".

Akhirnya saya mulai belajar mengatur uang, belajar mempertimbangkan antara kemanfaatan dan kemadorotan.belajar bagaimana saya mempersiapkan masa depan saya. Belajar memahami kesuksesan hidup yang haqiqi.

Berangkat dari situ, dikit demi sedikit perjalanan saya mulai teratur, keuangan saya pun mulai termenej dengan baik, tabunganqu mulai banyak.

Setelah saya sudah mengantongi jumlah uang yang cukup banyak, dan kebetulan usia saya pun masih mudah, saya pun sudah merasa cape'kemudian saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan yang telah lama saya tinggalkan. Meskipun saya harus kehilangan kerjaan dan penghasilan tetap saya. Namun keputusan bulat saya untuk melanjutkan pendidikan sudah tidak bisa digugat. Selain karena berangkat dari hati saya sendiri, juga didukung oleh kedua orang tua saya.

Tidak hanya kerjaan dan penghasilan yang saya tinggalkan, akan tetapi mobilpun saya jual juga. Sebenernya sih berat bagi saya, harus melepaskan mobil tercinta. Namun demi meraih cita-cita dan demi masa deman yang gemilang tak apalah, harus kehilangan pekerjaan, penghasilan dan mobil, Untuk sementara waktu.toh saya masih yaqin, suatu saat nanti saya akan mendapatkannya kembali dengan yang lebih baik dan lebih mewah.

Setelah delapan tahun lamanya, saya meninggalkan kerjaan, dan penghasilan tetap saya, kini keyaqinan saya pun telah saya buktikan. Nasib hidup saya sekarang lebih baik, penghasilan saya pun sudah mulai kelihatan lagi, cita-cita saya pun sudah tercapai. Visi misi kehidupan mulai terwujud dalam diri dan keluarga saya. Kebahagiaan dan kesuksesan hidup yang haqiqi telah saya dapatkan.


Waktu demi waktu, dikit demi sedikit perubahan telah wujud, kesusahan kini telah berganti kemudahan, kegelisaan telah tertutupi kenyamanan, habisnya waktu dijalanan terisi dengan keluarga dan teman-teman, provesi sopir yang dulu kini tergantikan oleh provesi mubaligh. Tentu hal ini saya temukan dengan proses yang panjang, perjalanan yang lama, kepayahan yang tak terhingga, dan dukungan dari keluarga juga.

Demikian goresan hati dimalam ini yang saya beri judul "Hijrah seorang sopir menjadi mubaligh". Terimakasih.......................................