Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

babygani86Avatar border
TS
babygani86
Kelebihan Micro Influencer ketimbang Selebriti
Apakah Anda pernah menggunakan jasa influencer di media sosial? Biasanya, lantaran ada ratusan bahkan ribuan nama influencer, pemilik merek dan pemasar akan menjadikan jumlah followers sebagai acuan ketika memilih influencer. Ada yang memiliki ratusan ribu hingga jutaan followers karena sosoknya influencer itu yang sudah terkenal. Setelah memilih-memilih, akhirnya Anda memutuskan beberapa nama influencer.

Singkat cerita, kampanye digulirkan dan influencer tersebut mengunggah pesan dari merek di akun media sosialnya. Namun, setelah kampanye selesai, tidak terlihat dampak signifikan yang diraih brand itu. Bahkan, followers akun merek itu tidak naik. Engagement dari influencer kecil, apalagi angka conversion dalam bentuk sales.



Apakah strategi tersebut salah? Ya, bisa jadi. Hasil dari menggunakan jasa influencer memang tidak bisa disamaratakan. Agar bisa efektif, Anda harus memahami tingkatan influencer terlebih dahulu. Sebagai catatan, tingkatan kategori influencer berbeda-beda.

Namun, Marketeeers membaginya menjadi beberapa tingkatan. Pertama, selebriti. Mereka adalah influencer yang memiliki jumlah followers di atas angka satu juta. Lalu, macro influencer yang memiliki jumlah followers berkisar 100.000 - 1 juta. Terakhir, micro influencer dengan jumlah followers di angka 1.000 – 100.000 followers.

Kategori terakhir disebut sebagai influencer yang mulai dibicarakan dan digunakan jasanya oleh beberapa brand. Alasannya karena menggunakan jasa para micro influencer jauh lebih efektif. Di era digital dengan tipe konsumen yang serba autentik, bukan berarti sebuah merek tidak bisa menggunakan influencer tipe selebriti atau macro.

Dua kategori ini bisa digunakan, namun dalam tujuan tertentu. Pasalnya, setiap penggunaan influencer harus sesuai dengan tema dan tujuan yang mau dicapai. Terlebih, saai ini konsumen sudah jauh lebih pintar. Mereka bisa menebak bahwa postingan influencer tersebut adalah berbayar atau bukan. Artinya, konsumen bisa tahu bahwa konten itu adalah pesanan alias tidak genuine.

Micro influencer bisa kita ibaratkan sebagai majalah hobi, dengan target pembaca yang niche. Rentang usia tidak terlalu jauh. Namun mewakili satu-dua tipe karakter yang secara garis besar mirip. Anda tentu ingat dengan istilah word mouth. Dengan jumlah followers yang sedikit tentunya anda mengikuti mereka di media sosial bukan karena level ketenarannya. Namun karena konten mereka bagus secara visual dan kemampuan mereka dalam menyajikan sebuah cerita.

Kebanyakan micro influencer juga memiliki selera yang bagus. Selain unggahan mereka yang Instagrammable, beberapa dari mereka juga sering menampilkan hal-hal yang tergolong artsy. Secara selera, mereka lebih bagus daripada influencer kelas selebritis.



Di kalangan remaja, sebanyak 70% lebih percaya pada sosok influencer dan content creator ketimbang selebriti. Bahkan 4 dari 10 remaja merasa, para influencer ini lebih mengerti mereka ketimbang teman-teman mereka sendiri. Dari sisi interaksi, para micro influencer sering berinteraksi dengan followersnya. Tidak jarang, berinteraksi dengan para micro influencer layaknya berinteraksi dengan teman. Bahkan, apabila Anda menyampaikan komentar dan memberikan pesan di inbox, besar kemungkinan mereka akan langsung membalasnya. Kebanyakan dari mereka juga memiliki keinginan besar untuk menjaga relasi dengan para followers.

Sebagai pemula, jasa micro influencer juga belum banyak digunakan oleh brand. Jadi besar kemungkinan mereka ini belum mempromosikan pesan dari brand kompetitor Anda. Berbeda dengan influencer selebriti dan macro yang sudah banyak digunakan oleh brand, Bahkan dua segmen influencer ini terkadang bisa mempromosikan produk yang sama dari brand yang berbeda. Otomaiis nilai authentic-nya jadi hilang.

Alasan lainnya mengapa micro influencer banyak digunakan adalah kebanyakan dari mereka membawa spesialisasi topik yang berbeda-beda. Terkadang tergolong niche, seperti parenting, make up, desain interior, fotografi, keuangan, olah raga, dan beberapa hal lainnya.

Meski sedikit, hampir semua followers mereka memiliki ketertarikan yang sama, Ini yang membuat konten mereka relevan dengan brand dan followersnya. Keunggulan terbesar micro influencer adalah tingkat Engagement rate yang besar. Engagement rate pada jumlah likes di influencer dengan jumlah followers antara 1.000-10.000 mencapai 4,04%. Sementara komentar mencapai 0,27%.

Untuk followers pada angka 10.000-100.000, engagement rate pada jumlah likes mencapai mencapai 2,37%. Sedangkan komentar hanya 0.17&. Semakin besar jumlah followersnya, maka tingkat engagement ratenya akan semakin kecil, Di antara mereka. Ada yang tingkat engagementnya sampai 10%-20%.

Tidak sedikit pula brand yang beranggapan bahwa penggunaan jasa micro influencer jauh lebih efisien dari sisi biaya, Memang, murah dan mahal itu relatif. Tergantung pada besaran kampanye, tujuan, serta indikator pengukuran yang digunakan. Menariknya, menggunakan jasa micro injluencer tidak melulu harus dibayar dengan uang, Mereka bisa dibayar dengan separuh harga. Lalu sisanya diberikan free product atau undangan khusus ke private event.

Setelah memahami kelebihannya, langkah apa yang harus dilakukan brand ketika menggunakan layanan micro injfueneer? Yang paling utama adalah memahami karakteristik brand Anda. Setelah itu, Anda juga harus paham bahwa Anda akan menggunakan jasa micro influencer untuk kebutuhan apa. Misal awareness, conversation, conversion to sales atau beragam tujuan lainnya.

Anda juga harus memperhitungkan indicator pengukuran serta apa jenis postingan yang diharapkan dari influencer tersebut. Contoh, Anda berencana meningkatkan brand awareness. Indikator peningkatannya bisa dengan frekuensi postingan, jumlah mention, jumlah reach, dan jumlah impresi. Kalau berencana menaikkan brand advocacy, maka Anda bisa mengukurnya dari tone sentiment post dan komentar, jumlah mentions, dan jumlah engagement.

Apabila sudah yakin dengan tujuan yang ingin dicapai, barulah kita memilih micro influencer. Sesuaikan karakter micro influencer dengan karakter brand. Katakan brand A menyasar kalangan keluarga. Maka dia bisa memilih micro influencer yang banyak membuat konten terkait keluarga. Bisa pula dengan konten tentang mendidlk anak, kesehatan keluarga, atau pengalaman liburan bersama keluarga.

Adidas misalnya, sebagai brand apparel olah raga dan lifestyle, ingin brand dan kampanye mereka dilihat lebih dari sekadar produk saja. Tapi sesuatu yang relevan dan dapat mengubah hidup konsumen. Adidas berkolaborasi dengan beberapa influencer yang dilihat sesuai dengan brand dan pesan yang ingin disampaikan. Memanusiakan produk atau jasa dengan gaya dan kepribadian mereka.

Untuk brand tertentu bisa menyesuaikannya sesuai kampanye. Katakan brand dari platform menjual banyak produk. Kontennya bisa spesifik pada satu kategori yang ingin diangkut, misalnya produk kecantikan atau fesyen busana muslim. Hal ini yang diterapkan oleh Tokopedia. Selain memiliki payung brand campaign utama, Tokopedia sering berkolaborasi dengan para micro influencer untuk mengangkat satu kategori tertentu.



Setiap campaign implementasinya berbeda. Micro influencer digunakan di kategori yang spesifik seperti sport dan beauty. Memang, ada influencer di kategori tersebut yang followersnya lebih banyak dari micro influencer. Tapi ada beberapa kategori spesifik yang hanya bisa dikerjakan oleh micro influencer. Kampanye menggunakan micro influencer juga diterapkan Tokopedia ketika mereka ingin berekspansi di kota-kota lain.

Pemilihan micro influencer tergolong memakan waktu bila Anda memiliki preferensi yang detail. Mulai dari background check, memerhatikan tingkat engagement pada postingan sebelum-sebelumnya, hingga pernahkah mereka bekerja sama dengan brand competitor.

Tidak hanya sesuai, tetapi juga willing dan suka dengan produknya. Tokopedia tidak ingin mereka asal pakai dan memposting saja tapi dipakai di keseharian mereka. Hal yang tidak kalah penting adalah memberikan arahan yang jelas pada micro influencer. Arahan ini bisa berupa tone warna, pose, caption, hashtag, hingga kapan waktu yang tepat untuk mengunggah konten. Jangan lupa untuk presentasikan brand, produk, serta manfaatnya bagi masyarakat, Hal ini ditujukan agar tidak terjadi salah paham antara brand dan micro influencer.

Namun, satu hal yang wajib hukumnya bila menggunakan jasa micro influencer adalah biarkan mereka berkreasi dengan cara mereka. Hal ini penting, sebab mereka yang paling tahu siapa-siapa saja followersnya. Ketika mereka berkreasi dengan cara
mereka sendiri, maka hasilnya postingan tersebut nantinya bisa terlihat genuine dan muncul sesuai brand personality mereka.

Para influencer juga bisa diikat dalam sebuah kontrak yang eksklusif. Artinya, influencer tersebut akan membantu brand untuk waktu tertentu. Tokopedia misalnya, menggabungkan puluhan selebriti, micro, dan macro influencer secara eksklusif untuk mempromosikan beragam lini bisnis Tokopedia. Sedangkan Puma menggabungkan peran ambassador dan influencer dengan program Puma & Friends.

Kampanye baik tidak bisa hanya memakai satu influencer saja. Jarang sekali yang bisa bekerja sendirian, Komunikasi yang terintegrasi akan lebih efektif. Semakin jelas tujuan dan segmen yang dituju maka akan semakin mudah untuk mengukur tingkat efektivitasnya. Aspek awareness, trafik, hingga penjualan bisa diukur secara real time. Mengukur penjualan misalnya, bisa dilakukan melalui filur direct link ke halaman penjualan. lnstagram sudah meluncurkan fitur ini.

Sehingga, setiap unggahan bisa kita ukur. Berapa banyak yang berubah menjadi angka penjualan. Bisa pula memanfaatkan titur swipe up pada Stories lnstagram untuk mengetahui engagement dari postingan micro influencer. Biasanya brand menyediakan kude voucer penjualan khusus ke micro Influrnrer untuk dibagikan ke followersnya.

Namun, hasil angka penjualan tidak serta merta bisa direfleksikan dari penggunaan influencer semata. Soal penjualan, masih sangat banyak elemen lain yang mempengaruhi. Seperti produk itu sendiri, pricing, ketersediaan barang, dan lainnva.



Bila membandingkan tingkat efisiensi dalam hal biaya penggunaan micro influencer dengan kategori influencer lainnya tentunya akan berbeda-beda. Memang secara kasar, satu selebriti influencer bisa sebanding dengan puluhan bahkan ratusan micro influencer. Namun, ongkosnya bisa menjadi sangat mahal bila hasilnya tidak sesuai dengan tujuan. Karenanya, sejak awal sudah harus ditetapkan apa tujuan yang ingin dicapai merek.

Apakah awaraness secara luas dan apakah justru lebih spesifik? Influencer dengan follower jutaan atau puluhan juta tentu akan lebih masif dalam meraih reach. Tapi seberapa besar angka yang besar tersebut mewakili target yang dimaksud? Misal, jika khusus mengincar target Market yang memang aktif hobi olahraga lari, peran micro Influencer tentu akan sangat besar dampaknya. Tapi jika baru ingin mengampanyekan olahraga lari, mengajak orang-orang untuk mencoba olahraga lari, tentu influencer dengan follower banyak juga akan efektif,

Yang terpenting, jangan sampai pemilik merek dan pemasar menggunakan jasa micro influencer sekadar ikut-ikutan. Investasinya mungkin terbilang kecil. Tapi reputasi brand yang menjadi taruhannya, Makanya, sedari awal, kita harus paham DNA dan strategi utama yang ingin digunakan. Dan yang utama, perlakukanlah para influencer sebagai mitra. Jangan dikotak-kotakkan dan jangan terlalu mengatur mereka.



Spoiler for Referensi:



0
1.1K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Ilmu Marketing & Research
Ilmu Marketing & ResearchKASKUS Official
6.2KThread2KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.