Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

feliiaAvatar border
TS
feliia
[3 Pentigraf] Takdir yang tak Diinginkan
Halloo Agan dan Sista
Ini adalah kali pertamanya ane post Cerpen Tiga Paragraf atau biasa disebut Pentigraf. Jadi yang dibawah ini adalah Pentigraf pertama yang ane buat ya gan sist, alias masih belajar. Jadi mohon dimaklumkan kalo hasilnya belum sebagus Kaskuser lain. Semoga terhibur yaa, cekidot...



Part 1
Aku pamit



Aku terkejut setiba di pintu masuk terlihat orang orang lari berhamburan, ada yang membawa ember berisi air, tak sedikit pula orang tua yang menggandeng anaknya membawa keluar dari Apartment ini, mereka serempak menggunakan masker. Terdapat kepulan asap dari atap tempat kami tinggal, yang sepertinya sudah habis setengah gedung dilahap si jago merah. Aku teringat anak dan istriku dilantai 9, lalu segera kususul mereka. Riuh percakapan orang orang membicarakan peristiwa ini kudengar saat didalam lift bersama mereka, katanya ditemukan korban yang tak tertolong dari salah satu kamar di lantai paling atas.

Pintu lift terbuka lebar, aku berlari menuju kamarku, saat aku memasuki ruangan, istri dan anaku segera memeluku erat, alangkah leganya kudapati mereka baik - baik saja. Kuhimbau istriku untuk membawa sikecil, sedangkan aku membawa beberapa barang penting. Sesampainya dibawah, kulihat wajah istri dan anaku mendadak pucat. Aneh, mengapa bisa berbarengan, mungkin karna lelah dan panik pikirku. Keadaanpun menjadi lebih genting, terlebih saat petugas pemadam menggotong beberapa korban yang tak tertolong. Teriakan histeris dari orang orang menangisi kerabatnya yang gugur. Istri dan anaku tiba tiba berjalan menuju kerumunan orang orang, ku panggil panggil dia, tapi ia mengabaikan panggilanku. Mereka semakin berjalan cepat hingga aku tak dapat melihat langkah kakinya lagi, aku terus mengejarnya

"Pak Toha!" Seseorang memanggilku. Rupanya Bu Ningsih, teman istriku, pemilik kamar di lantai paling atas, syukurlah ia selamat. "Dari mana saja pak? Mari ikut saya, bapak harus tahu apa yang sudah terjadi," ucapnya dengan mata yang sedikit sembab. Dengan perasaan yang bingung aku berjalan mengikuti Bu Ningsih, walau harus menunda untuk mencari istri dan anaku. Ada apa sebenarnya, tiba tiba perasaanku mendadak cemas saat Bu Ningsih menunjuk kesalah satu korban yang telah gugur. "Maaf pak, aku tidak sempat menolong istri dan anak bapak. Siang tadi mereka datang ke kamar ku, saya tinggal keluar untuk membeli makanan, saat kembali semua sudah terjadi," tutur Bu Ningsih. Lututku lemas seketika, perasaanpun berkecamuk melihat jasad istriku yang sudah terbujur kaku sambil memeluk putriku semata wayang. Rupanya istriku punya cara tersendiri untuk memberi salam perpisahan.

Part 2
Namaku Luna



Senang rasanya bisa keluar dari tempat yang membosankan itu, setelah satu bulan aku harus berbaring di ruang rawat inap. Bersama ibuku kini aku pulang ke rumah. Meski begitu, setelah ini aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Aku tidak ingat persis apa aktifitasku sebelum kecelakaan mobil sebulan lalu yang menimpaku. Dokter bilang aku menderita amnesia yang menyebabkan separuh ingatanku hilang. "Ibu sangat bersyukur wajahmu masih cantik, nak" ucap ibu padaku saat kami tengah makan bersama siang itu. Mengapa kalimat seperti itu yang ia lontarkan, bukan kata kata lain yang lebih sesuai dengan keadaanku sekarang.

Selesai makan siang, ku jelajahi setiap sudut ruangan di rumah ini, termasuk kamarku, semua tidak begitu asing. Akan tetapi langkahku terhenti saat tak sengaja melihat wajah gadis cantik yang berada di cermin, rupanya seperti ini wajahku. Benar kata ibu, aku memang cantik, tapi aneh, mengapa aku merasa asing dengan wajahku sendiri. Ahh mungkin karena keadaanku saat ini, akupun beranjak ketempat lain menuju lorong. Ku amati setiap photo yang terpajang di dinding lorong ini, banyak sekali photo - photo ku bersama ibu, namun tak ku temukan wajahku terpampang dalam satu frame bersama ayah. Langkahku terus berlanjut, kini memasuki ruangan yang penuh dengan barang barang tak terpakai.

Entah apa yang membawaku kemari, hingga kutemui kardus yang berisi beberapa album. Kubuka selembar demi selembar, kudapati photo lelaki paruh baya dan seorang pemuda tanggung yang sepertinya anak dari lelaki dewasa itu. Terdapat pula pemuda itu bersama ibu dalam satu frame, juga dengan lelaki paruh baya itu. Siapa mereka? Lelaki paruh baya itu sepertinya Ayah, lalu siapa pemuda tanggung itu. Apa dia saudaraku? Tapi ibu bilang aku adalah anak tunggal. Mungkin akan lebih jelas jika kutanyakan langsung pada ibu. Ketemui ibu dikamarnya, dan kutanyakan langsung siapa dua pemuda dalam album ini bersama ibu. "Luna, apa kamu juga tidak ingat siapa mereka, dia adalah ayahmu, lalu pemuda tanggung itu adalah dirimu, 5 tahun lalu sebelum kamu ibu operasi," ucapnya.


Part 3
Sahabatku



Sepulang dari Yojga, kini aku kembali bersekolah. Senang rasanya sebentar lagi akan bertemu dengan Egi dan Jono sahabatku. Tak sabar ingin bersenda gurau bersama mereka yang konyol, apalah jadinya jika aku tanpa kedua sahabatku disekolah ini, mengingat pribadiku yang tak sepandai Egi dan Jono untuk bergaul.

Sampailah aku didepan gerbang sekolah, rupanya kedua sahabatku sudah menunggu kedatanganku. Tanpa basa basi mereka segera memeluku erat, terlihat rona bahagia di wajah keduanya saat itu. Tak seperti biasanya, kali ini mereka sedikit lebih dewasa, mungkin karna sudah lama kita tak jumpa. Kamipun langsung bercengkrama saling bertukar cerita. Akan tetapi aku kembali bingung, sepanjang kami berjalan menuju kelas orang orang memandangku dengan wajah penuh keheranan. "Raka! Seminggu di Yogja kenapa kamu jadi nggak waras?" Ucap seorang teman sambil berlalu saat kami tiba didepan kelas, tak lama kemudian bel berbunyi.

Bel kembali berdering, menandakan jam istirahat telah tiba. Aku segera keluar menghampiri Egi dan Jono di kelasnya yang tak jauh dari kelasku. Namun tak kutemui keduanya, lalu kutanya pada teman - teman, anehnya mereka semua hanya menggelengkan kepala dengan ekspresi wajah yang datar. Apa yang salah, bantinku. Tiba - tiba seorang teman datang menghampiri dan memberikan selembar koran, dimana tertulis nama Egi dan Jono sebagai korban tabrak lari seminggu yang lalu, kini keduanya masih kritis di Rumah Sakit


Quote:



tata604Avatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
2.2K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.