Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ginanisa7Avatar border
TS
ginanisa7
Hilangnya Rajutan Koneksi [Part 2]

Serangan hacker jahat meluluhlantakkan jaringan internet di dunia. Penyusupan ke situs tertentu dengan salah satu langkah yang tidak dilakukan, membuat kesalahan fatal bagi dunia jaringan. Pengiriman kode oleh hacker pada situs yang ditujunya tidak dirangsang dengan baik oleh situs yang menjadi incarannya. Menjadikan satu virus mematikan dunia, menghentikan berbagai aliran koneksi yang sedang berjalan, merampas kenikmatan dunia maya yang sedang dirasakan dan dilakukan orang-orang, merambat ke setiap rusuk koneksi di semua belahan dunia, dan merusak tata koneksi dalam ruang dimensi.

Seketika, interaksi dengan dunia koneksi terhenti. Membuat orang-orang terpaku bagai patung museum. Saling memutar otak, mencoba menghela nafas. Mencoba sadar dalam kemustahilan ini. Mencari pemahaman paling logis untuk perang argumen yang akan terjadi di antara para tokoh dan ilmuwan dunia. Berusaha untuk mencari solusi terbaik. Tetapi, kekacauan mulai terjadi.

Kota metropolitan yang hidup oleh teknologi yang berkuasa, seketika menjadi kota damai dengan kehidupan normal. Kerasnya persaingan melalui internet, berubah menjadi persaingan sehat.
Aku menyusuri jalanan kota. Warung internet yang biasa ada dan ramai dikunjungi para pemain game online, sudah lenyap. Anak-anak kembali bermain permainan tradisional dan melegenda yang sebenarnya sangat langka untuk dimainkan lagi. Aku terdiam sesaat melihat permainan masa kanak-kanakku bersama teman-teman kecilku yang tidak bisa terulang kembali.

Aku pun melihat orang-orang yang masih sibuk mengotak-ngatik telepon selular yang tidak bernyawa lagi. Berusaha menemukan sinyal untuk membuka aplikasi rutinitas mereka. Yang tidak bisa dilakukan lagi hanya menggunakan usapan jari.

Mayoritas orang tidak dapat menerima kenyataan, di mana penyedia kemudahan mereka sudah tidak ada lagi. Negeriku, Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan intensitas penduduk pengguna internet terbanyak di dunia, tentunya merasakan efek dari itu. Hilangnya internet, hilang pula komunikasi antarnegara, yang otomatis putusnya hubungan kerja sama antarnegara, dan perekonomian menurun, karena kegiatan ekspor dan impor sulit dilakukan.

Hilangnya internet memang membawa bencana besar. Bagaimana tidak? Internet saat ini menjadi alat pengendali dunia. Dapat dikatakan begitu, karena dari hal kecil sampai urusan besar negara pun difasilitasi oleh internet.

“Bagaimana ini? Sistem kerja organisasi di pusat negara mulai terhambat kerjanya. Boleh jadi, pemerintahan negara kita juga hancur seperti yang sudah terjadi di negara berkembang lainnya.” Ucap salah satu mahasiswa universitasku agak panik setelah membaca tulisan padat pada kertas buram mingguan kepada salah seorang temannya.

Aku tertegun mendengar itu. Kekacauan memang terjadi di mana-mana. Masalah negara tentunya akan berdampak pada masyarakat juga. Aku berniat untuk mengirimkan aspirasiku kepada salah satu lembaga pemerintah. Tetapi, tidak mungkin langsung mengantarkan pendapatku ke gedung pemerintahan yang sedang kacau balau itu. Jika ada internet, hal seperti itu tentu sangat mudah dilakukan. Kembali kuurungkan niatku itu.

“Awal bulan, biasanya Aku dapat kiriman uang dari ayahku. Tapi, bulan ini sudah seminggu lebih belum juga dikirimi uang saku.”
“Seingatku, ayahmu itu PNS kan?”
“Iya, gara-gara hilangnya internet, pendapatan keluargaku terhambat. Apalagi, ibuku juga seorang pembisnis online.”
Percakapan itu Aku dengar dari anak satu kosku di sebelah meja baca perpustakaan kampus ini.

Seketika, Aku termenung mengingat masalah tentang hilangnya internet untuk ke sekian kalinya. Pantas saja pemerataan pendapatan menurun, karena sistem administrasi negara mengalami kesulitan. Laporan negara, keuangan negara, dan segala hal kenegaraan mayoritas dilakukan melalui online dari instansi pemerintah daerah ke pusat, dan sebaliknya. Jika tidak difasilitasi internet, otomatis akan dilakukan secara manual dengan langsung mendatangi tempat tujuan, dan itu membutuhkan waktu yang lama.

“Ehh Rin, bagaimana ya? Ibuku sedang sakit dan Aku sedang tidak memiliki cukup uang untuk mengantarnya ke rumah sakit.”
“Pakai saja kartu jaminan kesehatan yang disediakan pemerintah.”
“Aku sudah coba. Tapi, aksesnya belum dapat digunakan karena pihak rumah sakit dengan kantor jaminan kesehatan masih menunggu konfirmasi dari pemerintah.”

Aku terpaku sejenak mendengar obrolan adik kelasku yang baru saja melewati rak buku di dekatku. Kututup buku yang sedang Aku baca untuk beralih mengotak-ngatik koran yang tergeletak begitu saja di kursi kosong di sampingku. Seperti yang kuduga, fasilitas pelayanan publik mulai kurang diperhatikan. Karena kegiatan pemerintah mulai sulit dikendalikan.
“Kelaparan di beberapa daerah mulai merajalela, karena sulitnya distribusi beras yang semakin langka.” Jelas pembawa acara berita di televisi ruang tunggu perpustakaan.

Aku langsung teringat pada kegiatan impor beras yang biasa dilakukan negara ini. Putusnya komunikasi antarnegara, antarpenyuplai, tentunya menghentikan perdagangan internasional termasuk impor beras ini. Meskipun sebenarnya Indonesia sebagai penghasil beras terbesar, tetapi karena kurangnya kualitas sumber daya manusia dalam mengelola hal ini, menjadikan negara ini harus mengimpor beras dari negara lain. Aku kembali menggelengkan kepala untuk kebingungan berkepanjangan ini.

Semua orang sibuk mencari cara mengembalikan internet, sumber kebutuhan dunia informasi. Jangan berpikir Aku tidak peduli pada masalah bersama ini. Aku pun merasa sangat dirugikan. Aku memiliki bisnis online yang menjadi penambah pundi-pundi uangku, bisnis yang sudah Aku rakit dari nol hingga sekarang. Aku pun memiliki channel WeTube yang sudah membesarkan karyaku, karya Meira dan Alvin yang selalu dirancang agar menjadi video yang berkualitas. Yang juga menjadi sumber uang bagi kami. Tetapi, mau bagaimana lagi? Mengeluh tanpa bergerak tidak akan menghasilkan apa pun. Aku sudah berpikir untuk melakukan semua rutinitasku seperti dahulu, sebelum internet berkuasa.

“Kita tidak bisa lagi menggunakan aplikasi pencarian seperti dulu, terpaksa kita harus mencari buku untuk mengetahui segala hal.” Seperti itulah kata-kata yang sering Aku dengar saat berada di perpustakaan. Aku tidak begitu merasa frustasi, karena ada kebaikan dari hilangnya internet.
Ya, salah satunya semua orang beralih dari aplikasi pencarian ke buku. Yang Aku harap dapat meningkatkan literasi membaca banyak orang. Meskipun, tidak praktis dapat dilakukan banyak orang. Orang-orang pemilik media sosial tentunya sangat frustasi, apalagi yang menghasilkan uang dari itu.

“Bagaimana nasib pengikutku di media sosial?” Pertanyaan itu yang sering Aku dengar. Tetapi, selalu ada hikmah di balik itu. Di mana orang tidak lagi sibuk dengan dunia mayanya, mayoritas dari mereka kembali memperhatikan keadaan sekitar dan orang di sekitar mereka. Aku selalu melihat di setiap perkumpulan, orang sudah jarang mengobrol karena perhatiannya teralihkan oleh sebuah benda pintar yang selalu dibawa banyak orang.

Ketika Aku melewati sebuah toko atau tempat makan, orang-orang kembali menggunakan jual beli langsung yang berakibat toko-toko menjadi penuh dikunjungi pembeli, dan interaksi kembali terjadi antara sesama. Orang-orang yang beribadah semakin bertambah banyak dan semakin sadar bahwa ada Tuhan, Sang Pencipta semesta.
Berita atau isu-isu tidak benar mulai sempit geraknya. Bahkan, sama sekali tidak ada, karena jangkauan yang kecil dan terbatas. Orang yang sering menjatuhkan tidak lagi bebas menyebar isu fitnah. Anak bangsa lebih banyak belajar daripada bermain. Kendaraan umum mulai beroperasi seperti dulu tanpa takut kendaraan online menguasai pasar transportasi.

Itulah pemandangan yang setiap hari Aku temui di sepanjang jalan menuju universitas dan setiap kali beraktivitas di luar. Hilangnya internet, membuat kekacauan di dunia. Banyak kegagalan, kehancuran, keluhan, keresahan, dan kesulitan melakukan segala sesuatu. Banyak hal buruk yang terjadi, tetapi pastinya ada banyak hal baik yang juga terjadi. Kemungkinan terburuk yang dapat terjadi yakni, kita akan kembali ke masa purba, masa di mana manusia hidup manual tanpa teknologi canggih apa pun.
***

“Ya begitulah pemikiranku, bagaimana dengan kalian?” Tambahku selesai mempresentasikan khayalanku pada Meira dan Alvin. Belum ada jawaban langsung. Mereka hanya melongo dengan pemikiranku itu, dan Alvin mulai menjawab setelah menelan ludah.
“Ya, itu tidak mungkin Gab. Kalau pun terjadi, apa sebabnya? Gara-gara apa coba? Selain serangan hacker jahat.” Tanya Alvin agak tegas.
“Aku sudah bilang Vin, tidak ada yang tidak mungkin.” Meira mulai berbicara.
“Bisa saja karena blokir internet oleh pemerintah, putusnya kabel jaringan bawah laut, atau mungkin badai matahari? Jawabku yakin.
“Hah badai matahari? Mana mungkin?” Jawab Alvin ketus, sedangkan Meira kembali terdiam dalam pemikirannya.
“Hmm, tapi betul juga apa kata Gabriel, Vin. Semua kemungkinan kan bisa terjadi, dan internet semakin cepat seiring dengan perkembangan teknologi.” Meira mulai berpendapat.
“Iya juga ya Ra.” Tambahku.
Aku melihat wajah Alvin dan sepertinya ia bersiap untuk menanyakan sesuatu.
“Kalau benar-benar itu terjadi, lalu bagaimana solusinya?” Pertanyaan Alvin itu membuat Aku terdiam sejenak memikirkan itu.
“Sebelum memikirkan solusi, lebih baik mencegah. Di zaman sekarang, internet semakin maju, meskipun di Indonesia masih dalam perkembangan. Semua orang di dunia pasti akan bergerak, jika itu terjadi” Jawab Meira menurut hasil pemikiran logikanya.
“Menurutku, solusinya yakni, dengan memiliki sesuatu yang bisa mengubah semuanya untuk menciptakan alat baru atau pun yang lainnya untuk kebutuhan masa depan kita semua, yaitu pendidikan.” Jawabanku mengakhiri percakapan kami bertiga. Aku mengalihkan pembicaraan pada pekerjaan kami membuat video.

Pendidikan, alat pembuka wawasan. Aku percaya pendidikan dapat membawa generasi muda ke jalur yang lebih baik. Karena dari pendidikan, awal mula karya-karya besar lahir. Bahkan, teknologi canggih saat ini tercipta dari hasil pendidikan para teknisi cerdas. Jika internet diciptakan oleh orang pintar karena pendidikan, artinya dari pendidikan juga generasi muda menjadi cerdas untuk dapat mengendalikan internet. Bukan internet lagi yang mengendalikan otak anak bangsa, juga seluruh orang di dunia.

Berkaryalah selama bisa berkarya. Ciptakan karya, karena karya akan hidup bahkan seribu tahun lagi. Tak peduli apakah itu berbentuk video, blog, atau buku. Gunakan pikiranmu untuk maju. Selalu ada cara berkarya. Di zaman canggih ini, banyak hal yang selalu dapat dilakukan. Jangan biarkan manusia dijajah teknologi. Gunakan teknologi dengan bijak, jangan sampai merusak moral bangsa. Begitulah hasil pemikiranku hari ini.

TAMAT
lina.whAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
592
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.