Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Health
  • Apakah radang usus buntu bisa diobati tanpa operasi? Simak penjelasan berikut

babygani86Avatar border
TS
babygani86
Apakah radang usus buntu bisa diobati tanpa operasi? Simak penjelasan berikut
Radang usus buntu atau juga disebut Apendiksitis akuta adalah suatu keadaan proses keradangan dari umbai cacing (usus buntu) yang biasanya disebabkan oleh karena pembuntuan dari lubang lumen usus buntu, misal adanya bentukan seperti kotoran feses (fecalith ), bahan/kuman penyebab infeksi, reaksi kelenjar getah bening atau adanya gangguan kekebalan tubuh (penyakit autoimmune). Kejadian radang usus buntu diperkirakan sekitar 10 per 10.000 penduduk setiap tahun.

Keluhan utama penderita apendisitis adalah nyeri perut, nyeri ini diawali didaerah perut bagian tengah dan setelah beberapa jam (1 - 12 jam) berpindah ke bagian perut kanan bawah. Nyeri biasanya menetap dan akan bertambah bila batuk atau gerakan yang menggunakan otot perut. Bergantung pada lokasi usus buntu, nyeri bisa terasa juga ke pinggang, dan daerah buah zakar. Keluhan lain yang menyertai biasanya nafsu makan menurun, mual, dan muntah. Panas badan sedikit meningkat, bila suhu badan tinggi, tanda sudah mengalami komplikasi yaitu usus buntu yang meradang akut tadi sudah mengalami perforasi (pecah).

Apakah radang usus buntu bisa diobati tanpa operasi? Simak penjelasan berikut

Untuk menegakkan diagnosis radang usus buntu adalah dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium sederhana, yaitu adanya keluhan nyeri perut di tengah yang kemudian pindah ke bagian perut kanan bawah, nafsu makan hilang, mual muntah, nyeri tekan di perut kanan bawah, peningkatan suhu badan dan pemeriksaan darah lengkap adanya peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis) dan hitung jenis sel darah putih bergeser ke kiri. Pemeriksaan urin lengkap untuk menyingkirkan penyakit lain misal batu dan infeksi saluran kencing.

Pada kasus yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan Ultrasonogafi (USG) atau kalau perlu CT scan perut. Masing-masing modalitas mempunyai sensitivitas dan spesifisitas sendiri-sendiri. USG hampir tersedia di semua rumah sakit, segera bisa dilakukan pemeriksaan dan alat USG bisa dibawa ke tempat tidur pasien (untuk pasien anak-anak lebih disenangi), pasien tidak terkena radiasi, juga dengan USG ini bisa untuk mencari sebab nyeri perut yang lain. CT scan lebih sensitive dan spesifik dibanding USG, angka sensitifitas 94 % dan spesifisitas 95 %, tampak gambaran penebalan dinding apendik, diameter > 6mm, teridentifikasi appendicolith. Perlu diperhatikan nyeri perut tidak selalu disebabkan oleh radang usus buntu, sehingga USG dan CT scan perut bisa untuk mendeteksi bila ada penyakit lain.

Komplikasi dari radang usus buntu adalah perforasi, yaitu usus buntu yang telah meradang tadi pecah sehingga terjadi radang seluruh rongga perut (peritonitis umum), dengan ditandai panas badan yang tinggi, nyeri seluruh dinding perut yang hebat. Komplikasi yang lain adalah terbentuknya benjolan apendik (peri apendikular infiltrat) ataupun terbentuknya abses bernanah (apendikular abses). Biasanya komplikasi ini timbul karena keterlambatan berobat.

Penanganan yang dianjurkan adalah operasi, karena bila terlambat akan terjadi komplikasi yang mempunyai risiko dan biaya yang lebih besar. Ada 2 macam prosedur operasi radang usus buntu, yaitu operasi terbuka (open appendectomy) dan laparoscopic appendectomy (operasi dengan sayatan kecil). Prosedur laparoskopi ini dikerjakan umumnya pada kasus radang usus buntu yang tanpa komplikasi. Keuntungan prosedur laparoskopi masa mondok di rumah sakit pendek, nyeri paska operasi minimal, kemungkinan infeksi luka operasi lebih kecil, dan dari sisi kosmetik lebih baik.

Apakah radang usus buntu bisa diobati tanpa operasi? Simak penjelasan berikut

Apakah radang usus buntu bisa diobati tanpa operasi? Penderita dengan radang usus buntu yang tanpa komplikasi, masuk rumah sakit untuk diberikan suntikan antibiotik 48- 72 jam, pasien dievalusi berkala setiap 6-12 jam. Bila dalam observasi kondisi pasien makin membaik, maka terapi dilanjutkan dengan minum antibiotika 7-10 hari, tapi bila dalam observasi menjelek, maka pasien akan dilakukan operasi.


Spoiler for Referensi:


0
1.9K
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
HealthKASKUS Official
24.7KThread10.1KAnggota
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.