Pic. From : Pixabay


[Prosa 1] Cakram Warna Cinta
Oleh : Rieka Kartieka


Sedalam kerlip alam. Sang Rawi menerjang pagi mengisi awang-awang. Melingkar langit, merekam cicit di luar sangkar.

Perlahan embun menerpa ujung daun dan jatuh di atas ubun-ubun. Mengembangkan kedua sayap dan membuka kebebasan yang bedegap. Bergerak menembus awan, berderak tertangkap selaput jala mata.

Dalam sekilas batas, cakram warna bekerja. Meredam warna semalam yang buram. Meyakinkan para pemilik durja, jika cinta adalah adiraja semua rasa.

Siapa yang percaya? Siapa yang sedang terpedaya?

"Sesaplah napas bumi atas. Maka kau akan dapatkan rongga diri terbuka selebar angkasa." Senyummu menggerakkan auraku.

Aku mengerjap dan tergagap. Mengentas keraguan semalam yang kukira pantas. Harum tubuhmu menelusup dalam degup. Memberi ketenangan ragawi selembut cahaya pagi sang Rawi.



Pic : From : Pixabay


"Buang dalam danau kenangan dan jangan kau tengok walau sebatas angan. Hatimu ... terlalu berharga hanya untuk satu cinta yang tak beraga." Engkau menatapku tanpa jeda.

Kulayangkan pandang. Mendapati kebenaran jika beraneka ragam warna berputar kencang. Menghempaskan asmara yang dewana terlempar oleh ambalang.

"Cukupkan cinta untuk mencinta bukan mendewakan. Cukupkan hatimu untuk rasa yang utuh bukan menggebu." Sejurus hati engkau utarakan padaku.

Dalam genggaman, secarik kertas engkau ulurkan. Menarik tanganku untuk lekas menuliskan ragam warna yang kini terekam.



Pic. From : Pixabay


"Putih bukanlah hampa. Putih adalah kumpulan warna yang berputar cepat dalam tangkapan mata. Cakram warna .... Dan di sana, tempat kautorehkan cinta." Engkau mengulum rasa baru.

Aku tergoda untuk tersenyum. Seakan sedang berayun di antara kebun ceri yang merenda subur di kedua pipi. Menangkap hangat mentari, bersinar menghujani bunga bersemi.

Seketika warna hatimu membius busur cahaya pada horizon. Meriuhkan angin menyusur cinta nyata dalam digdaya rasa. Menembus udara, bagai sebuah halazon memutihkan cakrawala.

"Warnamu bukanlah aneka warna yang sembarang bercampur. Tetapi serupa tujuh segmen warna spektrum pelangi. Berputar secara harmoni, berderum memutihkan hati." Aku melebur dalam katamu, melabur dalam rasamu.

Engkau bercahaya sedalam mentari yang menari. Sehingga membuatku percaya, cinta tak pernah mati walau detik 'kan terhenti.

Engkau membuatku tersadar dan ingin di sampingmu bersandar. Melihat cinta yang terus berputar dalam serangkaian warna yang selalu berpendar.



Pic. From : Pixabay

-------
Rieka Kartieka
Yogyakarta, 21 Desember 2018