• Beranda
  • ...
  • Sista
  • Louis Vuitton (LV), Simbol Kemewahan dan Lifestyle

babygani86Avatar border
TS
babygani86
Louis Vuitton (LV), Simbol Kemewahan dan Lifestyle
Bermula dari bisnis keluarga, Louis Vuitton (LV) bergerak perlahan namun pasti dengan menjual tas dan produk berbahan kulit ke klien klien superkaya hanya dalam lingkup kecil. Merek yang sangat erat hubungannya dengan kemewahan dan lifestyle ini selalu memangdang penting untuk mempertahankan tradisi. LV juga memproduksi sepatu dan produk produk lain, tetapi mereka terkenal dengan tas tangan, dompet, dan produk berbahan kulit.

Tradisi ini bermula dari tahun 1845, ketika sang pendiri yang bernama Louis Vuitton membuka toko pertamanya di Paris. Terinspirasi dari sebuah cetakan bunga di Jepang, tahun 1896 LV membuat desain pola lini klasik the monogram canvas dalam bentuk tas dan dompet. Pola ini terus menjadi ikon khas LV sampai sekarang. Mungkin itu sebabnya orang Jepang sangat menyukai produk-produk LV. Ada saat setiap anak sekolah perempuan di Negeri Sakura bermimpi ingin memiliki sebuah tas LV. Sampai sekarang, LV sudah membuka puluhan toko di Jepang.



LV yang terkenal dengan produk tasnya dengan cepat melesat di awal kariernya, sehingga bisa punya cukup modal untuk relokasi. LV pun pindah ke kota Asnieres pada tahun 1860. Lima belas tahun kemudian Louis Vuitton sekali lagi berekspansi dan membuka toko pertamanya di London pada 1885. Setelah itu di tahun 1888, desain pola khas kedua LV pun lahir. Lv membuat mode baru pola Damier, berupa motif kotak—kotak papan catur berwarna cokelat terang dan gelap, yang menciptakan kesan klasik namun mewah.

Sebagai merek trendsetter di pasar fashion, LV menerapkan strategi segmentasi campuran antara demografis dan psikografis, Strategi diferensiasi juga digunakan LV untuk memuaskan kebutuhan konsumen yang terus berubah di era sekarang Sebagai positioning-nya ke depan, LV menonjolkan inovasi namun tetap tak lupa dengan tradisi, sehingga mampu menjadi simbol fashion yang superior dan punya reputasi baik dari masa ke masa.

Sebagai merek yang bergerak di bidang fashion, tentu faktor desain adalah yang utama. Proses produksi yang dari dulu melibatkan buatan tangan (handmade) juga terus ditekankan pada setiap produknya. Lini eksklusif terbatas dan handmade ini turut mencerminkan kemewahan LV.

Di balik semua kemewahan itu, LV juga punya concern tinggi akan kualitas. Perusahaan berinvestasi untuk mesin-mesin yang digunakan sepanjang hari menguji ketahanan dan kualitas produk. Mesin-mesin ini menguji kekuatan produk terhadap berbagai faktor, seperti tarikan, benturan, suhu, dan lainnya. Kemewahan produk dibarengi juga dengan upaya untuk terus meningkatkan mutu produk.

LV bernaung di bawah perusahaan induknya LVMH (Moet Hennessy Louis Vuitton), sebuah perusahaan multinasional penyedia produk mewah seluruh dunia. Secara finansial LVMH dinilai kuat dan mampu menangani berbagai bisnis di bawahnya. LV memasarkan produk dan aksesorinya melalui outlet-outlet, rantai fashion, serta butik secara global. Mereka merasa perlu menempatkan outlet untuk mengontrol kualitas, mengendalikan pricing, sekaligus menangkal pemalsuan produknya.



Salah satu tantangan yang dihadapi LV setiap kali menawarkan lini produk baru adalah mereknya berpotensi melemah, dan juga memicu maraknya pemalsuan produk. Selain mengedukasi konsumen dan menempuh jalur hukum, perusahaan pun bekerja sama dengan berbagai pihak untuk selalu melindungi mereknya. LV bermitra dengan banyak pihak seperti tuan tanah, orang-orang berpengaruh, serta para tenant, untuk menghalau penyebaran produk—produk LV palsu.

Perusahaan LVMH yang mempertahankan label Louis Vuitton pernah tercatat di peringkat ke-17 daftar Best Global Brands di BusinessWeek/Interbrand. Sebagai merek fashion premium, LV sendiri menyandang “Most valuable brand in the luxury segment globally" selama enam tahun berturut—turut. Beberapa endorser merek turut menyumbang kesuksesan bagi LV, seperti Michael Phelps, Angelina Jolie, Bono, dan anak Will Smith, Jaden.

Pangsa pasar LV tentu saja adalah mereka yang sama sekali tidak sensitif terhadap harga. Nyatanya segmen ini justru mempunyai brand loyalty yang kuat dan banyak mencari produk-produk high-end berkualitas tinggi. Untuk memenangkan hati para pelanggan agar kembali membeli produknya, Louis Vuitton mengembangkan dan memperluas lini produk terutama yang berbahan kulit. Lebih penting lagi, mereka menyebarkan "simbol kemewahan" ini ke pasar—pasar yang belum tersentuh sebelumnya. LV secara agresif memperluas jaringan toko-tokonya ke Iokasi—lokasi eksklusif, seperti di daerah Perancis dan Amerika.

Selain daerah barat, LV juga berekspansi ke daerah-daerah yang jumlah pelanggan premiumnya sedang bertumbuh pesat, seperti China dan India. Strategi marketing dan branding-nya juga berkembang di negara-negara Asia, melalui kolaborasi secara kreatif dengan para artis, museum, dan organisasi kebudayaan lainnya.

Saat awal membuka toko di China pada 1992, banyak orang bertanya mengapa LV tiba-tiba merambah Asia. Padahal Asia, apalagi China, waktu itu belum terlalu memahami kemewahan. Tetapi, seakan punya kekuatan meramal masa depan, LV justru yakin orang-orang Asia akan menjadi konsumen yang potensial. Tak lama lagi China, India, dan menyusul negara-negara Asia lain, akan menjadi superpower selanjutnya.



LV terus berusaha mengembangkan pasar dan mengatasi semua halangan operasional sambil mengendalikan segala aspek bisnisnya. Pendekatan ini mampu membuat Louis Vuitton meraih posisi sebagai merek termewah dan tersukses di China. LV membuka toko di Beijing, Shanghai, dan Canton. Sebelumnya, LV sudah menyebar outlet di Shenyang, Nanjing, Beijing, dan Tianjin, bahkan sebelum akhir tahun 2007 lalu. Saat ini, tanah daratan China adalah segmen pelanggan kedua atau ketiga terbesar Louis Vuitton di seluruh dunia.

Menariknya, pertumbuhan penjualan Louis Vuitton yang sesungguhnya memang berasal dari pasar di negara— negara Asia. Banyak kaum kaya bermunculan dan tengah jatuh cinta pada konsumsi produk mewah yang menarik perhatian. Para sales di China pun gesit bergerak karena mereka sadar banyak orang kaya berduit dan sangat ingin untuk menunjukkannya. Toko Louis Vuitton pun banyak dibuka di India, Indonesia, serta Kota Hanoi di Vietnam. Kini saat banyak outlet ritel berguguran, LV masih beroperasi di 50 negara dan mempunyai lebih dari 460 toko di seluruh dunia.

Di era digital ini LV berkolaborasi dengan merek busana streetwear New York, Supreme, yang memiliki fans sangat loyal. Lewat kolaborasi tersebut LV mampu menjangkau audiens yang lebih luas, dan sangat membantu untuk bisa terhubung dengan pasar milenial yang menggandrungi merek premium. Sebagai salah satu merek fashion premium tertinggi di daftar Forbes 2018 Most Valuable Brands, value merek LV ditaksir mencapai sekitar US$33,6 miliar.


Spoiler for Referensi:


KnightDruidAvatar border
aldysadiAvatar border
Gimi96Avatar border
Gimi96 dan 17 lainnya memberi reputasi
16
8.3K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sista
SistaKASKUS Official
3.9KThread7.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.