Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Travellers
  • Untuk Pertama Kalinya Indonesia Menduduki Peringkat Teratas untuk Wisata Halal

babygani86Avatar border
TS
babygani86
Untuk Pertama Kalinya Indonesia Menduduki Peringkat Teratas untuk Wisata Halal
Indonesia terus mengejar ketertinggalannya dari Malaysia dalam mengembangkan wisata halal. Selama ini di lingkup ASEAN, Malaysia paling menikmati pasar wisata halal. Padahal, dari sisi jumlah penduduk dan destinasi wisata halal, jelas potensi Indonesia lebih besar daripada Negeri Jiran.

Untuk Pertama Kalinya Indonesia Menduduki Peringkat Teratas untuk Wisata Halal

Keberhasilan Indonesia dalam mengejar Malaysia terlihat dari laporan Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019. Untuk pertama kalinya Indonesia berhasil menduduki peringkat teratas GMTI 2019 bersama dengan Malaysia. Laporan ini mencakup 130 destinasi secara global, baik negara—negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) maupun negara-negara non—Organisasi Kerja Sama Islam (non-OKI). GMTI 2019 juga melaporkan Singapura terus mempertahankan posisinya sebagai destinasi wisata ramah Muslim teratas di kalangan negara-negara non-OKI, diikuti Thailand, Inggris, Jepang, dan Taiwan.

Laporan GMTI menganalisis kesehatan dan pertumbuhan berbagai destinasi wisata ramah Muslim berdasarkan empat kriteria strategis, yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Saat ini, GMTI menjadi studi terdepan yang menyediakan wawasan dan data untuk membantu negara-negara, pelaku industri, dan investor dalam melihat peluang perkembangan sector pariwisata ini, sekaligus menjadi tolok ukur perkembangan sebuah negara dalam melayani berbagai kebutuhan wisatawan Muslim.

Pasar wisata halal merupakan salah satu sektor pariwisata dengan tingkat pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Akan tetapi, terlepas dari potensinya yang besar, sektor ini relatif masih belum dikembangkan secara maksimal. Pada tahun 2026, kontribusi sektor pariwisata halal diperkirakan melonjak sebesar 35% menjadi US$ 300 miliar terhadap perekonomian global, meningkat dari USS 220 miliar di tahun 2020. Pada saat itu, wisatawan Muslim secara global diprediksi akan tumbuh menjadi 230 juta, yang mempresentasikan lebih dari 10% total wisatawan global secara keseluruhan.

Di lingkup GMTI, Indonesia merupakan satu—satunya negara paling agresif mengembangkan wisata halal dalam lima tahun terakhir. Selama periode tersebut, peringkat Indonesia terus membaik. Tahun 2015, Indonesia masih menduduki peringkat ke—6. Tahun 2016 ada di peringkat ke-4, tahun 2017 peringkat ke—3, dan tahun 2018 peringkat ke-2. Tahun ini Indonesia bersama Malaysia menduduki peringkat pertama dengan skor 78.

Selama ini Malaysia gencar mempromosikan wisata halal mereka ke pasar global. Indonesia memiliki potensi yang besar di wisata halal, namun perlu lebih gencar mempromosikannya di pasar internasional. Laporan GMTI menempatkan negara negara OKI lainya, seperti Turki, Arab Saudi, Maroko, Oman, dan Brunei Darussalam tetap populer di kalangan wisatawan Muslim. Destinasi-destinasi tersebut terus menikmati manfaat dari lingkungan ramah Muslim mereka yang inheren dengan memanfaatkan berbagai teknologi baru, guna membangun layanan yang secara strategis dapat menjangkau anak muda dan wisatawan Muslim milenial secara lebih baik.

Untuk Pertama Kalinya Indonesia Menduduki Peringkat Teratas untuk Wisata Halal

Di antara negara—negara non—OKI; Singapura, Thailand, Inggris, Jepang, dan Taiwan berhasil mempertahankan posisi mereka sebagai lima destinasi ramah Muslim teratas dan terus meningkatkan skor mereka dalam indeks. Korea Selatan dan Filipina untuk pertama kalinya juga berhasil memasuki peringkat 10 teratas di daftar negara non-OKI, menggantikan Jerman dan Australia. Spanyol pun masuk dalam daftar 10 besar negara non-OKI ramah Muslim, yang berkembang menjadi destinasi ramah wisatawan Muslim utama di Benua Eropa tahun ini.

Untuk menarik lebih banyak wisatawan Mus|im, destinasi non-OKI malah lebih aktif dibandingkan dengan beberapa destinasi negara OKI, dalam mengembangkan kapasitas dan kapabilitas untuk menarik wisatawan Muslim. Sebagai contoh Spanyol, Korea Selatan, dan Filipina telah mengembangkan sumber daya dan panduan wisata yang dapat memenuhi preferensi wisatawan Muslim, dengan membuat daftar restoran-restoran halal terbaik dan fasilitas fasilitas beribadah terdekat.

CrescentRating menetapkan lima tujuan pengembangan wisata halal. Pertama; integrasi, keberagaman, dan keyakinan yang memungkinkan umat Muslim aktif sebagai masyarakat dalam komunitas global sekaligus tetap memenuhi kewajiban spiritual mereka. Kedua, peninggalan sejarah, budaya, dan koneksi guna menghubungkan para wisatawan Muslim dengan sesame wisatawan Muslim, komunitas lokal, peninggalan budaya dan sejarah di destinasi-destinasi pilihan mereka.

Ketiga; edukasi, wawasan, dan kapabilitas untuk meningkatkan pemahaman di kalangan komunitas. Meningkatkan pengetahuan para akademisi dan pelaku industri untuk meningkatkan kapabilitas para pemangku kepentingan. Keempat; industri, inovasi, dan perdagangan untuk menciptakan peluang baru guna meningkatkan perdagangan melalui sektor pariwisata dan mendorong pertumbuhan di berbagai sektor. Kelima; kesejahteraan dan pariwisata berkelanjutan berkaitan dengan tanggung jawab para pemangku kepentingan di sektor pariwisata dan dampak sosialnya bagi para wisatawan, komunitas yang lebih luas, dan lingkungan.

Indonesia telah kerja keras untuk meraih prestasi nomor wahid GMTI. Lima tahun Indonesia menunggu ini. Ini berkat kerja sama semua pihak, Bank Indonesia, Kemenpar, dan Kemenko Kemaritiman. Daerah diminta tidak ragu-ragu dalam mengembangkan wisata halal karena pemerintah akan siap membantu. Dia memberi contoh Nusa Tenggara Barat yang telah memetik manfaat dari positioning sebagai destinasi wisata halal. Tahun 2015, jumlah turis asing ke Lombok tercatat 1,06 juta, lalu meningkat 1,4 juta di tahun 2017. Periode yang sama pengeluaran turis asing juga meningkat; tahun 2015 sekitar Rp15,7 triliun dan tahun 2016 menjadi Rp20,8 triliun.


Untuk Pertama Kalinya Indonesia Menduduki Peringkat Teratas untuk Wisata Halal
Peningkatan juga terjadi pada kunjungan wisatawan domestik. Tahun 2015 jumlahnya 1,1 juta wisatawan, kemudian tahun 2016 melonjak menjadi 1,7 juta wisatawan. Pengeluaran turis domestik juga melonjak signifikan; tahun 2015 sekitar Rp1 triliun dan tahun 2016 meningkat 50% menjadi Rp1,5 triliun. Target pasar wisata halal bukan hanya Muslim saja, yang penting mereka menikmati wisata halal, contohnya banyak wisatawan Korea yang datang ke Lombok.

Mastercard Indonesia dan CrescentRating memprediksi jumlah wisatawan Muslim akan terus bertumbuh. Tahun 2000 jumlahnya mencapai 25 juta pelancong, tahun 2010 meningkat jadi 98 juta pelancong, tahun 2018 menjadi 140 juta pelancong, tahun 2020 menjadi 160juta pelancong, dan tahun 2026 diperkirakan mencapai 230 pelancong.


Spoiler for Referensi:


0
501
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Travellers
TravellersKASKUS Official
23.2KThread12KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.