Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Health
  • Proses Reaksi Penolakan Tubuh pada Cangkok Ginjal

babygani86Avatar border
TS
babygani86
Proses Reaksi Penolakan Tubuh pada Cangkok Ginjal
Transplantasi adalah pilihan terapi terakhir yang dijalani pasien ketika mengalami kegagalan fungsi organ. Sudah banyak orang menjalani cangkok jantung, ginjal, hati, dan kornea. Dalam banyak kasus, organ yang dicangkokkan rusak karena adanya reaksi penolakan dari tubuh pasien.

Jalan keluarnya, pascaoperasi pencangkokan, pasien diminta mengonsumsi obat anti-penolakan tubuh (imunosupresan). Hal ini bertujuan agar tubuh penerima (resipien) tidak menganggap asing, tidak memusuhi, dan tidak menghabisi  benda  asing  yang dicangkokkan. Masalahnya, para dokter belum mengetahui model reaksi atau penolakan semacam itu. Akhirnya dalam banyak kasus, pasien harus mengonsumsi imunosupresan dalam waktu relatif lama.

Proses Reaksi Penolakan Tubuh pada Cangkok Ginjal

Kini ilmu kedokteran bergerak satu langkah untuk mengidentifikasi ekosistem penyebab penolakan dalam kasus transplantasi itu. Saat ini telah ditemukan struktur protein yang berkaitan dengan penolakan terhadap organ organ yang dicangkokkan. Digunakan sinar X crystallography untuk memvisualisasi struktur ikatan antibodi, yaitu human leukocyte antigen (HLA), di dalam organ donor yang sudah dicangkokkan ke tubuh pasien resipien ginjal. Cangkok ginjal dijadikan contoh karena 30-40% ginjal cangkok gagal berfungsi.

Human leukocyte antigen (HLA) berperan penting dalam menentukan kecocokan pada proses transplantasi organ antara pendonor dan resipien. HLA adalah protein pada permukaan sel darah putih yang menandai sifat sifat sel khusus dari seorang manusia. HLA juga tipe antigen yang menjadi ciri pada kekhasan sel darah putih manusia. Di dalam tubuh, HLA manusia berbeda antara satu dan lainnya. HLA yang sama hanya pada orang kembar. Transplantasi organ yang ideal adalah antar HLA punya kemiripan 100%. Akan tetapi, itu sulit ditemukan. Pada pasien transplantasi ginjal, perbedaan HLA 25-50% masih dapat dilakukan, tapi untuk transplantasi sumsum tulang beda hanya 25% tidak bisa.

Ternyata struktur ikatan antibodi pada HLA itulah yang merangsang respon peradangan yang mengindikasikan adanya penolakan. Penolakan terjadi jika sistem imun pasien menyerang organ asing. Penyerangan itu berdampak pada kerusakan organ yang dicangkokkan tadi. Pasien bisa mengalami penolakan akut yang bisa berlangsung selama setahun tetapi bisa pula penolakan kronis, berupa munculnya reaksi pada beberapa tahun.

Proses Reaksi Penolakan Tubuh pada Cangkok Ginjal

HLA yang dapat diikat antibodi adalah subkelas HLA-A*11:01. Ada dua protein dalam HLA jenis ini, yaitu asam aspartat dan arginin. Keduanya diikat antibodi dan menyebabkan reaksi penolakan. Protein dalam HLA yang tidak menolak antibodi sehingga tidak menyerang organ asing yang dicangkokkan, yaitu tipe IgG4. Untuk mencegah penolakan, maka harus dicari penghambat ikatan antibodi dengan protein HLA itu.

Angka cangkok ginjal diperkirakan terus meningkat. Ini jika dilihat dari penderita gagal ginjal kronis. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar 2018, angkanya 3,8 permil (0/00). Angka tersebut meningkat karena pada Riskesdas 2013 lalu, baru 2 permil. Dari jumlah itu, sebanyak 38,7% pasien melakukan terapi cuci darah. Sisanya menggunakan CAPD (Continous ambulatory peritoneal dialysis) dan cangkok ginjal. Pasien menghindari cangkok ginjal karena ongkosnya cukup mahal, bisa mencapai Rp 400 juta. Di RSCM ada sekitar 90 Casus cangkok ginjal per tahun.

Proses Reaksi Penolakan Tubuh pada Cangkok Ginjal

Seperti kuman, daya tahan tubuh atau antibodi langsung menolak hal tersebut, hal ini disebut imunitas. Ketika akan melakukan transplantasi organ, pihak dokter dan rumah sakit akan menyeleksi organ yang akan ditransplantasi. Seleksi tersebut, seperti melihat golongan darahnya sama atau tidak dan HLA donor serta pasien.

Setelah dilakukan pencangkokan, pasien juga harus meminum obat dalam jangka panjang, agar tidak terjadi reaksi penolakan. Namun obat tersebut tidak menimbulkan efek samping ktergantungan. Beberapa pasien cangkok ginjal yang diberi imunosupresan bisa bertahan hingga 20 tahun.


Quote:



Spoiler for Referensi:


0
1.1K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
HealthKASKUS Official
24.7KThread10.1KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.