djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
Jodoh Tak Terduga


Pernahkah engkau memendam cinta begitu lama? Bahkan, hingga lima tahun lamanya. Seperti 
diriku yang mencintaimu. Namun, tak jua tersampai. Jadi, bila kubaca kisah yang menurut orang is impossible. Maka, bagiku itu possible. Karena, aku juga menyembunyikan cintaku sampai saat ini. Sejak zaman putih abu-abu.

Kamu adalah inspirator yang membuat tarian jemariku pada keyboard menjadi hidup. Kamu adalah rindu yang selalu kuuntai dengan beragam puisi cinta. Meski aku tak tahu bagaimana denganmu. Bagaimana dengan hatimu.

 Lagi-lagi, selain kabar angin. Aku juga mengetahuimu dari sahabat, teman, orang sekitar dan media sosial tentangmu. Membuat runtuh semua pertahananku.

Ternyata aku memang masih mencintaimu. Karena, setiap mengetahui tentangmu, jantungku berdetak kencang. Hatiku berdebar diiringi rasa sakit, akibat rindu yang menumpuk. 

"Kamu mencintainya?"  Sebuah pesan Whatsapp masuk.

" 'nya' siapa?" balasku pada Lala. Sahabat yang amat mengenalku dan menjadi suporter tetap pada jalan hijrahku.

"Leo, anak IPA sebelah." Aku terdiam. Kupikir cintaku tersembunyi. Namun, nyatanya sahabatku ini begitu peka.

"Aku tahu, karena aku menyukainya juga. Aku tahu apa yang kamu rasakan." Hpku terjatuh begitu saja dari genggaman. Setelah, membaca pesan itu. Untung saja, saat ini aku tengah berada di atas kasur.

"Aku tidak tahu siapa yang akan berjodoh dengannya. Maka dari itu, aku akan berlomba mendapatkannya dengan cara melantunkan doa dan beharap di sepertiga malam. Setidaknya aku sudah berjuang yang terbaik." 

Aku terdiam. "Itu diperbolehkan, karena kita berjuang. Lagi pula cara kita benar. Kecuali kalau kita menembaknya sampai mati dan memaksanya menerima perasaan kita. emoticon-Big Grin emoticon-Big Grin"
 
Iya, aku tahu cara itu diperbolehkan. Namun, aku lebih memilih mundur dan berdoa semoga mereka berjodoh. Karena, keshalehan keduanya patut kuacungin jempol. Bahkan, dalam harapku aku ingin bisa bertemu Lala di surga.

"Jangan pernah mundur, menyerah dan putus asa. Allah tidak menyukai orang yang berputus asa dan berjuanglah. Jangan sampai kamu menyesal sebelum memperjuangkannya."

Bismillah. "Aku ikut berjuang, La." Semenjak hari itu, aku dan Lala terus hijrah hingga lupa. Namamu tak lagi disebut dalam untaian doa. Cinta itu pun turut menghilang dan terganti oleh rasa cinta pada Sang Maha Pencipta.

000

Akan tetapi, sore itu. Setelah tiga bulan lamanya kamu tiba dengan seluruh keluargamu untuk menyambung silaturahim. Sempat ada hati yang mengembang. Namun, akhirnya jatuh.

"Bagaimana Nia? Kamu mau menerima lamaran Andre?"

Andre, kakakmu yang hanya berjarak tiga tahun di atas kita. Memiliki wajah rupawan dan sudah hafidz. Dan alangkah hina diriku jika menolak laki-laki shalih seperti dirinya.

"Nia terima. Jika itu baik menurut Abi dan Umi untuk Nia."

"Alhamdulillah." Semua orang di sana bersyukur.

000

Di tengah perjamuan makan. Kamu bertanya padaku. Apakah Lala sudah ada yang mengkitbah atau belum. Dan ternyata, oh ternyata. Keluarga mereka ingin melangsukan pernikahan secara serentak dan membuat hatiku sedikit terluka.

'Astaghfirullah. Ampuni hamba yang sudah kufur akan nikmat. Ya Allah.'

"Keluarga Leo datang padamu 'kan? Selamat, ya." Sebuah pesan masuk ditengah perjamuan makan. Membuatku tersenyum ketir dan kutebak gadis itu pasti menangis. Apalagi rumah kami berhadapan.

"Kamu sudah bilang sama Lala?" tanyaku dengan senyum sok tegar. 

"Rencananya besok. Terus lusanya baru kami ke rumahnya."

"Kenapa nggak malam ini, kamu temui. Kebetulan dia mau mengantar bronis untuk teman mengerjakan tugasku malam ini? Takutnya keburu ada yang buat janji besok. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi, bukan?" 

Leo mengangguk setuju. Senyumnya mengembang dan dengan senangnya ia berterima kasih padaku.

"Galau, boleh. Tapi, pelanggan no 1, ya?"

Tak ada balasan. "Antar sekarang!"

Tak lama kemudian dia datang. Membawa kue pesananku dengan wajah sembab. Membuatku tertawa kecil. Sudah kuduga dia menangis.

"Leo, Lala datang!" teriakku sambil mencekal gadis itu.

Segera Leo dan kak Andre menghampiri kami.

"Selamat ya." Lala memaksa senyumnya.

"Untuk? Oh! kamu salah paham. Aku kesini mau mengantar kak Andre."

Lala mengerjapkan matannya, lucu. Gadis itu bahkan sempat terperangah dan menatapku bingung.

"Kamis orang tuamu sibuk nggak, La?" tanya Leo to the point.

"Ke  ... kenapa?"

"Aku, orang tua dan saudaraku akan datang berkunjung untuk menyambung silaturahim."

"Maksudnya?"

"Purpose, La. Dia mau melamarmu. Aduh, kumaha naon atuh." 

"Oh, nggak."

"Ya sudah, sampai ketemu Kamis. Assalamu'alaikum. Ayo, Kak." Mereka berdua kembali masuk ke dalam.

"Wa'alaikumussalam." Kami menjawab serentak.

"Kamu nggak papa, Nia?"

"Nggak apa-apa. Mungkin ini yang terbaik buat kita dari Allah. Lagi pula, betapa kufurnya kalau aku sampai mengeluh setelah dikasih yang lebih dari Leo."

Lala mematung. Dari ekspresinya ada sedih, bahagia dan marah.

"Sudah sana pulang. Dah, malam. Makasih, ya. Assalamu'alaikum."

"Uangnya?"

"Oh iya, lupa." Aku memberikan selembar uang dua puluh ribu.

"Wa'alaikumussalam." Ia pun berbalik arah menuju rumahnya kembali.


Argamakmur, 27 November 2019
Gimi96Avatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 23 lainnya memberi reputasi
22
7.4K
61
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.