Quote:
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir membenarkan temuan Badan Intelejen Negara (BIN) yang menyebutkan tujuh perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia terpapar paham radikalisme.
Nasir mengaku sudah menempuh upaya untuk mengatisipasi temuan BIN dengan cara mendata seluruh dosen dan mahasiswa yang disinyalir terpapar paham radikal. Mereka yang disebut radikal adalah dosen atau mahasiswa yang berpaham keras menuntut perubahan sistem pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Masalah terpapar radikalisme ini perlu kami sampaikan perguruan tinggi yang terpapar radikalisme ini semua rektor sudah saya minta untuk melakukan profiling semua dosen dan mahasiswa dari 2017 saya minta itu," kata Nasir saat di temui di Kantor Gubernur Jawa Timur, Surabaya, Kamis 22 November 2018.
Lihat juga:
Paparan BIN soal Masjid Radikal Dinilai Buat Kegaduhan Baru
Temuan BIN sebelumnya dipublikasikan untuk mengonfirmasi data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menyebut 39 persen mahasiswa dari tujuh perguruan tinggi negeri di Indonesia simpatik terhadap gerakan radikalisme.
Berdasar hasil pendataan Kemenritek Dikti, kata Nasir, ditemukan beberapa dosen dan sejumlah mahasiswa yang diduga terpapar paham radikal. Pihaknya pun langsung melakukan pembimbingan kepada orang-orang tersebut.
kemudian memberikan pilihan kepada mereka untuk mengakui dan menjalankan semangat NKRI, atau dicabut statusnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
"Kalau dia suruh milih apakah dia ingin ke NKRI atau keluar. Kalau keluar ya sudah keluar dari PNS. Kalau kembali ke NKRI kami tindak lanjuti lakukan pembinaan," kata dia.
Lihat juga:
BIN Bantah Suap Ormas Mahasiswa yang Kritisi Pemerintah
mengaku telah menemukan empat orang dosen yang diduga kuat terpapar paham radikal di beberapa universitas kota besar.
"Kami telah menemukan empat dosen yang ketahuan jelas. Di Semarang, Surabaya, Bandung dan Solo ada. Kami melakukan pembinaan dan menyuruh mereka untuk membuat suatu pernyataan tertulis, dia memilih keluar dari NKRI atau bertahan," kata dia.
Lihat juga:
BNPT: Kedokteran dan Eksakta di 7 PTN Terpapar Radikalisme
Nasir telah mengeluarkan Permenristekdikti Nomor 55 Tahun 2018, tentang Pembinaan Ideologi Bangsa Dalam Kegiatan Kemahasiswaan di Lingkungan Kampus.
"Permen 55 itu, saya siapkan supaya apa? Empat pilar kebangsaan harus kita wujudkan di negeri ini, NKRI, UUD, Pancasila Bhinneka Tunggal Ika. Permen 55 itu dalam rangka bagaimana mahasiswa menjadi harmonis baik dalam jampus maupun di luar kampus dalam kegiatan ekstranya," kata dia.
Lihat juga:
Menristek Terbitkan Permen Ideologi Kampus Tangkal Khilafah
Kongkretnya, kata dia, setiap kampus akan dibuatkan Unit Kegiatan Mahasiswa Pengawal Ideologi Bangsa, yang dianggotai mahasiswa dari beragam organisasi kampus yang sudah ada sebelumnya. Setiap organisasi mengirim satu orang perwakilan.
"Mereka di sana akan menerima pembelajaran dari dosen pembingnya untuk melakukan pengawalan terhadap ideologi bangsa tersebut," kata .
Lihat juga:
Menristek Bakal Lacak Medsos Mahasiswa demi Cegah Radikalisme
Sumber
CikNN
Radikalisme di universitas umumnya terjadi akibat ilmu2 agama yg tak bersanad, ga punya otoritas ilmu, tapi karena merasa pintar dalam ilmu non agama, diiming2i untuk instan faham agama setelah tercerahksn harus (tampil) shalih dan syariah .
Penyebab orang2 pintar di perguruan2 tinggi tsb cendrung terkena radikalisme agama? Karena kesombongan intelektual ingin menguasai /berkuasa dlm agama sebagaimana mereka menguasai ilmu2 eksakta teknis, sombong tak ingin mengikuti otoritas, madzhab atau ikut ulama2 yg ilmunya bersanad bersambung sd Nabi. Seperti seorang pasien awam yg jenius dg baca buku2 kedokteran dan menganggap remeh dokter2 yg tersertifikasi dan berizin.
![Empat Dosen Radikal Diberi Pilihan NKRI atau Dipecat dari PNS](https://s.kaskus.id/images/2019/11/24/10701992_201911240124530972.jpg)
Melawan aqidah teror dan kebencian Tritauhid dan Al wala wal bara, adalah ilmu aqidah bersanad dan bermadzhab, bersambung tak terputus sampai Nabi Muhammad SAW yg jg dipraktekan oleh 4 madzhab fiqih yaitu aqidah madzhab Asyariyyah maturidiyyah. aqidah ini dianut mayoritas muslimin nusantara di Indonesia, Msia, Brunai, Spore, Thailand dll jg sama2 bermadzhab fiqih syafiiyah. Bagi yg merasa awam dapat taqlid ikut ulama2 yg terbukti bersanad, sebagaimana dokter bedah pun taqlid sama dokter anestesi/ahli pembiusan.
Dalam konsep wahabi salafi ISIS dkk seolah2 seorang awam wajib tahu semua ilmu kedokteran baik bedah maupun anestesi. Tidak boleh ada taqlid, dicemoohnya dg ikut2an atau taqlid buta. Cara berpikir ini pun menjadi pintu orang2 yg merasa pintar ke arah radikalisme mengatasnamakan agama.
Orang awam terbaik
perlu dilihat juga
Radikal zaman sahabat Nabi, ibnu muljam yg hafal Quran