babygani86Avatar border
TS
babygani86
Mengurus Imunisasi Anak memang Gampang Gampang Susah
“dok, anak saya berusia 4 tahun. saat bayi, si kecil sudah mendapat imunisasi lengkap. Mulai dari imunisasi BCG, hepatitis, hingga cacar. Di usia sekarang, apakah buah hati saya itu perlu diimunisai lagi? Kalau iya, imunisasi apa lagi?”

Mengurus imunisasi anak memang gampang gampang susah. Gampang karena imunisasi sudah menjadi program pemerintah. Di sentra sentra kesehatan hingga posyandu bisa ditemui dengan mudah layanan satu ini. Hanya saja, banyak jenis imunisasi dan frekuensi yang mesti diberikan, kadang membuat ibu bingung saat ingin mengimunisasi anaknya. Apa yang ditanyakan di atas bisa jadi mewakili banyak ibu lain yang mengalami persoalan serupa.



Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh anak akan terlindung dari infeksi. Karena itu, imunisasi sangat dianjurkan diberikan pada bayi.

Sayangnya, banyak ibu beranggapan bahwa setelah berusia 1 tahun, anak sudah bebas dari ancaman penyakit sehingga tak perlu lagi diimunisasi. Padahal, ada beberapa jenis vaksin yang harus diulang saat si kecil berusia balita. Kalau tidak, bisa jadi antibodi dalam tubuh akan habis atau berkurang, sehingga kemungkinan anak terserang penyakit akan lebih besar. Imunisasi perlu diulang karena antibodi itu bisa menurun. Untuk meningkatkannya perlu imunisasi.

Lebih jelasnya, seorang anak biasanya mendapatkan suntikan pertama sebelum berumur 2 bulan dan kemudian mendapat 4 atau lebih suntikan berikutnya sebelum berusia 2 tahun. Beberapa vaksinasi harus dilakukan suntikan ulang pada tahun—tahun berikutnya hingga anak belajar di sekolah dasar. Suntikan tambahan tersebut berfungsi sebagai penguat (booster).

Imunisasi yang penting diberikan untuk anak adalah imunisasi dasar, meliputi BCG (bakteri Calmette-Guerin), hepatitis B, campak, DTP, dan polio. Sementara imunisasi lainnya bersifat dianjurkan, yaitu imunisasi HiB, MMR (campak, rubella,gondong), tifoid, dan cacar air.

Pemberian vaksinasi dapat dilakukan sekali saja untuk satu penyakit, tetapi dapat pula berulang kali dalam jangka waktu tertentu untuk menjaga kadar antibodi minimal dalam tubuh agar dapat melawan kuman yang masuk. Dari kelima yaksin dasar di atas, ada dua vaksin yang mesti diulang di usia 5 tahun. Yakni imunisasi polio dan DTP.



Imunisasi ini berguna untuk mencegah si kecil terkena penyakit dipteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan). Pemberiannya biasanya dilakukan sebanyak 3 kali untuk imunisasi primer yaitu pada bayi usia 2, 4 dan 6 bulan. Kemudian diulang pada usia 18 bulan, 5 tahun, dan 12 tahun. vaksin ini akan memberikan kekebalan seumur hidup. Sementara imunisasi pertama diberikan sejak kunjungan pertama dan mesti diulang setelah Polio 3 karena antibodinya akan turun setelah setahun. Yakni pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

Meski pada dasarnya imunisasi ulangan adalah prosedur yang aman, akan lebih aman lagi bila orang tua tetap mencermati kondisi anak sebelum diimunisasi. Misalnya, memberitahukan kepada dokter kondisi kesehatan anak sebelum diimunisasi. Misalnya, jika anak sebelumnya pernah mengalami reaksi serius terhadap suatu vaksin atau antibiotik tertentu, yang mengakibatkan demam hingga 40,5 derajat C atau lebih tinggi, kejang kejang, lemah lunglai, syok, mengi, atau kesulitan bernafas. Atau jika anak pernah mengalami reaksi alergi serius terhadap suatu zat.

Intinya, si kecil harus dalam kondisi sehat sebelum diimunisasi agar antibodinya bekerja. Imunisasi adalah pemberian virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh untuk membentuk antibodi (kekebalan). Jika anak sakit dimasuki kuman atau virus lain dalam vaksin, maka kerja tubuh menjadi berat dan kekebalannya tidak tinggi.

Tak kalah penting, orang tua sebaiknya tak langsung pulang setelah anaknya diimunisasi. Sebaiknya menunggu selama 15 menit sesudahnya, agar bila terjadi suatu reaksi yang tak diinginkan bisa segera ditangani oleh dokter. Reaksi pemberian imunisasi yang serius misalnya anak sulit bernafas, mengi, bentol bentol, pucat, lemah, rewel, pingsan, atau degup jantung tak teratur. Namun jika sekadar menimbulkan rasa sakit dan kemerahan di daerah suntikan, hal ini normal usai imunisasi DTP dan tidak berbahaya.




Spoiler for Referensi:



0
3.5K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & FamilyKASKUS Official
8.8KThread9.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.