Cuaca panas saat siang hari di Kudus, Jawa Tengah tak menyurutkan antusiasme para peserta Final Audisi Umum Beasiswa Djarum Bulutangkis 2019. Semangat para finalis yang bertanding di GOR Djarum pun semakin meningkat saat orangtua mereka menunjukan dukungannya di barisan tribun penonton. Melihat tingginya dukungan orangtua kepada para finalis audisi bulutangkis yang diinisiasi oleh PB Djarum ini, membuat Mimin ingin mengetahui lebih jauh tanggapan orangtua atas keberhasilan anaknya menembus fase Final Audisi Umum Beasiswa Djarum Bulutangkis 2019.

Mimin pun berkesempatan untuk mewawancarai salah satu orangtua bernama Heru yang sedang menemani anaknya, Machmur, yang sedang bertanding.

Dalam obrolan santai yang Mimin lakukan dengan pak Heru di tribun penonton GOR Djarum, ia merasa bangga dengan perjalanan Machmur selama mengikuti audisi beasiswa bulutangkis dari PB Djarum ini. Pak Heru mengatakan telah datang ke Kudus sejak hari Selasa (19/11), untuk menemani dan mendukung anaknya selama proses audisi.

Pria yang berasal dari Purworejo ini juga bercerita mengenai pengorbanannya demi mendukung impian sang buah hati menjadi atlet bulutangkis masa depan. Ia mengatakan rela mengorbankan waktu agar tetap bisa mendukung Machmur mengikuti audisi.

“Iya, pengorbanannya waktu. Kadang-kadang kerjaan juga tersita (waktunya), jadi kita pending kerjaan.” ujar pak Heru saat dijumpai Mimin di GOR Djarum pada Rabu (20/11).

Walaupun pak Heru harus rela membagi waktu bekerjanya untuk menemani Machmur mengikuti Final Audisi Umum Beasiswa Djarum Bulutangkis 2019, ia sangat bersemangat dan optimis dengan kemampuan anaknya.

“Tetap optimis, harus bisa. Mudah-mudahan masuk.” ucap pak Heru dengan penuh keyakinan.

Meskipun diselimuti rasa optimis, pak Heru juga tetap menerima apapun hasil yang didapat Machmur. Ia pun akan tetap membimbing anaknya untuk terus latihan dan berusaha lebih maksimal jika Machmur belum berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa dan pembinaan dari PB Djarum.

“Akan tetap berusaha dan kita tetap latihan. Akan ikut juga (audisi) selanjutnya. Kan waktu masih panjanglah.” ungkap pak Heru.



Mimin pun juga bertanya mengenai pembagian waktu Makmur antara sekolah dan audisi yang sedang dijalaninya. Dan, tak hanya pak Heru, Machmur ternyata juga harus cermat membagi waktunya antara sekolah dan mengejar impiannya menjadi atlet bulutangkis profesional. Saat ditanyai mengenai hal tersebut, pak Heru pun menyadari jika selama ini memang waktu sekolah Machmur cenderung kalah jika dibandingkan dengan waktunya saat berfokus menjadi pebulutangkis. Namun ia tetap berusaha mengimbangi agar waktu sekolah Machmur di SD Negeri Luwanu, Purworejo tidak terbengkalai.

“Memang dari dulu sekolahnya kalah kalau fokus ke atlet. Tapi kan kita bisa mengimbangi (agar) anaknya tetap sekolah.” jawab pak Heru.

Melihat pengorbanan dan totalitas pak Heru dalam mendukung Machmur untuk mengejar cita-citanya sebagai pebulutangkis profesional, membuat Mimin bangga dan terinspirasi dengan kisah perjuangannya. Untuk mengejar suatu impian memang diperlukan adanya suatu pengorbanan, dan kita semua bisa memetik pembelajaran berharga dari pak Heru mengenai pengorbanan orangtua untuk karir anaknya.