Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pudakbramaAvatar border
TS
pudakbrama
Sepotong Tulang Yang Nyaris Merobohkan Masjid
Mungkin di antara kita sudah banyak yang telah mengetahui kisah ini tentang seorang yahudi yang mengadukan nasibnya karena merasa dizalimi oleh gubernur mesir, Amr bin Ash. Tapi meski demikian, ada baiknya kita untuk menyegarkan ingatan kembali.

Kisah ini diawali dengan keinginan sang gubernur untuk membangun sebuah masjid di samping istananya. Namun sayang pada tanah yang akan dibangun itu terdapat sebuah gubuk reyot milik seorang yahudi. Sang gubernur berusaha untuk membeli gubuk itu, namun pemiliknya tidak mengizinkannya. Karena negosiasi tak juga berhasil, gubernur memutuskan untuk main kasar. Digusurlah gubuk reyot milik si yahudi itu.

Sedih, marah, dan sakit hati, pemilik gubuk ini lalu pergi ke Madinah untuk mengadukan nasibnya pada sang khalifah yang waktu itu dijabat oleh Umar bin Khattab. Singkat cerita akhirnya sampailah pemilik gubuk ini di Madinah. Berhubung dia tidak pernah bertemu khalifah, maka ia pun kebingungan mencarinya. Kebetulan saat itu ia melihat ada seseorang yang sedang duduk di bawah pohon kurma. Maka dihampirilah orang tersebut untuk bertanya.

“ Wahai tuan, tahukah anda di mana khalifah?” tanyanya pada orang tersebut.

“Ada apa kau mencarinya?” jawab laki-laki itu.

“Aku ingin mengadukan sesuatu. Di manakah istananya?”.

“Ada di atas lumpur," ucap lelaki itu.

“Lalu, siapa pengawalnya?”

“Pengawalnya orang-orang miskin, anak yatim dan janda-janda tua.”

“Lalu pakaian kebesarannya apa?”.

“Pakaian kebesarannya adalah malu dan taqwa.”

Semua jawaban laki-laki itu begitu membingungkan. Tapi berhubung ia memang harus bertemu sang khalifah, maka pemilik gubuk ini kembali bertanya.

”Di mana ia sekarang?”

“Ada di depanmu."

Betapa terkejutnya orang yahudi itu ketika mengetahui orang yang dicarinya itu ada depannya. Tanpa menunggu lama, diceritakanlah apa yang telah terjadi pada gubuk reyotnya.

Wajah Umar bin Khattab merah padam menahan amarah saat mendengar hal itu. Kemudian dimintanya orang yahudi itu untuk mengambil sepotong tulang belikat unta. Digoresnya tulang itu dengan pedang. Kemudian dimintanya orang yahudi itu kembali dan menunjukkan tulang itu pada gubernurnya.

Orang yahudi itu tentu saja merasa kebingungan. Jauh-jauh ia menempuh perjalanan ke Madinah untuk meminta keadilan, lha kok cuma diberi sepotong tulang unta yang digaris lurus lalu tepat di tengah garis lurus itu digaris lagi melintang. Meski dengan penuh tanda tanya orang yahudi itu akhirnya pulang.

Sesampainya di Mesir orang ini lalu menemui sang gubernur. Diberikannya tulang unta itu kepadanya. Apa yang terjadi kemudian di luar perkiraanya. Begitu sang gubernur melihat garis lurus yang dipenggal di tengah itu, raut wajahnya berubah drastis. Tampak jelas ketakutan terpancar di sana. Kemudian dengan terburu-buru ia menghentikan pembangunan masjid dan memerintahkan untuk membangun kembali gubuk di yahudi.

“Bongkar masjid itu!," teriak gubernur Amr bin Ash.

“Tunggu!” teriak orang Yahudi yang merasa bingung dengan tingkah Amr bin Ash.

“Maaf Tuan, tolong jelaskan apa keistimewaan tulang itu, sehingga Tuan rela membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini," tanya orang yahudi itu lagi.

Gubernur Amr bin Ash memegang pundak orang Yahudi itu sambil berkata, “Wahai kakek, tulang ini hanyalah tulang biasa dan baunya pun busuk.”

“Lalu mengapa dari benda busuk tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?” kata orang Yahudi itu.

“Tulang ini merupakan peringatan keras terhadap diriku dan tulang ini merupakan ancaman dari Khalifah Umar bin Khattab."

"Artinya, “Apapun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan bernasib sama seperti tulang ini, karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas dan adil di bawah. Sebab kalau kamu tidak bertindak adil dan lurus seperti goresan tulang ini, maka khalifah tidak segan-segan untuk memenggal kepala saya," jelas gubernur Amr bin Ash.

Mendengar hal itu orang yahudi inipun tertegun. Keadilan yang diperolehnya dari Umar bin Khattab benar-benar menggetarkan hati dan memberinya hidayah. Ia akhirnya menjadi muallaf dan mewakafkan tanahnya untuk masjid yang sedang dibangun itu.

Apa yang dilakukan khalifah Umar bin Khattab inilah wujud keadilan sebenarnya. Sudut pandangnya jelas tanpa bias karena tercampuri oleh urusan politik maupun SARA. Penilaiannya tegas dan bebas dari kepentingan. Baik itu kepentingan pribadi ataupun titipan sponsor.

Membandingkan apa yang dilakukan oleh khalifah Umar dengan apa yang biasanya kita lakukan itu seperti membandingkan bumi dan langit. Sudut pandang kita seringkali begitu bias dan sarat kepentingan. Jangankan untuk hal-hal besar, bahkan untuk hal-hal kecil saja kita sering berlaku diskriminatif pada sesama.

y,aiaaah,wk
Diubah oleh pudakbrama 18-11-2019 16:52
iissuwandiAvatar border
lina.whAvatar border
tata604Avatar border
tata604 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.7K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Inspirasi
InspirasiKASKUS Official
10.5KThread6.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.