Assalamualaikum dan selamat pagi, siang sore, malam Gansist. Kali ini aku akan buat cerpen nih dari kisah nyata seseorang. Jadi, semoga menikmati. Jangan lupa kasih cendol ya seusai baca, see you again

^^^^^^_____^^^^^^

Mungkin di antara kalian ada yang sedang merasakan cinta. Entah itu yang kini sedang bahagia, sedih, dilema, atau apalah itu namanya.

Akupun sekarang juga telah bisa merasakan cinta. Cinta kepada seseorang. Tapi apalah daya, selalu ada saja masalah di antara aku dan dia. Semua berawal dari salah seorang temanku yang menceritakan betapa dia menyukai seorang kakak kelas. Dia bercerita bahwa sepertinya kakak kelas itu juga menyukai dirinya, karena semasa ujian sekolah, kakak kelas tersebut selalu mengajaknya bercanda. Tapi naas, ada nama lain di dalam hati kakak kelas tersebut. Dia adalah aku.

Mungkin kalian menganggap bahwa aku adalah jahat karena telah merebut seseorang yang disukai oleh temanku sendiri. Tapi kalian salah. Akupun telah merelakan dia untuk temanku, dia yang selama ini telah menceritakan rasanya padaku tentang kakak kelas kami.

Tapi apalah daya, temanku justru memusuhiku dan menginginkan aku bersikap jujur tentang rasaku kepada kakak kelas kami kepadanya. Setelah aku jujur, masalah kami telah selesai. Namun, mungkin dia masih marah dan kecewa terhadapku karena akupun juga memiliki rasa yang sama kepada kakak kelas kami, dia mulai menjauhiku lagi, lagi dan lagi.

Setelah masalah itu selesai, ancaman dari pengurus pesantren yang mulai menaruh curiga terhadap hubunganku dengan dia. Sebut saja dia Karun (masih dengan kakel yang sama). Rasa was-was dan takut akan di panggil menuju ke hadapan Bu Nyai tak dapat terelakkan.

Di sela-sela rasa was-wasku, dia selalu melontarkan senyum kepadaku, dan begitupun denganku. Selalu saja ada alasan agar aku bisa melihat wajahnya, walaupun itu hanya dalam jarak jauh. Dialah semangatku, rasanya, jika sehari saja aku tidak melihatnya, ada rasa berbeda di tiap hari yang kulewati, tidak ada semangat di hidupku.

"Dek, kamu dapat bakso dari karun." bisik seorang kakak kelasku sewaktu aku masih dalam keadaan jam belajar.
"Seriusan mbak?" tanyaku kaget
"Iya, baksonya di tong kuning."
"Hah? Seiusan?"
"Iya, kalau kamu ngga mau, biar buat aku aja, hehehe"
"Mau kok." langsung ku jawab dengan spontan, sampai seluruh teman seangkatan yang sedang belajar menoleh ke padaku.
"Kenapa kamu?"tanya teman dekatku
"Aku dapet bakso dari karun." bisikku sepelan mungkin, agar tidak ada yang mengetahui apa yang sedang ku bicarakan.
"Serius kamu? Aku aja ngga pernah."tanyanya lagi, ya, karena dia adalah adek kelas yang satu daerah dengan Karun
"Iya, ya udah yuk, belajar dulu aja."
"Iya deh."

Setelah jam belajar usai, aku langsung berlari menuju tong sampah kuning yang telah dibicarakan oleh kakak kelasku tadi. Ya, tong kuning adalah sebuah tong sampah kering. Pada saat itu kakak kelasku sedang mendapat tugas piket kamar membuang sampah kering ke tempat pembuangan sampah, tapi pada saat di tengah jalan, dia di cegah oleh salah seorang temannya dan menyampaikan bakso itu padaku.

Setelah kejadian itu, para pengurus keamanan justru lebih mencurogai segala gerak-gerikku. Mereka menanyakan tentang hubunganku dengan dia, apakah aku pacaran dengan dia? Tapi tidak, aku dan dia memang tidak ada hubungan seperti itu, kami hanya dekat saja, dan dia menamakan hubungan kami adalah sebuah hubungan yang spesial. Walaupun sebenarnya hubungan kami seperti pacaran, hanya saja nama yang berbeda.


Hingga suatu saat aku mendapat kabar bahwa nenek yang selama ini sangat dekat denganku, justru telah pergi meninggalkanku karena menderita penyakit komplikasi. Sungguh mengenaskan penyakit itu, penyakit yang amat sangat menggerogoti tubuh sehat serta semangat hidup dari nenekku. Aku sangat terkejut kala mendengar berita tentang kepergian nenekku, hingga membuatku seperti orang yang linglung.

Sudah seminggu lebih fikiranku masih kacau, dalam kelas aku sangat sering melamun, terkadang meneteskan air mata. Aku yang dulunya sangat bersemangat, kini menjadi orang yang sangat pemurung, bahkan bisa dibilang seperti orang yang tidak lagi ingin hidup.

Karena kejadian itu, akhirnya kedua orang tuaku memutuskan untuk memindahkanku ke sekolah dan pesantren yang baru. Awalnya aku menolak, tapi karena keinginan, rasa tidak tega ibu saat melihatku, aku memutuskan untuk mengikuti saran dan perintah dari ibu dan bapakku.

Saat aku ingin berpamitan ke sekolahku, aku melihat dia dan beberapa temannya sedang berjalan bersama menuju arah yang sama. Dia tersenyum kepadaku, aku melihat itu semua, tanpa dia ketahui aku akan boyong pada saat itu juga.

"Kamu beneran ngga mau pamit sama karunmu?" tanya seorang kakak kelasku.
"Iya mbak, aku takut nanti malah ganggu waktu ujiannya dia."
"Kalau kamu mau, aku panggilin, kasihan loh dia nanti kalau denger kabar kamu tiba-tiba boyong tanpa pamitan sama dia."
"Ngga usah mbak makasih, nanti salam aja ya sama dia. Maaf, kalau selama ini aku banyak salah dan ngerepotin dia."
"Iya deh, semangat terus ya disana, jangan sering murung lagi."
"Hehehe, iya mbak, makasih ya."
"Iya sama-sama."

Kudapat kabar dari berbagai teman-temanku, bahwa semenjak kepergianku, dia lebih sering melamun sendiri di kamar, di kelas pun dia lebih sering diam. LDR yang akan menjadi kisah yang tak terduga dalam kisah percintaan kami. Memang akupun sudah tau sebelumnya, bahwa kelak kami akan merasakan apa itu LDR, itu semua karena letak rumahnya yang berada di Jawa Barat, sedangkan aku yang berada di Jawa Timur.

Setelah aku memutuskan untuk pindah dari sekolah dan pondok yang lama, dia sangatlah sering menghubungiku. Dia bilang bahwa banyak teman yang meminjaminya handphone kepadanya. Padahal, faktanya terbalik. Dialah yang sering meminjam handphone hanya agar bisa selalu berkomunikasi denganku. (Di pondokku yang dulu, para santri putra dilarang membawa handphone, kecuali pengurus dan salaf, sedangkan di pondok putri, seluruh santri dilarang membawa barang elektronik, apapun itu, jika sampai ketahuan oleh pengurus, maka sanksinya yaitu handphone akan disita).

See yang part 2 ya.
Semoga kalian suka, dan
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh