[COC] Upacara Kebo Ketan di Ngawi, Jawa Timur untuk Meruwat Kebhinekaan



Upacara Kebo Ketan ke-IV telah sukses dihelat di desa Sekaralas, Ngawi, Jawa Timur pada tanggal 8-9 November 2019 kemarin. Ritual demi ritual berlangsung secara khidmad bak jalan tol karena terciptanya gotong-royong antara para warga, Keraton Ngiyom, juga pecinta seni dari dalam dan luar negeri.



Sebenarnya Upacara Kebo Ketan ini adalah bukti nyata Muhasabah Kebangsaan guna menanamkan toleransi melalui seni. Seperti yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, event festival Kebo Ketan yang didalangi oleh Mas Bramantiyo Prijosusilo ini selalu menjadi magnet pengunjung baik dari dalam maupun manca negara. Beliau adalah seorang seniman kreatif idealis dari desa Sekaralas. Rumah Tua di desa Sekaralas yang kemarin digunakan untuk ritual memandikan Kebo Ketan adalah miliknya. Penulis sendiri tinggal tak jauh dari tempat dihelatnya Upacara Kebo Ketan tersebut, hanya sekitar 2km dari rumah ane. Monggo mampir njih, jika tahun depan GanSist hendak menghadiri acara festival Kebo Ketan ini. Seperti yang telah dianjurkan oleh Habib Lutfi bin Yahya dari Pekalongan, Upacara Kebo Ketan akan selalu dilaksanakan sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kalau di Solo ada Sekaten, di Ngawi ada Kebo Ketan.

Upacara Kebo Ketan diklaim banyak pihak sebagai suatu Event Seni Budaya Berdampak. Mengantongi visi dan misi event budaya untuk menjadikan kesenian sebagai sarana kesadaran Meruwat Kebhinekaan.

Dampak dari Upacara Kebo Ketan nampak jelas dari munculnya sikap gotong-royong warga sekitar saat hendak menggunakan lapangan desa Sekaralas untuk perhelatan tersebut. Sejurus kemudian masyarakat juga memiliki kesadaran untuk menjaga sumber mata air Sendang Margo di alas Begal serta merawat hutan di sekitar mata air tersebut. Para pemuda wilayah Widodaren Kidul yang tergabung dalam pasukan semut juga ikut ambil bagian membersihkan sampah pun melakoni tarian pada malam 9 November 2019.

Pasukan semut memakai celana bewarna seragam

Secara faktual Meruwat Kebhinekaan dengan Upacara Kebo Ketan ini mampu menciptakan sikap solid dan memupuk persaudaraan sesama warga Indonesia yang baik. Kita ketahui bersama, jika Indonesia sendiri berdiri kokoh dengan adanya lintas etnis, suku, budaya, agama, dan lingkungan sosial yang berbeda. Partisipasi para pengunjung yang mampu meluangkan waktu untuk menghadiri Upacara Kebo Ketan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, ada yang dari daerah Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi, DIY, Jawa dan manca negara. Lintas agama dari; Islam, Nasrani, Hindu, Budha, Kong Huchu, Jawa Sunda Wiwitan, Kejawen, dan lain sebagainya.



Kalau ditanya tentang yang menarik pada Upacara Kebo Ketan, ane sendiri merasa tersentuh Ketika semua peserta diberi waktu untuk mengekspresikan spirit keagamaan masing-masing.Yap, mereka bebas melakoni ritual sesuai keyakinan lalu menampilkan kesenian yang berasal dari kreativitas mereka tadi. Ane bak sedang berada di taman bunga yang indah. Berbagai bunga warna-warni tumbuh subur tanpa saling menyakiti, bahkan tidak ada benalu satu pun pada tubuh pohon. Tak ada saling caci maki, karena yang ada adalah saling memuji.



Pada malam puncak perayaan Upacara Kebo Ketan. Para pengunjung ikut merasakan getaran spiritual mantra (dalam bahasa Bugis) pada saat pemotongan Maheso Nempuh (Patung Kerbau yang dijadikan simbol pengorbanan).

Terdapat juga pembakaran Maheso Nempuh yang terbuat dari jerami kering. Diiringi kidung mistis Tarawangsa yang disenandungkan oleh rekan dari Sunda telah membuat yang ada terhanyut.





Kalau kita mau menelaah kalimat dari Max Isaac Dimont tadi, toleransi ternyata bukanlah sekadar pemahaman kognitif atau rumusan kata-kata indah saja, melainkan laku hidup tulus untuk bersikap saling menghormati sesuai kata hati untuk saling bekerja sama dalam menjalani kehidupan berdampingan.

Hikmah Upacara Kebo Ketan dapat ditemui berupa sikap toleransi yang tercipta dan terkait erat pada kebersihan hati dan menempatkan rasa.

Toleransi sendiri tidak dapat tumbuh secara instan tanpa proses penyucian hati manusia sendiri.

Oleh karenannya, Upacara Kebo Ketan dihelat untuk menumbuhkan sikap toleransi antar sesama manusia. Di mana sikap toleransi hanya bisa tumbuh subur, jika ia diberikan instrumen serta momentum yang tepat secara cobtinue.




1. Alasan utama dan pertama adalah melalui instrumen seni, manusia dapat tersentuh rasa dan hatinya. GanSist pasti tahu kalau hasil seni hanya bisa dinikmati dan dibuat dengan jiwa dan hati yang suci bukan? Tak jarang manusia harus merasakan dera untuk mengakui sesuatu itu indah. Just Myopinion.

2. Seni dan budaya akan berkembang menjadi tradisi dan melampaui sekat-sekat yang ada. Tradisi akan membuat manusia mau belajar terus-menerus dan menghargai para pendahulu.

Penulis memiliki dokumen pribadi berupa ss galeri pada malam puncak upacara Kebo Ketan, tepatnya tanggal 9 November 2019. Sementara malam tanggal 8 November 2019 terjadi hujan di desa Sekaralas dan sekitarnya, alhasil ritual memandikan Kebo Ketan dilakukan di rumah tua Mas Bram.


Maaf di HP ane cuma ini, yang banyak di HP Abang sich!

Untuk melengkapi syarat COC festival ane sertakan foto diri yah!



Mari perhatikan gambar berikut ya GanSist. Cekidot!
















Saya haturkan terimakasih karena telah membaca thread ini. Pintu rumah ane terbuka lebar jika GanSist berencana menghadiri Upacara Kebo Ketan tahun depan. Love you all....


Ngawi, 12 November 2019
Warna_Senja