Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

Ā© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yuni.wahyuni114Avatar border
TS
yuni.wahyuni114
Sebab Tempatku Tinggal, adalah Buku Diary dengan Banyak Cerita


Quote:


Jika ada banyak orang yang bertanya, "Dimana kamu bisa dapat menulis bagus, Mbak?"

Jawabanku dari sini! Dari tempat ini!

Tempat yang menjadikan aku mengerti banyak hal tentang kehidupan. Asam manisnya sebuah makian, tangis, bahkan ancaman.

Tempat tinggal kedua setelah jauh dari keluarga dan tanah kelahiran.

Tempat yang memberiku banyak arti dan pelajaran berharga yang tak akan pernah kulupakan.

Jika kalian bertanya kenapa?

Sebab jalan ceritanya begitu panjang. Berawal dari keberangkatanku tahun 2016 lalu, harus terpaksa berpisah dengan orang tercinta, separuh dari kehidupanku yang amat sangat nyata. Hingga semua air mata tumpah ruah saat tiba di negara yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Tempat pertama yang mengajariku di sini tak ada ucapan salam (bagi muslim) selayaknya di Indonesia.

Bertemu pertama kali dengan keluarga asing yang bahkan aku tak kenal bagaimana kehidupan dan kebiasaan mereka.

Hingga seorang perempuan berusia sekitar tujuh puluh tahun menghampiriku dan tersenyum.

"Hai, ni hao?"

Aku hanya membalas senyum. Tak bisa berkata banyak kecuali jawaban serupa.

"Hen hao, sie sie ni."

Terdengar kaku memang!

Namun tahukah? Itu pengalaman pertamaku menggunakan bahasa asing selain Bahasa Inggris. Secara langsung, tanpa takut salah atau bahkan ditertawakan oleh lawan bicara.

Quote:


"Ching cuo!" katanya menawariku supaya duduk di kursi kayu dengan ukiran yang cukup rapi dan indah. Mungkin, keindahan seninya serupa dengan ukiran kota Jepara.

Agensi yang mengurusiku berbincang dengan beliau dan suaminya. Sesekali memandang ke arahku seolah ingin sekali bertanya. Tapi apa dayaku?

Apa yang hendak kutanyakan kala itu?

Hingga akhirnya agensiku menjelaskan banyak hal soal pekerjaan, gaji, tempat tinggal, hingga makananku sehari-hari.

Aku tak pernah merasa khawatir kala itu. Satu hari pertama rasanya lama.

Sepekan pun telah berlalu. Aku terbiasa dengar bagaimana mereka bicara. Terlalu cepat untuk telingaku yang terbiasa mendengar kata lemah lembut nan lambat.

"Tui puchi, wo ting puthung," jawabku sebisa lidah mengeluarkan kalimat supaya mereka berkata pelan, dan aku bisa jelas menangkap apa yang mereka katakan.

Perempuan tua itu tersenyum. Meski tetap saja tatap matanya seperti belum cukup bersahabat dengan kehadiranku.

"Kamu di Indonesia sana, belajar bahasa nggak, sih?" katanya yang hanya bisa kujawab singkat.

"Ada. Hanya saja di sana kami belajar bahasanya pelan. Di sini terdengarnya cepat."

Mereka tertawa. Entah memang aku yang masih polos, atau sebab mereka juga belum terbiasa.

Sebulan telah terlampaui. Aku belum terbiasa makan makanan orang China. Apapun yang masuk ke dalam lidah, semua hambar saja rasanya.

Quote:


Waktu terus merambat cepat. Musim terus berganti setiap tiga bulan sekali. Aku bahagia, setidaknya, setahun pertama berhasil kulalui dengan curahan air mata.

Pengkhianatan yang di mulai sebab prasangka. Pertengkaran yang terus dikucur ke pihak ketiga supaya didengar begitu nelangsa. Hingga bersemi kembali cinta lama mereka--mantan dengan mantan.

Kami ingkari cinta kami.

Kami benci pernyataan yang telah lama kami saling jatuh cinta.

Cinta? Ah, mungkin juga tidak!

Hingga di tahun kedua, menjadi tolak ukur perjuanganku selama ini. Bertahan atau biarkan saja supaya diri ini mati.

Bukan hendak berpasrah. Tapi sungguh, pada tengah malam kala itu, kutahan semua perasaan sakit di bagian perut. Menjalar ke otak sampai terasa panas dingin sekujur tubuh ini.

Mual yang semakin kuat. Perih yang jauh lebih perih dari beberapa jam sebelumnya semua kenyataan itu terjadi.

"Kamu harus dioperasi," kata dokter yang mengecek hasil ronsen.

Aku tertunduk lesu. "Belum cukupkah kesakitanku ya Rabbi?"

Quote:


Pelan tapi pasti, semua duga dan ujian berakhir. Bunga musim semi bersinar cerah diterpa cahaya mentari. Aku menemukan jiwa yang kupikir telah mati.

Berkenalan dengan orang baik dari Sulawesi Selatan yang mengenalkanku pada dunia tulis menulis. Mengajakku belajar bersama di KMO (Kelas Menulis Online). Itulah kali pertama aku percaya; orang baik masih ada.

Selesai kelas menulis, aku belajar mencari ide dari lingkungan tempat tinggal. Bagaimana caraku bertahan dan terus bertahan lewat sebuah tulisan.

Tak ada yang menyangka, bahkan diriku sendiri sempat tak percaya, bahwa keberanian mempublis tulisan adalah sebuah bentuk ungkapan penulis, yang kadang tak bisa langsung dikatakan.

Melalui cerpen dan puisi, aku mengenal banyak penulis hebat. Kali itulah, untuk pertama kali aku merasa bahagia.Tulisanku masuk nominasi kontributor dalam event cipta puisi dan dibukukan sebagai antologi.

Quote:


Menulis, menulis, dan menulis.

Merupakan salah satu bentuk kesibukan baruku. Hobi lama yang akhirnya menembus celah kegelapan menuju cahaya. Menjadi salah satu wadah bagaimana aku harus bicara dengan baik dan tertata.

Hingga akhir tahun 2018-an, aku beranikan diri bergabung salah satu komunitas menulis yang ada di Taiwan. Semua kegiatan dan anggota yang ada di sana, kuperhatikan satu persatu. Ada bahagia terselip dalam dada. Inilah keluarga baruku.

Quote:


Belajar bersama mereka, menjadikanku semakin giat dalam melatih apapun yang jadi bakat dan minat dalam dunia tulis maupun baca.

Selain mereka, keluarga majikan yang ada di Taiwan pun lambat laun tahu bagaimana aku bekerja. Bagaimana akhirnya aku bisa tenang seperti semula.

Memulakan bahagia, canda tawa baru yang bagi mereka--termasuk aku--adalah babak paling membahagiakan setelah sekian lamanya menggenggam bara.

Usai dengan semua kisah tiga tahun, berbagai antologi telah aku kumpulkan. Meski kutahu, semua itu jauh dari kata sempurna.

Quote:


Jadi, jika saat ini ada orang lagi yang bertanya, "Kenapa Mbak akhirnya bisa bangkit dari semuanya?"

Jawabanku hanya satu.

"Sebab Tuhan telah menggariskan bahagia itu masih ada, dan siapapun orangnya, berhak mendapatkan bahagia pada waktu yang tepat. Bukankah pelangi ada setelah hujan badai tak ada?"

šŸšŸšŸ

Itulah seberapa panjang tempat inspirasi bagiku di sini (Taiwan). Semoga bisa diambil pelajaran untuk semua kalangan. Terus berpikir positif, Tuhan akan selalu ada bersama kita.šŸ’™šŸ™

TASTETHELOCAL, INSPIRING PEOPLE/ PRODUCT/PLACE/COMMUNITY, MLDSPOTKONTENTHUNT, dan KASKUSXMLDSPOTadalah salah satu bentuk ungkapan rasa terima kasih telah memberiku kesempatan sedikit berbagi kisah. Berbagi sedikit cerita bagaimana setiap orang berhak meraih bahagianya.

Teruntuk keluarga majikan di Taiwan ini juga, terima kasih telah memberiku kesempatan belajar. Terima kasih juga untuk semua nasihat dan dukungannya. Love you nimenemoticon-Big Kiss

Quote:


Taiwan, 6 November 2019

Sumber gambar: dokumen pribadi
Sumber teks: cerita pribadi
tuffinksAvatar border
aileenlee293Avatar border
sebelahblogAvatar border
sebelahblog dan 5 lainnya memberi reputasi
6
711
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThreadā€¢83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.