Mode gelap atau dark mode akhir-akhir ini tengah menjadi tren yang sedang ramai dibicarakan dan diungkit para pengguna gawai. Berbagai macam sistem operasi dan aplikasi jejaring sosial beramai-ramai merilis fitur yang memiliki desain elegan ini.

iOS 13 dan Android 10 misalnya, yang baru-baru ini gencar memperkenalkan fitur mode gelap mereka sebagai terobosan pembaruan sistem operasi. Tak hanya dua sistem ini, macOS serta Windows 10 pun merilis dark mode khusus desktop.

Aplikasi jejaring sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp, serta Gmail juga memperkenalkan fitur tersebut.

Walau begitu, fitur mode gelap ternyata memiliki risiko tersendiri dengan latar belakang yang bisa mengganggu produktivitas penggunanya.

Mengutip CNNIndonesia.com, dalam beberapa penelitian yang diungkap Adam Engst, fitur ini adalah hal konyol dan meyakini bahwa teks hitam pada latar belakang putih lebih baik ketimbang teks putih pada layar belakang hitam (dark mode).

Tampilan gelap-terang atau polaritas positif pada mode terang (light mode) menawarkan efek produktivitas yang lebih baik. Hal ini mendukung fokus mata, identifikasi dan salin huruf, serta pemahaman teks dan membaca yang lebih baik.

Pada studi lain juga menjelaskan bahwa penggunaan tampilan polaritas positif menimbulkan sedikit kelelahan visual. Engst juga menambahkan bahwa mode gelap tidak bisa membantu mengurangi kelelahan mata setelah menatap layar sepanjang hari.

Studi yang dilakukan oleh A. Buchner dan N. Baumgartner pada 2007 mengungkap bahwa otak manusia juga terasa lebih nyaman dengan polaritas positif daripada polaritas negatif (dark mode) saat menghadapi fokus kecepatan, konsentrasi, serta menilai kerja di lingkup digital.