Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

inal74Avatar border
TS
inal74
SUMPAH PEMUDA: 1928, 1945, dan Sekarang


Bangsa Indonesia setiap tahun memperingati Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober yang merupakan salah satu tonggak sejarah dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumpah Pemuda lahir sebagai jawaban dari rasa sakit akibat penjajahan yang sama-sama dilihat dan dirasakan oleh para pemuda Indonesia ketika itu. Sumpah Pemuda merupakan peristiwa bersejarah yang merujuk pada hari dimana para pemuda dari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam satu wadah musyawarah bernama Kongres Pemuda Ke-II yang diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 bertempat di sebuah rumah milik seorang Tionghoa bernama Sie Kong Liong di Jalan Kramat Raya No.106 Jakarta Pusat (sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda). Rumah besar yang pada tahun 1928 merupakan kosan tersebut oleh para aktivis pemuda dinamakan Indonesische Clubgebouwalias Indonesische Clubhuis. Menengok momentum Hari Sumpah Pemuda dari masa ke masa, ternyata merupakan hal menarik untuk dilakukan.


Sumpah Pemuda 1928
Kongres Pemuda Ke-II yang diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta dihadiri oleh lebih dari 700 pemuda dari berbagai wakil organisasi kepemudaan, diantaranya seperti: Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, Sekar Roekoen, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, peninjau dari pemuda Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjio Djien Kwie. Di samping itu, hadir pula para aktivis senior yang menjadi peserta kongres seperti: Sekar Marijan Kartosuwiryo, Muhammad Roem, S. Mangunsarkoro, dan Kasman Singodimedjo.
Hasil dari Kongres Pemuda Ke-II ini adalah tersusunnya sebuah resolusi para pemuda Indonesia dengan judul: Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia. Isi resolusi ini memiliki empat keputusan penting, yaitu:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia
4. Dengan memperhatikan dasar persatuannya, yaitu: kemauan, sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kepanduan
Pada malam hari tanggal 28 Oktober 1928, di Indonesische Clubgebouw yang penuh sesak, para pemuda mendengarkan pidato penutupan Kongres Pemuda Ke-II dan sekaligus mendengar persembahan komposisi lagu instrumental Indonesia Raya dari gesekan biola seorang wartawan yang hobi musik bernama Wage Rudolf Soepratman. Menjelang penutupan, Muhammad Yamin (utusan dari Jong Sumatranen Bond), yang saat itu berusia 25 tahun, mengedarkan secarik kertas berisi beberapa baris tulisan kepada pimpinan rapat, lalu diedarkan pula kepada para peserta rapat yang lain. Tulisan pada secarik kertas itu pun lantas dibaca oleh pimpinan rapat, lalu Yamin memberi penjelasan panjang lebar tentang tulisannya itu. Ternyata dari tulisan Yamin yang mengutip beberapa isi resolusi tersebut tercetuslah gagasan Sumpah Pemuda. Usai Kongres Pemuda Ke-II, sikap pemerintah Kolonial Belanda tampak biasa saja. Bahkan pejabat kolonial untuk urusan negara jajahan Charles Olke Van Der Plass menganggap remeh hasil kongres pemuda tersebut. Namun anggapan Van Der Plass sangatlah meleset, karena perjalanan sejarah membuktikan bahwa 17 tahun setelah Kongres Pemuda Ke-II di Jakarta, para pemuda Indonesia ternyata berani turun ke jalan, bukan untuk berdemonstrasi, tetapi untuk berperang di Surabaya.



Sumpah Pemuda 1945
Tiga bulan setelah proklamasi kemerdekaan, pemuda Indonesia kompak bersatu bahu membahu dalam satu aksi perang di Surabaya melawan Inggris yang berniat untuk menyerahkan kembali Indonesia dengan status negara jajahan kepada Belanda. Pada tanggal 27 Oktober 1945 jam 11.00 siang, sebuah pesawat Dakota yang lepas landas dari Jakarta atas perintah Mayjen Hawthorn (Pemimpin Divisi 23 Tentara Sekutu di Hindia Belanda), menyebarkan selebaran yang berisi perintah kepada rakyat Indonesia agar menyerahkan seluruh senjata dalam waktu 2x24 jam kepada Sekutu. Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan masih ada rakyat Indonesia yang membawa senjata, maka akan ditembak di tempat. Mengetahui demikian, Brigadir Jendral Mallaby (komandan tentara Inggris di Surabaya) langsung memerintahkan pasukannya untuk melucuti senjata rakyat Indonesia di Surabaya. Melihat situasi genting begitu rupa, pimpinan militer Indonesia di Surabaya memerintahkan kepada pasukannya untuk menyerbu seluruh pos pertahanan Inggris. Pada jam 14.00 tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata pertama antara pihak pemuda dengan pihak Inggris.

Penyerbuan total dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1945 jam 4.30 subuh. Delapan pos pertahanan Inggris diserbu oleh sekitar 60 pasukan/laskar yang di antaranya beranggotakan para pemuda dari berbagai suku bangsa dari berbagai penjuru tanah air seperti: Pasukan Pemuda Sulawesi, Pasukan Pemuda Kalimantan, Pasukan Sadeli Bandung, Pasukan Sawunggaling, Barisan Hizbullah, Pemuda Ponorogo, Pemuda Banten, Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), serta para pemuda dari Papua, Maluku, Pulau Rote, dan lain-lain. Setelah digempur selama sehari semalam, tentara Inggris akhirnya mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan meminta untuk berunding. Sungguh hebat para pemuda Indonesia ketika itu. Mereka memperingati Hari Sumpah Pemuda di Surabaya dengan mengokang senapan, menghunus pedang, golok, dan bambu runcing sambil mempertaruhkan nyawa di antara desingan peluru.


Sumpah Pemuda Sekarang
Bila dihubungkan dengan konteks kekinian, maka kepingan sejarah di atas bukanlah bermaksud untuk meninabobokan pemuda millenial nusantara di dalam romantisme historis, namun justru untuk mengingatkan kembali bahwa Sumpah Pemuda di masa kini sudah kehilangan tuahnya. Mayoritas pemuda sekarang cenderung aktif secara sentrifugal karena perbedaan komunitas pergaulan dan kepentingan. Pemuda sekarang mengucapkan sumpah setiap tahun layaknya lirik-lirik lagu barat yang kerap mereka senandungkan tanpa mengetahui artinya, tapi diyakini akan mendatangkan kebaikan. Sebuah konsensus penting dalam sejarah Indonesia tampaknya terancam menjadi fosil justru karena kebanyakan pemuda millenial nusantara melupakan sejarahnya, sehingga mereka cenderung rentan terhadap dampak negatif dari globalisasi seperti hedonisme, narkoba, konsumerisme, seks bebas, dan lain-lain. Sebagai contoh, dari jutaan pengguna narkoba di Indonesia, mayoritas dari mereka berada pada rentang usia produktif 24-30 tahun.
Meski begitu, bangsa Indonesia harus tetap optimis, karena Indonesia memiliki jumlah pemuda yang cukup besar, yaitu 64 juta jiwa atau 25% dari total jumlah penduduk. Ini berarti pemuda Indonesia memiliki kesempatan besar untuk berperan aktif dalam menata negaranya. Setidaknya, api redup semangat Sumpah Pemuda ternyata telah menerangi perjalanan Ibu Pertiwi selama 74 tahun dalam melahirkan pemuda-pemudi kebanggaan bangsa seperti:

1. Marsha Chikita Fawzi (29 tahun). Putri bungsu dari pasangan Ikang Fawzi dan Marissa Haque ini adalah alumnus Multimedia University di Malaysia yang memiliki andil dalam pembuatan film animasi Malaysia karya Las’Copaque Production berjudul: Upin dan Ipin.



2. Pamela Halomoan (26 tahun). Karya Pamela telah dinikmati masyarakat Singapura, Amerika, Inggris, hingga Turki. Ia menciptakan karakter Wolly, babi lucu yang menarik perhatian pengunjung saat dipamerkan di Game Toy Comic Convention di Singapura.



3. Gibran Huzaifah Amsi El Farizy (29 tahun, alumni Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB) masuk dalam daftar 30 Under 30 Asia Forbes 2017 sebagai salah seorang inovator paling berpengaruh di Asia bidang Industry, Manufacture & Energy terbitan majalah Forbes 12 April 2017. Anugerah ini diraih Gibran berkat perusahaan rintisannya di bidang Internet of Things (IoT) untuk budidaya perikanan air tawar bernama eFishery. Melalui eFishery, pemuda asal Bandung ini berhasil merevolusi pasar akuakultur Indonesia yang diperkirakan nilai bisnisnya mencapai 5,4 juta dollar AS.



4. Adamas Belva Syah Devara (29 tahun, alumni Harvard dengan gelar Master of Public Administration) dan Iman Usman (27 tahun, alumni Columbia University dengan gelar Master of International Education Development) masuk dalam daftar 30 Under 30 Asia Forbes 2017 sebagai inovator paling berpengaruh di Asia bidang Consumer Technology terbitan majalah Forbes 12 April 2017. Anugerah ini diraih Adamas dan Iman berkat situs bisnis mereka yang bernama Ruangguru.com yang sejak di-launching pada 2014 telah memiliki pengguna sebanyak lebih dari 1 juta orang. Ruangguru.com merupakan sebuah marketplace yang menghubungkan para pelajar dengan 80.000 guru privat, dan telah mendapat dana investasi dari Venturra Capital di kisaran antara 2 juta dollar hingga 5 juta dollar AS.


Oleh sebab itu, pemuda Indonesia harus senantiasa menyadari bahwa Sumpah Pemuda merupakan ikrar generasi muda yang meyakini bahwa Indonesia adalah tempat dimana semua anak bangsa dilahirkan, hidup, dan mati, sehingga segenap anak bangsa merasa bersama-sama terikat oleh ideologi Pancasila sebagai saudara sebangsa dan setanah air dalam sebuah imagined communityberbingkaikan Bhineka Tunggal Ika. Sumpah Pemuda mengamanatkan bahwa kaum muda Indonesia, harus berpegang teguh pada prinsip kebangsaan serta senantiasa berjuang untuk membangun karakter bangsa (nation character building) yang toleran-akomodatif terhadap perbedaan, progresif-revolusioner dalam pemikiran, dan selektif-inovatif terhadap globalisasi. Ayo pemuda Indonesia, buktikan sumpahmu dengan karyamu!

ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
sebelahblog dan ceuhetty memberi reputasi
2
1.3K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.