edi999693Avatar border
TS
edi999693
Bab 9: Terbang Bersama Naga Salamanda
Gea tak ingin pergi ke sekolahnya hanya dengan naga. Ia masih teringat akan mimpinya tadi dan juga beberapa cerita seram mengenai sekolahnya.  Itu membuat bulu kuduknya berdiri.  Terpaksa ia harus membangunkan Egi untuk menemaninya ke sekolah.  Bergegas ia ke kamar adiknya.  Ia bersyukur melihat pintu kamar adiknya yang sedikit terbuka.  Egi pasti langsung tidur dan lupa mengunci pintu kamarnya. Ia mendorong pintu kamar itu.  Ia bergegas mendekati adiknya yang begitu pulas tidur  di atas spirng bed.
"Gi, bangun,"  Gea menguncang tubuh adiknya.  Egi terbangun dengan gelagapan.
"Duh! ada apa sih Kak?" tanya Egi jengkel. Ia mengusap matanya sambil menguap.
"Kakak harus mengerjakan PR Matematika, tapi buku paket Matematikanya ketinggalan di sekolah, jadi sekarang tolong temani kakak ke sekolah."
'Kan Kakak bisa mengambil bukunya besok pas sekolah."
"Masalahnya PR nya dikumpulkan besok"
"Tapi ini kan udah malam banget Kak,  dan Kakak tahu sendiri kan mana ada bus yang beroperasi lagi kalau hari sudah terlalu malam begini."
"Kita tak membuthkan bus."
"Maksud Kakak?"
"Kau lupa kita punya apa?"
Egi sungguh sangat menikmati sensasi terbang sebebas ini dua kali. Dari atas ia dapat melihat Kota Pontianak yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit serta jembatan layang yang melintang, saling silang menyilang seperti halnya jaring laba-laba memenuhi setiap sudut kota.  Tampak beberapa kendaraan antigraviti serta tenaga listrik berbagai ukuran dan warna melesat, melintasi jembatan layang.  Sebuah monorel yang tak beroperasi lagi tampak terparkir di stasiunya.
"Kak, bagaimana kalau sebelum kita mencari tempat yang cocok untuk tempat tinggal naga, kita pergi dulu ke Danau Sentarum menggunakan naga? " tanya Egi teringat Danau Sentarum saat melihat Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia, yang terletak di bawahnya. Karena terlalu sibuk mengurus naga,  ia lupa akan rencanya semula. Sebuah kapal penumpang melintas di atas Sungai Kapuas yang permukaan airnya tampak berkilauan tertimpa cahaya bulan dan lampu yang berasal dari rumah penduduk yang berdiri di sepanjang Sungai Kapuas.
Jembatan Kapuas 1 yang kini dirancang menjadi movable bridge- jembatan bergerak, memutar ke samping saat kapal penumpang itu mendekatinya
"Aok (iya)" jawanb Gea singkat karena pikirannya saat ini terpusat pada buku paket Matematikanya.
Naga terus mengepakkan sayapnya. Mereka melintasi gumpalan kabut awan. Tanpa diduga, dari balik awan di depan mereka muncul helikopter.  Secara otomatis mereka menjerit. Jarak mereka tinggal beberapa senti  dan naga berbelok tajam kesamping.
"Nyaris saja," kata Gea shock sementara Egi tampak pucat dan tak mampu berkata-kata untuk saat ini.
Tak jauh di depan mereka kini, berdiri sebuah bangunan kuno.  Tingginya kira-kira enam meter. Bangunan itu memiliki empat lantai dan pagar besi berawarna biru tua yang tingginya kira-kira satu setengah meter.  Di atas pintu masuk bangunan tertulis kalimat : SDN Syarif Idrus Abdurrahman Al Idrus Kubu Raya yang tampak berkilau tertimpa cahaya bulan.  Mereka langsung mendarat di halaman sekolah yang dilapis dengan conblock. Bergegas mereka menuju lantai dua.  Kelas tempat Gea belajar ada di lantai dua. Bersamaan dengan itu, sebuah motor tenaga listrik berhenti tepat di depan pagar sekolah. Dua orang turun dari atas motor.
"Tidak apa-apa nih malam ini kamu membantuku?" tanya Pak Anto, pengurus sekolah, kepada adiknya, Pak Andin yang ikut dengannya. Pak Anto menggesek sebuah kartu pada sebuah alat  di samping kanan pintu pagar yang memiliki layar.  Loading sejenak. Beberapa detik kemudian di layar tertera sebuah kalimat Akses Diterima. Secara otomatis pintu pagar terbuka dengan sendirinya.
"Malam ini giliran Ayat yang menjaga," kata Pak Andin menuntun motor masuk ke dalam sekolah sementara abangnya mengikuti dari belakang.  Pak Andin adalah seorang satpam yang menjaga sebuah pabrik karet di daerah Siantan Hulu. Pak Anto  mengesekkan kembali kartunya di alat itu yang ternyata memiliki dua sisi, depan dan belakang.  Secara otomatis pintu pagar tertutup dengan sendirinya.
Mereka berjalan mendekati pintu masuk sekolah. Pak Anto kemudian menggesek kartunya lagi di sebuah alat yang terletak di samping kanan pintu masuk sekolah.  Loading sejenak.  Beberapa detik kemudian, di layar itu tertera kalimat Akses Diterima.  Pintu sekolah secara otomatis membuka dengan sendirinya. Keduanya kemudian melangkahi ambang pintu dan masuk ke dalam sekolah.  Pak Anto kemudian mengunci pintu itu, sementara Pak Andin memarkir motornya di tempat parkir.



Ok! Bab 9 telah selesai ditulis. Nanti Insya Allah kita lanjut ke Bab 10. Jangan lupa koment. Moga-moga kitak2 (kalian) semua suka dengan cerita di bab ini. Salam dari tanah Kalimantan.
4446ApriliyantoAvatar border
4446Apriliyanto memberi reputasi
1
403
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
BukuKASKUS Official
7.7KThread4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.