bekticahyopurnoAvatar border
TS
bekticahyopurno
[SFTH] Bidadari untuk Petani
Cerita Bersambung yang Bikin Baper



Prolog


"Saat kau menetapkan hati, rawatlah rasa itu seperti petani yang tulus dengan ladangnya, seperti air dengan sawahnya, seperti pupuk dengan benihnya.

Lantas jika tidak? Jangan salahkan bila pada akhirnya justru yang tumbuh rumput teki."


Bagian Pertama: Pertemuan yang Tak Dirindukan

Tepat tengah hari, mentari bersinar sangat terik yang membakar. Langit begitu terang dari biasanya. Derap langkah kaki seorang pria membawa cangkul di pundaknya mulai terdengar perlahan. Hanya ada satu tujuan, menggarap lahan pertanian yang tidak begitu jauh dari rumahnya.

Terlahir sebagai anak petani, bersahabat dengan terik siang saban hari, tubuhnya sudah terbiasa dengan terpaan panas. Hanya ia pemuda yang dianggap gila di kampungnya. Bagaimana tidak? Penampilannya yang nyentrik dan selalu berpenampilan rapat. Alasannya, takut kulitnya menjadi gelap pekat.

Sesampainya di gubuk di dekat ladang yang hendak ia garap, ia menaruh bawaannya, bekal makanan di rantang dan air minum. Ia pun mengambil caping gunung yang ada di gubuk itu dan memakainya sebagai tameng dari teriknya sinar matahari. Tentu setelah berpenampilan seperti ninja, hanya mata yang tidak tertutup kain.

“Hari ini pekerjaanku kudu rampung,” gumam pria itu saat melihat lahan yang sudah dikerjakannya dari kemarin.

Selain dirinya, terkadang ada buruh lain juga mengerjakan ladangnya, hanya saja untuk menekan pengeluaran biaya pertaniannya, kerap kali ia lebih memilih mengerjakannya sendiri.

Tanpa banyak bicara, dimulailah pekerjaan siang itu. Burung-burung mulai menari menari dan bernyanyi bersama angin dan daun-daun kering berterbangan menemani.

Daun-daun kering berterbangan membawa ingatannya kembali pada usia dua belas tahun. Pada usia itu keluarganya masih utuh, bapak dan emak selalu mengajaknya ke ladang saat libur sekolah.

"Emm kenapa pikiranku kacau seperti ini?"

Tanpa terasa sebening tirta menggelayut jatuh membasahi pipinya. Besok adalah peringatan keseribu hari meninggal kedua orangnya.

Tiga tahun yang lalu, bapak, emak, paman dan kedua adiknya mengalami kecelakaan lalu lintas saat berwisata. Hanya bibinya yang selamat.

Setelah sekitar 4 jam bekerja, pemuda itu 'pun kembali ke gubuk untuk makan dan minum, juga beristirahat sejenak sebelum pulang ke rumah, dia merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiran, pekerjaannya terhambat lagi.

"Mungkin kalau punya istri, pikiranku akan lebih tentram kali, ya?" Ia Lebih bicara menghibur diri sendiri.

Tanaman di ladang yang terbentang ‘pun seolah menyeringai iba. Akibat kecelakaan orang tuanya, ia yang bekerja di Jakarta dan memiliki jabatan penting ditinggalkan, terpaksa pulang kampung menjadi petani.

Sesuatu terjadi, saat sudah mendekati gubuk, dia melihat ada orang lain yang sedang tertidur pulas. Memang sih, bukan hal yang aneh juga, toh gubuk itu sering dipakai orang-orang berteduh saat terik siang hari atau hujan.

Pria itu menjulurkan leher untuk melihatnya. Barulah dia sadar bahwa yang sedang tiduran di gubuk itu adalah seorang cewek.

Segera cewek itu juga sadar ada petani yang dari tadi bekerja di ladang itu datang ke gubuk.

"Sore, Pak," sapa cewek itu sembari kini duduk dan menaruh tas sampingnya.
"Sore juga, lagi apa, Mbak?" tanya cowok itu penasaran.
"Anu, istirahat aja, Pak. Capek habis jalan tadi," jawabnya gugup.

Pria berhidung mancung itu heran, bagaimana tidak? Ada cewek cute, kulit seputih salju di kutub utara, rambut ikal maksimal. Apalagi saat bibir mungilnya menyapa manja, pejantan mana yang tidak khilaf? Tapi....

"Emang mau kemana, Mbak? Kok membawa tas gedhe gitu?"
"Anu... Saya belum tau, Pak."

Tersirat jelas diwajah cewek berpenampilan modis itu rasa tidak nyaman atau mungkin juga ketakutan.

"Lho? Kok belum tahu?"

Pria yang berusia kepala tiga lebih itu mulai mengintrograsi. Sayangnya, sebelum bisa menjawab pertanyaannya, terdengar suara demonstrasi cacing-cacing dalam perut menuntut hak untuk kemakmuran pangan, keroncongan.

"Eh, maaf, Pak," katanya tersipu malu sembari memegangi perut, tanda kelaparan.


Spoiler for Baca Juga :


Becontineu


Quote:
Diubah oleh bekticahyopurno 31-12-2019 22:33
tata604Avatar border
lina.whAvatar border
makolaAvatar border
makola dan 17 lainnya memberi reputasi
18
6.4K
88
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.