Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

safitri28Avatar border
TS
safitri28
Cerbung Horor
#Dusun_Kematian
By: Nurlia Safitri
Bag_2

Jauh sudah aku berlari meninggalkan sosok tadi. Netra ini masih terus waspada, takut-takut sosok lain muncul di depan mata. Napas pun masih terengah-engah, seolah nyawa ini akan terlepas dari tubuh.

Kini kebingungan kembali menyusup di otak. Entah jalan mana lagi yang harus aku lalui selanjutnya, karena sejauh mata memandang hanya ada gelap dan rimbunan pepohonan. Aku merasa malam sangat panjang, karena sedari tadi, pagi belum juga kian menyapa. Keresahan dan kebimbangan masih terus hinggap di hati.

"Pa, Ma. Elsa mau pulang. Elsa takut. Elsa capek," gumamku sambil menangis.

***

Aku masih terus menyusuri hutan. Berharap jalan keluar segera kutemukan. Ingin rasanya berteriak minta tolong, tapi semua itu hanya sia-sia. Karena jelas di hutan ini tak ada satu pun manusia.

Rasa lapar dan haus berpadu dengan rasa lelah dan kantuk. Wajar saja semua rasa itu mendera, karena sejak tadi, aku belum makan, minum pun terakhir kali saat akan masuk ke hutan ini.

Pukul berapa pun sekarang aku tak tahu, yang jelas malam terasa sangat panjang dari biasanya. Mungkin akibat rasa takut yang teramat, hingga aku merasa malam menjadi lebih panjang.

***

Badan yang letih memaksa kaki untuk beristirahat sebentar. Aku pun akhirnya memutuskan untuk duduk bersandar di bawah pohon besar di hutan ini.

Rasa kantuk yang memang sedari tadi menyergap, tak dapat lagi kutahan. Aku pun terlelap tidur di bawah pohon tadi.

Antara sadar dan tidak, seolah seperti mimpi, telingaku mendengar suara kegaduhan. Entah dari mana suara itu berasal, yang jelas suara itu cukup jelas dan dapat dengan jelas kudengar.

"Jangan! Tolong lepaskan kami! Jangan siksa kami!" Pekik seorang wanita yang kedengar sedang dianiaya.

"Hahaha ... hari ini adalah kematian kalian. Kami yang lebih berkuasa di sini! Kalian akan kami lenyapkan! Hahaha ... salah kalian tidak menurut perintah kami!" Suara seorang pria terdengar dengan nada kasar dan angkuh.

Suara tangis anak-anak pun turut menyelingi pekikan suara-suara orang yang dianiaya itu. Entah kenapa mataku tak bisa terbuka, tapi telinga dapat dengan jelas mendengar suara itu.

Tubuh pun terasa kaku, tak dapat untuk digerakkan. Aku pun berusaha merapalkan doa-doa yang aku bisa. Ayat kursi pun turut aku baca. Sekuat hati mengarahkan pikiran hanya pada Allah, berharap pertolongan dari-Nya.

Akhirnya, mata pun terbuka. Rasa syukur dan terima kasih terus terucap dari bibirku. Akan tetapi, keheranan menyelimuti diri, karena saat ini aku berada di tengah perkampungan. Netra terus memandang ke sekeliling tempat di mana aku sedang berada sekarang.

***

"Hihihi ... akhirnya kamu sudah sampai di sini setelah sekian lama aku menunggu." Tiba-tiba muncul sesosok Nenek dari belakangku. Suaranya yang serak terdengar sangat menyeramkan. Aku pun sontak terkejut karena kedatangannya.

"Nenek si-siapa? Apa maksud ucapan Nenek tadi? Lalu di mana aku?"tanyaku pada sosok tadi. Sementara yang kutanya malah kembali tertawa. Tatapan matanya pun terlihat sangat menyeramkan.

"Jangan takut padaku! Aku adalah nenekmu," ucapnya dengan tatapan aneh.

"T-tidak! Kau bukan Nenekku! Nenekku sudah meninggal sejak aku masih kecil, bagaimana mungkin, kau mengaku adalah Nenekku!" seruku dengan lantang.

"Yang mati itu bukan nenekmu. Aku lah Nenekmu!"

"Tidak! Tidak mungkin!"

"Tenanglah, sayang. Aku tidak akan menyakitimu. Justru aku lah yang bisa menolongmu keluar dari tempat ini."

"Aku tidak akan percaya padamu! Pasti kau yang sudah membuatku tersesat dan akhirnya sampai di tempat aneh ini, kan?"

"Takdir lah yang menuntunmu ke sini, karena hanya kau lah yang bisa menyelamatkan roh-roh yang ada di dusun ini."

"Apa maksud semua ini. Lalu roh apa yang Nenek maksud?" Kini nada bicaraku mulai melembut. Aku berpikir, bisa saja Nenek yang ada di hadapanku kini, benar bisa menolongku dan dia tidak sedang berbohong.

"Mereka roh para leluhurmu yang mati disiksa oleh komplotan preman. Preman itu suruhan seorang penguasa saat itu yang menginginkan tanah ini."

"Le-leluhur?"

"Iya. Leluhurmu. Hingga kini mereka belum tenang, karena belum dikebumikan dengan layak. Jika kau ingin keluar dari sini dengan selamat, maka selesaikan urusanmu dulu di sini. Hihihi ....."

"Ta-tapi,"-- Belum usai aku bicara, sosok tadi telah menghilang secara tiba-tiba. Meninggalkan suara tawa yang menyeramkan.

Melihat hal yang baru saja terjadi, membuat hatiku kembali menciut. Jantung pun kembali berdetak dengan kencang, ketakutan kembali menyelimuti diri.

Kaki pun mendadak lemas. Aku terduduk di tanah, tak sanggup rasanya untuk berdiri. Air mata kembali luruh, penyesalan kembali hadir, merutuki keputusanku pergi berkemah, padahal ke dua orang tua telah melarang.

***

Perlahan pagi datang, sinar mentari mulai tampak di ufuk timur. Burung-burung pun mulai terdengar bersiulan, seolah bahagia menyambut pagi. Tapi tidak denganku, yang masih dilanda bimbang dan bingung.

Kaki terus kulangkahkan, menyusuri jalanan desa yang sepi. Rumah-rumah yang kulihat rata-rata terbuat dari anyaman bambu dan beratap rumbia. Satu pertanyaan yang terbersit di hati, ke mana penduduk di sini? Apakah benar ucapan Nenek tadi, jika penghuni desa ini adalah para leluhurku dan sebenarnya mereka telah mati. Sungguh semua ini membuat aku bingung tak mengerti.

Jauh sudah kuberjalan, tanpa seorang pun yang kutemui. Keheranan pun kembali muncul di pikiran ini. Jika benar ini adalah rumah-rumah para leluhurku dan mereka telah meninggal, kenapa rumah mereka masih ada dan terkesan tidak lapuk di makan usia. Bukankah para leluhur itu hidupnya puluhan tahun lalu dibanding dengan usiaku kini. Ah ... semuanya benar-benar penuh misteri dan penuh teka-teki yang membuat bingung tak mengerti.

Sosok Nenek tadi pun bagiku juga sangat aneh dan penuh misteri. Siapa sebenarnya dia? Apakah benar dia adalah Nenekku? Lalu siapa orang yang sepuluh tahun lalu kusaksikan pemakamannya. Jika yang meninggal itu adalah Nenek, tapi kenapa sosok tadi mengaku adalah Nenekku. Lalu siapa diri ini sebenarnya? Benarkah desa ini adalah desa para leluhurku? Sungguh semua ini bisa membuatku gila.

Bersambung ....

CahayahalimahAvatar border
Cahayahalimah memberi reputasi
1
86
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buat Latihan Posting
Buat Latihan PostingKASKUS Official
35.6KThread1.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.