Beberapa mitos seputar seks telah tersebar luas di kalangan masyarakat. Khusus di Indonesia, sejumlah mitos tersebut disampaikan oleh orang tua kepada anaknya agar anak mereka terlepas dari pemikiran tentang seks.

Sistem pendidikan pun juga tidak bisa lepas dari perannya atas memberikan edukasi tentang seks dan reproduksi. Namun sayangnya, sistem serta oknum pendidikan kerap memberikan informasi menyimpang dan mengecap konsep edukasi seks di usia dini sebagai hal yang tabu.

“Banyak stigma yang bermunculan di masyarakat tradisional karena kurangnya edukasi. Pendidikan seks, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana akan memberikan pemahaman mengenai risiko dan konsekuensinya, bukan mitos,” ujar Ade Maharani, Head of Marketing DKT Indonesia di International Conference on Indonesia Family Planning & Reproductive Health beberapa waktu lalu, mengutip CNNIndonesia.com.

Berikut sejumlah mitos tentang seks menurut DKT.

1.      Hal yang tabu

Sebagian besar pihak menganggap bahwa seks merupakan hal yang tabu dan tak pantas untuk dibahas. Namun, Ade menjelaskan bahwa seks merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat naluriah.

2.      Seks merupakan nafsu

Pembahasan tentang seks merupakan pemuas nafsu sering kali diasumsikan masyarakat sebagai hal yang tidak didasari dengan pertimbangan dan konsekuensi pelakunya.

Sebaliknya, seks yang didasari dengan consent dari kedua belah pihak merupakan bentuk kasih sayang dan bisa meningkatkan rasa bahagia.

3.      Alat kontrasepsi sebagai promosi seks bebas

Alat kontrasepsi yang bebas dijual di pasaran dan dapat diperoleh pula dari sejumlah dokter acap kali dianggap sebagai promosi seks bebas.

Nyatanya, kondom beserta alat kontrasepsi lainnya merupakan alat yang efektif untuk mencegah terjadinya hal tidak diinginkan seusai melakukan seks.