Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Bisnis
  • Saatnya Dorong Biiodiesel Sebagai Lokomotif Penghijau Neraca Perdagangan Indonesia

padanglurus1Avatar border
TS
padanglurus1
Saatnya Dorong Biiodiesel Sebagai Lokomotif Penghijau Neraca Perdagangan Indonesia
Saatnya Dorong Biiodiesel Sebagai Lokomotif Penghijau Neraca Perdagangan Indonesia
Sebagai industri perkebunan, hasil produks kelapa sawit baik mentah dalam bentuk CPO  atau produk turunan terbukti mampu menjadi salah satu penyumbang utama kepada devisa negara. Kondisi yang pada gilirannya akan sangat berperan kepada perbaikan neraca perdagangan Indonesia.
Seperti diketahui,  Indonesia tengah mengalami defisit neraca perdagangan yang cukup tinggi yang mencapai  USD 2,03 miliar pada Juli 2018 lalu.
Namun saat ini, kondisi tersebut mulai membaik, salah satunya berkat akselerasi program biodiesel yang tengah digencarkan pemerintah.
Selain mampu membalikkan keadaan, program tersebut juga menjadi jawaban langsung kepada melemahnya permintaan internasional terhaap sawit Indonesia. Faktornya bisa macam-macam, mulai dari pembatasan yang diterapkan oleh sejumlah negara, khususnya Eropa, hingga pengenaan tariff yang lebih tinggi dibanding negara produsen lain, seperti Malaysia.

Kemenko Perekonomian menyebut, defisit neraca perdagangan Indonesia yang terjadi itu antara lain dipicu oleh  defisit migas yang terus melebar dan rendahnya harga komoditas termasuk yang dialami minyak sawit. Kondisi itu pula yang membuat percepatan mandatory biodiesel menjadi pilihan utama.
Itu tak lain karena  impor minyak fosil yang terus membengkak yang secara langsung menekan neraca perdagangan Indonesia.
 
Kondisi ini kemudian menutut untuk dilakukannya  perbaikan dengan membuka pilihan penggunaan bahan bakar berbasis minyak nabati, dan melepas ketergatungan dari bahan bakar berbasis fosil yang sebagian besar diperoleh lewat impor.
Terlebih Indonesia sebagai produsen minyak sawit nomor wahid di dunia, tahun 2018 lalu telah mampu memproduksi minyak sawit dan turunannya sebanyak 47,4 juta ton, dimana sekitar 34,7 juta ton di ekspor.
Sementara sampai kuartal I 2019 produksi minyak sawit dan turunan asal Indonesia telah mencapai 12,6 juta ton, dimana sebanyak 9,1 juta ton di ekspor atau meningkat 16% dibanding ekspor pada periode yang sama tahun 2018 lalu. Produksi minyak sawit yang besar tersebut berpotensi untuk dijadikan bahan baku biodiesel yang dicampur ke minyak solar.
Kendati demikian program biodiesel bukannya tanpa kendala, semenjak dikembangkan tahun 2006 lalu perjalanan industri biodiesel nasional sempat mengalami pasang surut, dan produksi biodiesel kerap jauh dari kapasitas terpasang. Bahkan saat ditetapkan mandatori tahu 2010 lalu, antara alokasi target dan realisasi serapan terkadang tidak sesuai.
Namun setelah pemerintah sukses menerapkan mandatori campuran biodiesel (FAME) sebanyak 20% ke minyak solar berbasis fosil atau tren disebut B20 semenjak tahun 2017 lalu.
Program itu pun bakal dilanjutkan menuju B30, sesuai dengan target bauran energi baru terbarukan yang ditetapkan pada 2020.  
Ini sesuai dengan pandangan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar yang mengatakan bahwa Indonesia punya ada pilihan sumber energi lain yang dianggap bakal mampu untuk mendongkrak neraca perdagangan nasional.
Archandra pun sepakat, bahwa pengelolaan energi di dalam negeri untuk bisa mencapai ketahanan energy dan minyak kelapa sawit adalah jawaban terbaiknya.


0
132
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Bisnis
BisnisKASKUS Official
70KThread11.6KAnggota
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.