Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sitinur200Avatar border
TS
sitinur200
Jodohku dari Taaruf
Jodohku dari Taarufsumber

Menjalani sebuah hubungan tanpa bertatap muka bukanlah hal mudah. Banyak sekali tantangan dan rintangan yang harus dilewati. Segala sesuatunya sangat dibatasi, tidak seperti pacaran pada umumnya. Bisa berkomunikasi lewat pesan saja bahagianya tiada terkira, apalagi bisa bertemu langsung. Tetapi, rasanya tidak mungkin untuk bertemu saat ini. Karena, jarak yang memisahkan kami sangat jauh. Laut dan gunung menjadi pemisah, jarak yang harus ditempuh sekitar 15 jam.


Sudah sekitar satu minggu kami menjalani proses taaruf. Untuk kedepannya, berjodoh atau tidak, semua ada di tangan Allah. Sebagai hamba-Nya, kami hanya bisa berserah, jika memang berjodoh, apa pun caranya kami akan dipersatukan, dalam sebuah ikatan suci. Pernikahan.


Berat memang, tapi inilah ujian cinta sesungguhnya. Sekuat apa kesabaran kami diuji dengan jalan taaruf. Dan bukan hanya itu, perkenalan kami juga dimulai dari sosial media. Entah, apa yang membuat kami bisa berkenalan?


Awalnya, kami tidak saling berteman di sosial media. Siapa yang menyapa dahulu? Aku pun tidak tahu. Karena, perkenalan kami mengalir begitu saja, layaknya air sungai yang mengalir.


Satu minggu taaruf, rasanya kami sudah merasa cocok. Walaupun kami belum mengetahui wajah masing-masing. Namun, hatiku mengatakan, dialah jodohku yang disiapkan Allah untuk menjadi imamku kelak.


[Assalamualaikum, Dek!] Sebuah pesan whatsapp masuk di ponselku. Sudah kuduga, ialah yang mengirimkannya. Mas Fikri, ialah yang akhir-akhir ini selalu membuat hatiku berbunga-bunga bak taman surga.


[Waalaykumussalam, Mas!] Segera kubalas pesannya, sambil kusunggingkan senyum termanis. Walaupun Mas Fikri tidak melihat senyumanku, tapi aku yakin, ia juga sedang tersenyum manis.


Hampir setiap hari kami berbalas pesan dan hanya kata-kata itu yang bisa kami tulis. Tidak seperti pasangan yang berpacaran pada umumnya. Bukan kami tidak punya waktu, tapi memang tidak ada kata lain yang bisa kami ungkapkan. Semua rasa yang tertanam di hati, kami serahkan kepada Allah.


Banyak teman-temanku yang menyarankan supaya aku mencari laki-laki lain yang sekampung. Menurutku, walaupun memang jauh, kalau sudah jodohnya akan didekatkan. Biarkan waktu dan kehendak-Nya yang mengatur. Kami hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik.


Sepengetahuanku, Mas Fikri orangnya cukup religius. Semua postingannya di sosial media selalu berkaitan dengan keagamaan. Suaranya juga merdu saat qiraah, ia sering mengirimkannya lewat voice note. Masya Allah ... dosakah diri ini bila mengagumi suaranya yang merdu dan lemah lembut?



Aku belum begitu mengenal keluarganya, tapi yang terpenting bagiku adalah ketulusan hatinya untuk menerima semua kekurangan dan kelebihan keluargaku, terutama diriku sendiri. Soal apa kekurangannya, insya Allah aku akan menerimanya. Yang ku tahu, Mas Fikri seorang petani buah di Sumatera. Karena, ia pernah mengatakannya saat pertama kali kami berkenalan. Dan hal yang membuatku prihatin, Mas Fikri sudah tidak lagi punya orang tua lengkap. Dua tahun lalu, bapaknya meninggal dunia akibat penyakit paru-paru yang dideritanya. Itu juga yang menjadi salah satu alasan, kalau Mas Fikri tidak mau merokok. Ia tidak mau, kejadian yang menimpa bapaknya akan terjadi pula pada dirinya. Saat ini, Mas Fikri hanya tinggal bersama ibunya.


Aku merasa bangga bisa mengenalnya. Seseorang yang bisa meyakinkanku dan sebentar lagi ia akan berkunjung ke rumah untuk menemui kedua orang tuaku. Meyakinkan mereka, bahwa ia serius untuk menikahiku.


Bagi sebagian orang, mungkin menjalani taaruf dengan waktu singkat tidak cukup. Namun, bagi kami ini sudah cukup, lebih dari cukup. Ini semua sudah takdir-Nya, kami dipersatukan dengan cara taaruf.

[Sekarang kirimkan alamat rumahmu, Dek. Mas mau datang bersama kakak dan ibu untuk melamarmu.] Apakah penglihatanku normal? Benarkan Mas Fikri mau datang untuk melamarku? Semudah itukah Allah memberiku jodoh? Padahal, kami baru seminggu menjalani taaruf.


[Jalan rindu. Blok hati yang berbunga-bunga. Desa kasih sayang. Kecamatan cinta apa adanya. Kabupaten jodohku dari taaruf.]


[Dek! Mas minta alamatmu, bukan curahan isi hatimu. He-he.] Bukannya aku sudah mengirimkan alamat. Memangnya apa yang kukirimkan? Kenapa balasannya seperti itu.


Aish! Malunya aku. Yang benar saja, aku malah mengirim pesan seperti itu ke Mas Fikri. Andai ia ada di depanku, mungkin ia akan tersenyum melihat wajahku yang memerah karena malu.

[He-he. Maaf, Mas. Tadi salah pencet, layar keyboard tiba-tiba ngeblank. Nanti kukirim ulang alamatnya.] Balasku gemetar. Apakah ini yang namanya cinta? Bergetar dada, berguncang jiwa dan berbunga hati. Bila benar, apakah aku mulai jatuh cinta pada Mas Fikri?
AdelineNordicaAvatar border
InaSendryAvatar border
EnisutriAvatar border
Enisutri dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.2K
9
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.